Opini

John Tralala, Saya, dan Anu Ai…

Mengenang setahun wafatnya seniman besar Banua, John Tralala. (Dikutip dari Facebook, 26 Juni 2018, atas Izin…

Featured-Image
Ahmad Rosyadi. Foto-Istimewa

img

John Tralala bersama KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, dan putra sang ulama, Muhammad Amin Badali. Foto-Istimewa

Pertemuan kedua saya, kala John hendak menemui Pak H. Rudy Ariffin di kediaman Gubernur Kalsel, Februari 2009. Berhubung Pak Rudy masih ada tamu, John saya bawa ke ruangan lain. Saat itu dia berkisah soal statusnya sebagai PNS di Pemprov, dan mau mengajukan pensiun dini karena padatnya aktivitas sebagai seniman. Dulu, Gubernur memang menerima banyak surat dari warga, yang menyoalkan status PNS John ini. Pertemuan kali ini serius. Tidak ada lelucon yg keluar.

Pertemuan terakhir 4 November 2017. Dia diundang untuk menghibur massa yg menghadiri pelantikan Kerukunan Bubuhan Banjar Kalimantan Utara, di Bulungan, ibukota provinsi. Sambil membawakan madihin, dia menyebut soal "amplop panitia". Belum lagi usai, puluhan tamu VIP di panggung mendekati John, saweran.

Balik ke banua, kami satu kapal speed milik Dinas PU Kaltara dengan John menuju Tarakan. Dia bersama anak, Hendra Wijaya dan Anang. Si Anang inilah yg kerap jadi bahan "bully" John. Di Tarakan, John langsung menuju bandara, sedangkan saya, Pak Rudy dan Khairil Anwar nginap semalam.

Perjalanan hampir sejam itu tidak terasa. John bercerita hingga suara gelak tawa beradu dengan bunyi ombak. Mirip di hadapan Guru Sekumpul, John lagi2 keceplosan soal " Pa Rudy ai", "anu ai"…

Ketika menepi di pelabuhan Tarakan, Pak Rudy membisiki saya. Sambil bersalaman, saya serahkan hadiah Pak Rudy ke John. "Kada rugi membawa si Anang ini, membawa rezeki…" Si Anang ngakak, "Booh bisa banar John ini.."

Dari puluhan kisahnya, ada 3 yang saya ingat. "Jadi Pa Rudy ai, Anang ini kada hafal pantun. Lalu inya nulis di HP. Pas lagi manggung, sambil inya membuka HP, ada nang menelepon. Kada ingat lagi ai pantun, lalu disahutinya, 'Haloo, jangan nelepon dulu, hilang tulisan pantun nah…'"

Kisah lainnya soal orang hendak menjual mobil Avanza tahun 2010, Rp30 juta. Banyak yang minat karena murah. Ujar John, "Pokoknya klaksonnya aja nang kada babunyi." Yang mau membeli mikir, berapa sih biaya servis klakson.

Sebelum sempat transaksi, pembeli protes. "Apa nih lawang, rem, stir, sampai wiper habis garancaian babunyi samuaan. Maka jar semalam klaksonnya aja nang kada babunyi?" ujar John, "Kan bujur aja. Klaksonnya aja nang kada babunyi…"

Kisah terakhir soal wasiat Anang. "Si Anang ini Pa Rudy ai, mun mati kada handak dikubur pakai kain kafan. Inya minta dibungkus wan kalaras (daun pisang kering). Jadi sangka malaikat lain mayat, tapi gula habang ??…"

Kini, H. John Tralala telah tiada. Terima kasih atas hiburan dan lawakanmu selama ini. Pertama kali kenal dan mendengar suaranya pada 1988, 30 tahun kemudian mendengar kabar: John Tralala telah berpulang. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu…

======================================================================

Tulisan ini adalah kiriman dari publisher, isi tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.



Komentar
Banner
Banner