bakabar.com, JAKARTA - Musik berdentum mengiring denyut hari di salah satu blok pasar. Alunannya menjadi penanda, sekaligus saksi bisu tentang sebuah kawasan prostitusi terselubung di Kota Banjarmasin.
Terletak di lantai dua Blok Pasar Kasbah, yang bersejajar dengan sudut Ramayana Sentra Antasari. Terekam jejak satu dekade perubahan wajah dari sektor perdagangan yang menggeliat di sana.
Semula, di tempat tersebut berjajar mesin jahit dengan pekerjanya yang getol mengais pundi rupiah. Di sudut lain pedagang loak pun tekun memajang dagangannya.
Namun tak sedikit pula yang berprofesi sebagai penadah ‘barang gelap’ berupa benda elektronik, ponsel, pakaian, sepatu, hingga helm hasil curian.
Seiring waktu, hiruk pikuk perdagangan berangsur sepi, Blok Kasbah lantas beralih-fungsi yang sebelumnya menampung transaksi barang, beralih menjadi transaksi ‘lendir’.
Modusnya pun beragam. Ada yang pura-pura menawarkan jasa pijat hingga yang terang-terangan menjual tubuhnya.
Blok Kasbah Berganti Wajah
Saat ini, jika Anda bertandang ke area lantai dua Blok Kasbah, masih tampak para pedagang pakaian yang berjibaku dengan harapannya meraup pembeli. Situasi tersebut membuat keberadaaan area prostistusi menjadi samar bahkan terselubung.
Akan tetapi, suara musik yang menjalar terus menuntun langkah tim bakabar.com saat memasuki sudut gedung, membuat rasa penasaran terpantik untuk menjajaki sumbernya.
Dentuman jedag-jedug jadi semacam pemandu. Benar saja, rupanya bilik-bilik yang sedianya berupa lapak menjelma jadi bilik karaoke. Pria dan wanita berbaur di dalamnya. Bernyanyi bersama.
Dua wanita berpakaian agak terbuka pun menyapa kami, sebuah ajakan dilayangkan dengan maksud untuk transaksi lebih jauh.
"Mas, sini mampir, mau ngamar ya?" tukas salah satu wanita. Dengan santun kami menolak ajakan tersebut lalu melanjutkan penelusuran ke area lain.
Sejurus dengan ruang karaoke, tampak kios-kios yang menggelar dipan berlapis kasur tipis dengan bantal seadanya. Usai bertanya, kami mendapati jawaban jika tempat tersebut menyediakan layanan untuk pijat sekaligus jadi 'bilik asmara'.
Tidak sedikit pula kios yang tampak terbengkalai. Sebagian tertutup rolling door. Beberapa yang terbuka, terisi oleh sampah hingga pakaian bekas dengan aneka aroma busuk yang menguar dengan tajamnya.
Langkah Penertiban dari Pemangku Jabatan
Seperti yang diketahui, Satpol PP Kota Banjarmasin baru-baru ini menjaring sejumlah orang yang diduga sebagai wanita tunasusila di kawasan Pasar Sudimampir dan Pasar Lima, pada Sabtu (28/1) dini hari.
Sedikitnya 8 wanita yang diduga sedang mangkal untuk menunggu pelanggan diamankan di dua kawasan pasar tersebut.
Lantas, mengapa kawasan pasar bisa-bisanya menjadi sarang bagi pelaku bisnis esek-esek? Terkhusus Pasar Kasbah, apakah Pemerintah Kota Banjarmasin tahu akan hal tersebut?
Pertanyaan ini coba dilayangkan ke Kepala Dinas Perdagangan dan Industri (Disperdagin) Kota Banjarmasin, Ichrom Muftezar.
Saat dikonfirmasi pada (1/2), ia pun mengaku mandapat informasi terkait kejanggalan fungsi pasar dan amat menyayangkan hal tersebut.
"Mudah-mudahan nanti kita bisa koordinasikan dengan SKPD terkait. Agar bisa dilakukan operasi bersama untuk penanganan hal tersebut," ujarnya.
Tezar, demikian ia disapa, juga berharap adanya kesadaran dari semua kalangan untuk menjaga reputasi pasar sebagaimana fungsinya. "Semoga juga akan ada kesadaran dari individu-individu yang menyalahgunakan pasar," imbuhnya.
Beroperasi Tanpa Izin
Saat mengkonfirmasi keresahan yang sama, Abdul Aziz selaku Kepala UPT Pasar Sektor 1 yang bertugas mengelola Pasar Antasari tak lantas menampik fakta-fakta miris yang ada. Bahkan menurutnya, hal itu sudah ada jauh sebelum dirinya bertugas di wilayah tersebut.
"Sebelum aku menjabat memang sudah ada karaoke. Kemudian tempat pijat. Tempat pijat ini yang kemudian berubah jadi tempat tidak senonoh. Kami pun tak ingin dan tak mengizinkan," tekannya.
Penertiban, kata Aziz, pernah dilakukan. Bersama Satpol PP Kota Banjarmasin. Pelaku praktik prostitusi memang sempat tidak ada. Di awal meraka masih bisa maklum. Tapi hanya bertahan selama satu bulan lantas kembali beroperasi lagi.
"Kami tidak bisa berbuat banyak. Itu kan punya PT Giri (pihak ketiga pengelola pasar)," tukasnya.
Terkait situasi ini, Aziz juga menambhakan bila di tahun 2023 izin pengelolaan oleh pihak ketiga akan berakhir. Setelah itu baru bisa bertindak secara tegas dan menyeluruh.
Mengembalikan Wajah ‘Baiman’ Banjarmasin
Fenomena maraknya praktik prostitusi di pasar-pasar kota berjuluk Seribu Sungai pun dikomentari pedas oleh Ketua Komisi II DPRD Kota Banjarmasin, Awan Subarkah.
“Praktik-praktik ini, jika dibiarkan, sama saja mencoreng wajah Kota Banjarmasin, yang dianggap sebagai kota religius. Terlebih dengan jargon pemerintahnya, yakni 'Baiman',” terangnya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga menyayangkan dengan situasi ini. Sebab, menurutnya, aktivitas demikian terkesan dibiarkan oleh Pemkot Banjarmasin.
Maka, Awan pun meminta agar Disperdagin bertindak. Meski sebenarnya sebagai mitra kerja di Komisi II, Awan mengaku paham dengan tupoksi dari Disperdagin yang hanya sebatas mengelola aktivitas jual beli di pasar.
Sehingga dalam permasalahan ini, dia meminta agar Disperdagin segera berkomunikasi dengan Satpol PP bahkan kepolisian untuk membentuk tim khusus untuk memberantas praktik prostitusi di pasar-pasar Kota Banjarmasin.
"Praktik seperti ini harus segera ditindak tegas. Untuk memberi efek jera, terlebih mendekati bulan Ramadan. Jangan sampai tempat kita ternodai dengan aktifitas ini," tukasnya.
Polisi akan Bertindak
Kasat Reskrim Polresta Banjarmasin, Kompol Thomas Afrian mengaku tidak mengetahui adanya praktik prostitusi di Pasar Kasbah.
"Selama ini kan tidak ada. Hanya dugaan. Kalau tahu, laporkan," imbaunya.
Kendati demikian, ia mengaku siap bertindak jika hal tersebut memang benar adanya. "Kita kan sudah ada Bhabinkamtibmas di polsek-polsek. Giat Patroli rutin juga kita lakukan," sambungnya.
Menanggapi keresahan masyarakat, Thomas meminta peran serta semua pihak untuk melapor jika mendapati informasi mengenai hal tersebut.
"Kalau memang ada kegiatan-kegiatan yang bersifat kriminal, kita akan bergerak. Melibatkan juga Satpol PP dan dinas terkait," tuturnya.
Sanksi tanpa Solusi
Pengamat Kebijakan Publik Universitas Lambung Mangkurat, Arif Rahman Hakim menilai Pemkot Banjarmasin terkesan tidak serius menangani persoalan ini. Sebab, menurutnya fenomena tersebut terus berulang. Meski razia oleh Satpol PP selalu dilakukan di tempat yang sama.
"Jika terulang, artinya kinerja Pemkot Banjarmasin belum maksimal," tukasnya.
Arif juga menyarankan agar penindakan yang dilakukan harus humanis dan solutif. Sebab dengan Tindakan yang kurang komprehensif membuat pelaku bisnis asusila ini kerap kembali menjajakan dirinya, meski telah terjaring berkali-kali.
"Pemkot harus punya jalan keluar. Jangan hanya bisa memberi sanksi," tegasnya.
Adapun solusi yang dianjurkan Arif ialah dengan memberikan pengajaran berbasis keterampilan kepada mereka yang terjaring razia. Sebab dengan modal itu, ia yakin kalau para wanita penjajah cinta tersebut bisa lebih berdaya, tanpa harus menjajakan tubuh sebagai satu-satunya sumber nafkah.