bakabar.com, BANJARMASIN - Dikisahkan oleh Habib Husein Alaydrus dari Singa Mahakam, ada seorang sayyid (keturunan Nabi untuk laki-laki) yang setiap hari duduk di tempat perjudian.
Sampai suatu saat ajal datang menjemput, para tetangganya tidak ada yang sudi untuk datang mentakziah si jenazah.
Bahkan ketika wafat, hanya istri dan anaknya yang menghadapi jenazah pria itu. Tidak ada satu pun tetangga yang datang untuk memandikan, mengkafani, maupun mensalatkan jenazahnya.
Sang istri menangis melihat keadaan suaminya, hingga kemudian dia berdoa, "Yaa Allah..... Bagaimana dengan jenazah suamiku. Apakah aku buang ke Sungai Mahakam ini atau aku biarkan sampai membusuk......!!! Engkau Yang Maha Luas Rahmat-Mu, berilah petunjuk.....!!!".
Tiba-tiba masuk seorang pria tampan tinggi rupawan mengucapkan salam dengan diiringi puluhan orang berjubah dan bersorban di belakangnya.
"Assalamu'alaikum yaa Syarifah (sebutan keturunan Nabi untuk perempuan)......!!!" papar pria itu.
"Wa'alaikum salam warahmatullah......!!!" jawab perempuan yang dipangggil Syarifah.
Ketika menoleh melihat pria tersebut, si Syarifah tersentak kaget bukan main. Sosok yang datang ternyata Al Imam Al Quthubul Akwan As-Syeikh Muhammad Zaini Bin Abdul Ghani Sekumpul.
Syarifah pun bertanya, "Kapan pian ke sini Guru,.... Kaltim dan Kalsel sangatl jauh. Apalagi kami di daerah Hulu Mahakam Kembang Janggut ini."
Jawab Guru Sekumpul, "Allah Yang Memudahkan...".
Tiba-tiba dari luar banyak orang kampung datang dan terperanjat seketika tahu yang datang Guru Sekumpul. Dengan wajah mereka keheranan, salah seorang dari mereka berkata, "Wahai Guru,ini adalah orang yang senang berjudi, tiap hari duduk-duduk di tempat perjudian..."
Guru Sekumpul tersenyum dan berkata, "Apakah kamu melihat beliau sendiri main judi... Atau beliau cuma duduk-duduk saja disitu tanpa main judi?"
Penduduk pun terdiam, lalu Abah Guru Sekumpul melanjutkan pernyataan yang mengejutkan.
"Beliau ini yang tiap hari kalian lihat di tempat perjudian adalah seorang dzuriat Rasulullah SAW. Beliau ini yang jadi penyandang bala di kampung sini, beliau ini yang setiap malam pada saat kalian tidur beliau bangun dan salat tahajud mendoakan kalian," sahut Guru Sekumpul.
"Beliau juga yang rela setiap hari duduk di tempat perjudian berdikir dan memohon ampun untuk para penjudi agar mereka sadar. Namun kalian tidak tahu, karena kalian cuma melihat dengan pandangan lahir saja. Beliau tidak terkenal dalam pandangan masyarakat bumi tapi sangat terkenal di langit," tambahnya.
Tak ayal penduduk menjerit dan menangis. Mereka yang biasa berjudi langsung sujud dan memohon ampun kepada Allah. Lalu jenazah dimandikan, dikafani dan disalatkan, hingga diantar ke pemakaman. Hujan pun turun dengan deras seusai pemakaman.
"Janganlah kalian seperti itu. Walaupun dia berperilaku seperti itu, tapi sebenarnya dia tidak seperti itu. Selalu berperasangka baik dengan makhluk Allah SWT. Hati-hati kalau Dzurriyah Sayyidil Wujud SAW, kalau tadi tetap dibiarkan seperti itu, sampai Syarifah itu sakit hati. Tenggelam nanti desa kalian ini. Murka Rasulullah SAW, murka juga Allah SWT," tegas Abah Guru Sekumpul menasehati penduduk kampung.
Selanjutnya Abah Guru Sekumpul beserta rombongan pamit pulang naik kapal. Namun keanehan kembali terjadi. Kapal yang ditumpangi Abah Guru Sekumpul beserta rombongan itu tidak tampak lagi di Kaltim, sepertinya itu Kapal Alam Jabbarut.