bakabar.com, MARABAHAN – Saat ini memang hujan belum merata. Namun diperkirakan sepanjang Januari 2020, hujan semakin intens dan berpotensi membanjiri ribuan hektare lahan di Barito Kuala (Batola).
Awal musim hujan di Batola hampir mendekati perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru. Tepatnya mulai akhir Oktober hingga awal November 2019.
Lantas dari sumber yang sama, curah hujan di Batola diperkirakan mencapai puncak sejak pertengahan hingga akhir Januari 2020.
“Diperkirakan curah hujan berkisar antara 101 hingga 150 milimeter atau termasuk kategori menengah,” papar Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru, Goeroeh Tjiptanto, Jumat (22/11).
Berada dalam kategori menengah, Batola justru berisiko tinggi mengalami banjir, berdasarkan Dokumen Kajian Risiko Bencana dengan besaran potensi luas bahaya sebesar 294.142 hektare, serta berdampak terhadap 94.320 jiwa.
Penyebabnya adalah bentuk morfologi Batola yang merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0,2 hingga 3 meter dari permukaan laut.
Pun Batola diapit Sungai Barito dan Sungai Kapuas. Selain mempengaruhi tata air dan transportasi, kondisi ini membuat Batola rawan limpasan air, baik yang disebabkan air hujan maupun pengaruh pasang surut air laut.
Limpasan itulah yang membuat banyak wilayah Kecamatan Kuripan, Tabunganen,Mandastana, Jejangkit dan Tabukan tergenang banjir setiap tahun.
Sedangkan Kecamatan Tabukan, Marabahan, Cerbon, Rantau Badauh, Belawang, Anjir Pasar, Alalak, Tamban dan Tabunganen terkena imbas gelombang pasang.
“Meski banjir sudah berulang kali, Batola belum memiliki standar penangangan. Lantas bersama sejumlah stakeholder, kami baru saja memfinalisasi rencana kontijensi banjir,” sahut Sumarno, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batola.
“Dokumen tersebut digunakan selama tanggap darurat banjir. Sementara status darurat banjir di Batola diperkirakan dimulai Desember 2019,” imbuhnya.
Dalam rencana kontijensi tersebut, diperkirakan 128 desa/kelurahan rentan terhadap ancaman bencana banjir sungai, serta 6 desa mengalami banjir pesisir.
Tabunganen, Mandastana, Jejangkit, Tabukan dan Kuripan juga diperkirakan masuk klasifikasi tinggi, dengan lama genangan 21 hingga 30 hari, tinggi genangan 30 hingga 120 sentimeter dan luas genangan 55 sampai 100 persen.
“Selain limpasan sungai besar, banjir dari Banjar juga dapat mengalir ke Mandastana dan Jejangkit. Kemudian banjir dari Tapin, dapat mengalir ke Kuripan, Mandastana dan Jejangkit, lalu masuk kembali ke Sungai Barito,” jelas Sumarno.
Selain BPBD, hampir semua SKPD Batola terlibat dalam rencana kontijensi banjir, termasuk Kodim 1005 Marabahan dan Polres Batola,
“Diharapkan dengan rencana kontijensi tersebut, penanganan lebih terstruktur lantaran semua pihak sudah mengetahui tugas masing-masing, termasuk penempatan pengungsi dan pos bantuan,” tandas Sumarno.
Baca Juga: Cara KPw BI Kalsel Libatkan Masyarakat Kendalikan Inflasi
Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin