Kalsel

Jony Pink, Pengrajin Cobek Limbah Kayu Asal Tala Bertahan di Tengah Gerusan Zaman

apahabar.com, PELAIHARI – Di era modern sekarang, tidak sedikit pengrajin olahan dari kayu gulung tikar. Namun,…

Featured-Image
Jhony Pink, pengrajin cobek dari limbah kayu Ulin asal Tanah Laut (Tala). Foto-apahabar.com/Chandra.

bakabar.com, PELAIHARI - Di era modern sekarang, tidak sedikit pengrajin olahan dari kayu gulung tikar. Namun, tidak bagi Jony Setiawan atau dikenal Jony Pink, pengrajin cobek dari limbah kayu Ulin asal Tanah Laut (Tala).

Sedapat mungkin, warga Desa Kandangan Lama RT 4, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut ini tetap bertahan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tekadnya bulat untuk terus menggeluti usaha yang dijalaninya bertahun-tahun ini, meski terkendala modal.

Dengan peralatan sederhana, seperti gergaji, pisau, pahat, palu dan ampelas, cukup baginya menghasilkan cobek.

Peralatan dapur itu pun mampu dijual Rp90 ribu hingga Rp130 ribu, sesuai besar kecilnya ukuran cobek.

img

Aktivitas Jhony Pink bersama orang tuanya mengolah cobek dari limbah kayu Ulin. Foto-bakabar.com/Chandra.

"Saat ini cobek dan sejumlah alat dapur dari limbah kayu Ulin, kami bikin manual. Lantaran tidak punya alat ukir dari mesin," kata Jony Pink kepada bakabar.com, Kamis (26/12).

Andai punya mesin khusus, mungkin saja tak hanya produksi cobek dapat dibuat. Melainkan perlatan dapur lainnya dengan jumlah lebih banyak.

"Jika punya mesin khusus untuk mengolah, maka tidak menutup kungkinan kami dapat membikin alat dapur lainnya selain cobek. Sebab yang ada ini saja selain cobek kami juga memproduksi sendok dan piring," timpalnya.

Selain hanya berbekal peralatan sederhana, masalah lain yang dihadapinya yakni pemasaran cobek. Pasalnya, selama ini, dia hanya mengandalkan orang yang memesan.

Dia pun berharap uluran tangan pemerintah kabupaten, agar bisa menjadikan produk olahan masyarakat bisa berkembang luas.

“Saat ini kami membuat cobek sesuai pesanan saja, mengingat pemasarannya masih belum ada. Makanya kami berharap sekali ada tempat yang mau menampung hasil kerajinan ini,” harapnya.

Kerajinan pembuatan cobek dari limbah kayu ulin ini ditekuni bersama orang tuanya sudah berlangsung selama tiga tahun belakangan.

Bahan dasar pembuatan cobek tersebut berasal dari limbah kayu ulin yang sudah tidak terpakai lagi.

“Dari pada dibuang atau dijadikan arang, lebih baik kita jadikan barang yang lebih bernilai jual,” seru Jhony Pink.

Pembuatan cobek tersebut dibutuhkan waktu dua sampai tiga jam. Dalam satu harinya bisa mencapai puluhan cobek yang dihasilkan.

Keunggulan cobek dari bahan kayu ulin dibandingkan bahan kayu lainnya, tidak bisa ditumbuhi jamur. Disamping itu tahan lama dan tidak luntur yang megakibatkan makanan yang diulek bercampur kayu.

Beragam cara dilakukan Jhony Pink agar produk olahannya dapat dikenal. Salah satunya dengan bergabung dalam Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI).

Bahkan, dalam waktu dekat, dia segera mendaftarkan hasil karya kerajinannya itu ke e-Katalog pemerintah setempat.

Baca Juga:Pengrajin Gula Merah di Batulicin Terima Bantuan Wajan

Baca Juga:Pemerintah Perlu Perhatikan Teknologi Pengrajin Sasirangan

Reporter: Ahc14Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner