bakabar.com, BANJARMASIN – Jawara SEA Games 2013, Fahriansyah asal Tapin, membidik emas cabang olahraga (Cabor) gulat di Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-20 di Papua, Oktober 2021 nanti.
PON ke-20 Papua yang akan dibuka Presiden RI Joko Widodo nanti, merupakan kans terakhir pegulat yang pernah mengharumkan Indonesia di ajang SEA Games sejak 2007-2013, mengingat usianya kini sudah 34 tahun.
Fahriansyah, kelahiran Rantau, Kabupaten Tapin, 26 November 1987 tersebut akan kembali turun di kelas 86 Kg gaya bebas. Peraih emas SEA Games 2007, 2009 dan 2013 ini lolos PON untuk keempat kalinya usai menyabet emas pada ajang pra-PON.
Di ajang PON, pegulat asal Tapin ini memang memiliki sejarah panjang membela Kalsel di PON. Sejak PON ke-17 tahun 2008 di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), turun di nomor 74 Kg, dia sudah meraih medali emas.
Di PON ke-18 tahun 2012 di Provinsi Riau, Fahriansyah kembali jadi andalan pada nomor 74 Kg, kegigihannya dalam bertarung pun tidak bisa dikalahkan lawan, hingga kembali mempertahankan medali emasnya.
Tapi di PON ke-19 tahun 2016 di Provinsi Jawa Barat, Fahriansyah yang naik kelas ke nomor 86 Kg, harus merelakan medali emasnya direbut lawan, dia hanya meraih medali perunggu.
Bukan tanpa alasan Fahriansyah gagal mempertahankan medali emas waktu itu. Cedera yang menderanya membuat ambisinya mencetak hattrick alias tiga kali berturut-turut meraih emas akhirnya pupus. Padahal pada pra-PON tahun 2015 itu dia meraih medali emas.
Pada PON ke-20 tahun 2021 di Papua ini, Fahriansyah bertekad merebut kembali medali emasnya, dia pun sudah sangat siap untuk bertanding meraih prestasi di PON yang mungkin terakhir kalinya bisa diikutinya lagi.
Mahfum, kini usianya akan menapaki 34 tahun, di mana peraturan cabang olahraga gulat nasional pada PON hanya membatasi maksimal usia 35 tahun bagi atlet yang boleh ikut. Fahriansyah pun bertekad mendapat kado manis diakhir karirnya di PON ini.
Dia pun merasa mampu untuk meraih prestasi tertinggi di nomor 86 Kg yang diikutinya kali ini, karena lawan yang akan dihadapinya dapat diperhitungkan kemampuannya. Sebab sudah jadi lawannya di pra-PON.
“Mereka sangat hebat-hebat, tapi saya harus percaya diri mampu melawan mereka hingga menang, sebagaimana pada pra-PON, saya bisa meraih medali emas,” tuturnya dilansir Antara, Jumat (17/9).
Fahriansyah menyatakan terus berlatih mengasah kemampuan, menjaga stamina dan semangat untuk mewujudkan mimpinya terbut di PON Papua.
Meskipun pandemi Covid-19 yang terus mengancam, menjaga protokol kesehatan dan stamina harus terus dilakukannya dengan disiplin dibawah bimbingan para pelatihnya.
Dia percaya, dengan berlatih yang kuat, disiplin dan taat pada bimbingan pelatih, prestasi akan didapat, di mana ini yang dijalaninya hingga sampai berprestasi baik ajang nasional hingga internasional.
Pegulat Andalan Timnas
Nama Fahriansyah di cabang olahraga gulat nasional sudah cukup dikenal, sebab, pria yang kini sudah memiliki tiga buah hati dengan seorang PNS bernama Puspa Sari ini menjadi langganan di tim nasional cabang olahraga gulat.
Tentunya aset olahraga Kalsel ini tidak bisa diragukan lagi kemampuannya, seban dia sudah mengikuti beberapa gelaran SEA Games atau pesta olahraga Asia Tenggara untuk membela tanah air ini.
Membanggakannya, Fahriansyah dapat meraih prestasi gemilang di ajang SEA Games tersebut, seperti SEA Games pertamanya pada 2007 di Thailand, dia langsung bisa mempersembahkan medali emas untuk Indonesia.
Timnas kembali memanggilnya pada SEA Games tahun 2009 di Laos. Kepercayaan itu pun dibalasnya lagi dengan meraih medali emas.
Tapi pada ajang SEA Games tahun 2011 di Indonesia sendiri (Jakarta-Palembang), raihan medalinya menurun ke medali perak.
Baru pada SEA Games tahun 2013 di Myanmar, Fahriansyah kembali memperlihatkan kemampuan terbaiknya, medali emasnya pun kembali ke pangkuannya.
Tidak hanya di ajang SEA Games, Fahriansyah juga dipercaya Timnas untuk berlaga di Asean Games, ajang olahraga seluruh negara Asia, yakni, pada 2010 di China, pada 2014 di Korea dan 2018 di Indonesia. Dia belum bisa mempersembahkan medali untuk Indonesia.
Awal Jadi Pegulat
Fahriansyah dilahirkan di Rantau Kabupaten Tapin pada 26 November 1987 dari pasangan Ishak dan Siti Aisyah. Fahriansyah anak ke-7 dari sepuluh bersaudara.
Fahriansyah kecil menempuh pendidikan SD hingga SMP di daerah kelahirannya tersebut, baru melanjutkan pendidikan SMA ke Kota Banjarmasin.
Bakat gulat tidak diwarisinya dari ayahnya, dia mengaku hanya anak biasa yang suka dengan olahraga gulat. Dengan bimbingan seorang pelatih gulat dari tanah kelahirannya, yakni, Suhaimi, dia mulai menggeluti olahraga tersebut. “Awal mulai berlatih itu pada tahun 2003, saat itu saya sudah SMA,” ujarnya.
Karena bakatnya mulai menonjol, dia pun masuk pusat pelatihan pendidikan pelajar di bawah dinas pendidikan.
Fahriansyah muda mulai serius menjalani olahraga gulat tersebut, hingga akhirnya bakatnya tersebut dilirik para pelatih daerah hingga diikutkan pada ajang-ajang pertandingan lebih tinggi.
Puncaknya pada tahun 2008, dia dipercaya mengikuti PON di Kaltim. Kepercayaan itu dibalasnya dengan raihan medali emas.
Di PON-PON berikutnya pun namanya tidak pernah absen, hingga di PON ke-20 tahun 2021 ini di Provinsi Papua, Fahriansyah tetap dipercaya.
“Saya cinta olahraga gulat, saya akan terus berbakti kepada daerah dan negara di olahraga,” ujarnya.