bakabar.com, MAGELANG - Pedagang bunga di Kabupaten Magelang mengalami kenaikan omset penjualan hingga 60 persen menjelang bulan Ramadan.
Selain jumlah penjualan, beberapa jenis bunga juga mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan, bahkan hingga dua kali lipat.
Seorang pedagang yang ditemui di Pasar Rejowinangun, Edi (45) mengatakan permintaan bunga biasanya mengalami kenaikan ketika memasuki bulan Ruwah (bulan arwah) dan menjelang Ramadan.
Menurut dia, kenaikan tersebut disebabkan karena tingginya permintaan selama bulan Ruwah dan menjelang Ramadan, namun pasokan bunga tidak ditambah.
Edi menuturkan bunga yang laris dijual saat Ramadan tidak dihitung per batang, melainkan per tambir atau wadah dari bambu dengan diameter kurang lebih 45 sentimeter.
"Harga satu tambir dari semula Rp 25.000 sekarang dijual Rp 60.000," kata Edi saat ditemui bakabar.com, (20/3).
Baca Juga: Menyusuri Tradisi Nyadran di Lereng Damalung
Bunga yang dibeli tersebut selanjutnya digunakan untuk nyekar atau ziarah ke makam leluhur atau keluarga yang dihormati. Jika biasanya dalam satu hari ia menjual 5 tambir, menjelang Ramadan, Edi bisa menjual lebih dari 10 tambir bunga.
"Biasanya ramai di hari Sabtu, Minggu, di pagi hari, yang beli tidak hanya dari Magelang, tetapi juga dari daerah-daerah lain yang kebetulan berkunjung," jelasnya.
Dalam sehari, Edi mengaku bisa meraih keuntungan kurang lebih Rp 300.000 hingga Rp 500.000 selama bulan Ruwah. Padahal saat hari biasa, ia hanya mendapat keuntungan Rp 75.000 hingga Rp 100.000 per harinya.
"Puncaknya nanti H-1 puasa, setelah itu kembali normal atau malah sepi," jelasnya.
Baca Juga: Kompleks Pemakaman Gunungpring Magelang Ramai Dipadati Peziarah
Laki-laki paruh baya yang sudah 35 tahun berjualan bunga itu biasanya membuka lapaknya pukul 07.00 dan tutup pukul 15.00 WIB. "Setiap hari buka, jualan dibantu istri tidak pernah tutup kecuali sedang ada acara yang sangat penting," kata Edi yang sehari-hari tinggal di Nambangan.
Sementara itu, ditanya untuk jenis bunga lainnya, Edi mengatakan tidak ada perubahan harga maupun jumlah permintaan di pasar.
"Kami juga sedia bunga hias, karangan bunga dan bucket, tapi tidak ada perubahan, yang naik hanya awur-awur (bunga tabur)," tuturnya.
Bunga yang dijual Edi setiap hari dipasok langsung dari para petani bunga yang berasal dari Pakis dan Ngablak, Kabupaten Magelang setiap dua hari sekali.
"Sudah langganan, jadi mereka yang mengantar ke sini, ngambil dari daerah Magelang saja soalnya yang dekat jadi masih segar," kata Edi.
Sementara itu, seorang pembeli yang sedang berbelanja di lapak Edi, Nadia (26) mengatakan kedatangannya ke Pasar Rejowinangun pagi itu khusus hanya untuk membeli bunga tabur.
Baca Juga: Pedagang Bunga di Banyuwangi Ketiban Berkah Jelang Ramadan: Omzet Sehari Capai Sejuta!
"Mau ziarah ke makam nenek dan ayah, menyempatkan ambil cuti sebelum puasa soalnya sudah jadi tradisi keluarga," kata Nadia.
Nadia tidak merasa keberatan meski harga bunga tabur mengalami kenaikan hampir dua kali lipat, pasalnya, banyak orang yang tetap membutuhannya.
"Sebenarnya sudah tau kalau harganya pasti naik, tetapi sudah jadi tradisi, tidak apa-apa satu tahun sekali," katanya.
Ia juga tidak mengganti bunga tabur dengan jenis lain lantaran enggan repot membawa dan tidak ingin mengubah tradisi.
"Saya membeli 2 tambir, untuk ziarah ke makam leluhur-leluhur yang lain juga," tuturnya.