bakabar.com, BARABAI – 28 Desember mendatang, genap lima bulan kasus pembunuhan Didi Rahman (45) di Desa Gambah, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Sampai hari ini, polisi tak kunjung mampu menangkap Herlan, terduga pelaku pembunuhan yang tak lain merupakan tetangga Didi.
“Kurang tahu juga mas ya. Entah kenapa polisi belum juga bisa menangkap Herlan. Kami cuma berharap saja mudah-mudahan dapat secepatnya,” ujar Yayar Safari, kakak kandung korban kepada bakabar.com.
apakah sejauh ini tidak ada komunikasi antara keluarga dengan kepolisian? Polisi, kata Yayar, hanya meminta keluarga terus bersabar.
“Serahkan semuanya kepada pihak yang berwajib. Ya mudah-mudahan bagus hasilnya,” Yayar menirukan perkataan polisi.
Lima bulan berlalu, Yayar bilang kedukaan akibat kasus pembunuhan Didi itu terus membayang di benak keluarga.
“Terkadang hati ingin teriak. Kok sebegitu lamanya belum dapat-dapat juga. Tapi ya kembali lagi minta disabarkan hati kepada Tuhan,” ujarnya.
Lantas, bagaimana kabar orang tua Didi yang sempat jatuh sakit setelah mengetahui anak bungsunya itu tewas?
Kondisi keluarga korban di halaman selanjutnya:
“Kalau mama alhamdulillah agak sehat. Cuma kadang drop lagi. Kalau abah terlihat lebih pendiam. Kadang melamun. Trauma sih masih,” ujarnya.
Seumpama Herlan bisa ditangkap, kata Yayar, mungkin saja hal itu dapat meringankan beban kesedihan keluarga.
“Mungkin bisalah sedikit mengobati sakit hati yang ada saat ini. Sudah hampir lima bulan,” ujarnya.
Lantas, bagaimana dengan anak dan istri almarhum Didi? Setelah sekian lama, kata Yayar, anak dan istri almarhum sudah bisa tersenyum.
“Mudah-mudahan seperti itu seterusnya. Yang pergi juga tak mungkin kembali, karena saat ini yang dibutuhkan almarhum hanya doa. Diratapi juga kasihan almarhumnya,” ujarnya.
Saat ini, anak dan istri almarhum masih menumpang tinggal di rumah orang tua Didi. Namun, saat siang hari terkadang keduanya pulang ke rumah yang juga menjadi tempat kejadian perkara.
“Sekarang sudah berani. Bilangnya, kasihan tak ada yang menemani almarhum. Ya mungkin di hati istrinya serasa masih ada almarhum,” ujar Yayar.
Semasa hidup, almarhum Didi hanya bekerja serabutan akibat setengah bagian tubuhnya yang lumpuh akibat kecelakaan lalu lintas.
Praktis, mendiang hidup dengan beragam keterbatasan ekonomi. Kini, pasca-kepergian Didi, istri dan anaknya harus menumpang hidup dengan orang tua Yayar.
“Kalau kami sih enggak bisa sepenuhnya memberi. Karena aku juga kerja membungkus kerupuk dengan upah 300 rupiah per bungkus. Ya maklumlah kami keluarga kurang mampu,” ujarnya.
“Kami berharap sepenuhnya kepada pak polisi, mudah-mudahan pencariannya membuahkan hasil,” pungkasnya.
bakabar.com sudah beberapa kali mendatangi Polres HST untuk mengonfirmasi pengejaran Herlan. Namun, sampai berita ini diturunkan, belum ada jawaban apapun dari pihak kepolisian. Upaya konfirmasi masih terus dilakukan.
‘Saktinya’ Si Pembunuh Brutal di Desa Gambah HST, Tak Mempan Dikeroyok di Kotabaru
Kronologis pembunuhan di halaman selanjutnya:
Herlan menghabisi Didi tak lain tetangganya sendiri hanya karena permasalahan sepele.
Pembunuhan Didi bermula pada Rabu 28 Juli ketika istri Herlan dalam keadaan mengaduh datang ke rumah Didi.
"Herlan mengamuk," ujar Istri Herlan kepada Didi yang saat itu sedang asyik mencabut uban di pintu rumahnya.
Rumah keduanya hanya terpisah oleh jalan saja. Hanya, rumah Didi agak menjorok ke dalam.
Tak lama berselang, datang Herlan dengan parang terhunus. Gelagatnya seperti dalam pengaruh minuman keras.
"Sudah jangan ribut-ribut, malu dilihat tetangga," ujar Didi seraya menenangkan Herlan.
Tak disangka, Herlan justru menebaskan parangnya ke tengkuk belakang leher, pinggang, hingga bahu Didi.
Usai menghabisi Didi, Herlan kembali pulang. Berselang kemudian, jejaknya menghilang di balik rimbunnya hutan belakang rumahnya.
Sementara, Didi tergeletak bersimbah darah. Teriakan istri Didi lalu menggegerkan warga yang sedang menggelar hajatan pernikahan tak jauh dari rumahnya.
Seorang warga yang berada di hajatan pernikahan sempat berpapasan dengan Herlan.
Kala itu Herlan berkata, "Ayo dan lihat, Didi sudah kubunuh."
Didi sejatinya sempat dilarikan warga ke puskesmas terdekat. Nahas, nyawanya tidak tertolong lantaran kehabisan darah.
Didi meninggalkan seorang istri dan anak yang masih berusia 9 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi orang tuanya.
Residivis
Terungkap! Pembunuh Brutal di Gambah HST Punya Ciri Khusus di Tubuhnya
Selama hidup, Didi dikenal tidak pernah berbuat masalah. Lain halnya Herlan yang dikenal suka menantang berkelahi warga jika mabuk.
Perangai buruk tersebut diperkuat dengan status Herlan yang merupakan seorang residivis.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
2011 silam, Herlan membunuh seorang warga bernama Mansyah saat bekerja sebagai pendulang emas di Hampang, Kotabaru.
Saat itu, Herlan dituduh korban dan keempat rekannya mencuri sebuah dompet di warung kopi.
Herlan yang dikeroyok keempatnya berhasil selamat. Saat diamankan di kediamannya, polisi menemukan Herlan dalam keadaan bersimbah darah dengan 17 mata luka di sekujur tubuhnya.
Kaget bukan kepalang saat pagi harinya polisi menemukan sesosok jasad di belakang rumah yang ditinggali Herlan. Jasad itu belakangan diketahui adalah Mansyah, salah seorang pengeroyok Herlan.
Selesai menjalani hukuman penjara di Lapas Kotabaru, dua tahun kemudian Herlan kembali muncul di Desa Gambah.
Ia lalu mempersunting seorang perempuan asal Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya, Herlan bekerja serabutan. Kadang menjadi tukang bangunan, kadang lagi pemetik buah kelapa.
Hari ke-28 buron usai membunuh Didi, Herlan dikabarkan terlihat keluar dari hutan persembunyiannya.
Namun saat ditelusuri, warga tak mau banyak berbicara. Diduga kuat mereka takut, kali terakhir Herlan terlihat menenteng senjata tajam.
Lokasi kemunculan Herlan berada di Desa Aluan atau sekitar 10 menit dari Desa Gambah.
Antara Gambah dengan Aluan hanya dihelat kebun, semak belukar atau persawahan.
Desa Aluan cukup memungkinkan bagi Herlan ke mana pun bersembunyi. Misalnya ke Kecamatan Batang Alai Selatan maupun ke Hantakan. Daerah ini masih dikelilingi hutan, kebun dan sawah. Sebagiannya juga sepi penduduk.
Humas Polres HST, Aipda M Husaini, lewat media ini, meminta warga tidak usah kuatir. Termasuk tidak segan melapor jika melihat Herlan.
Kendala utama dalam perburuan Herlan adalah luasnya medan pencarian.
"Kami selalu melakukan pencarian, dan menyisir daerah-daerah kemungkinan terduga pelaku ini bersembunyi," ujar Husaini.