Kalsel

Jalan Gubernur Syarkawi Rusak, Hiswana Migas Kalsel Minta Jembatan Sungai Alalak Dibuka

apahabar.com, BANJARMASIN – Hiswana Migas Kalsel menyebut penyaluran gas elpiji 3 kilogram terhambat karena rusaknya Jalan…

Featured-Image
Penyaluran gas elpiji 3 kilogram terhambat diduga karena rusaknya Jalan Gubernur Syarkawi di Kabupaten Banjar. Foto-Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Hiswana Migas Kalsel menyebut penyaluran gas elpiji 3 kilogram terhambat karena rusaknya Jalan Gubernur Syarkawi di Kabupaten Banjar.

Mereka pun meminta pemerintah dan DPRD bisa mencari jalan keluar agar distribusi gas melon kembali normal.

"Kita minta pihak terkait untuk memikirkan ini. Paling tidak solusi jangka pendek yang paling penting. Dan jangka panjang, lebih bagus lagi," ujar Ketua Hiswana Migas Kalsel, H Saibani, Sabtu (20/02).

Untuk jangka pendek, dia meminta Jembatan Sungai Alalak I diaktifkan kembali.

Dinas Perhubungan (Dishub) dan Balai Jalan Nasional sudah pernah melakukan uji coba di jembatan ini. Hasilnya, jembatan tersebut berhasil dilalui kendaraan dengan lancar.

Namun, ada kekhawatiran pondasi jembatan belum kuat. Karenanya, dia tidak yakin dua instansi itu bisa memberikan izin melintas di jembatan itu.

"Tapi itu bukan kewenangan kita. Tolong kami supaya kembali mensuplai tabung elpiji, karena stok kami banyak," katanya.

Jika jalur alternatif tersedia, dia mengaku siap menyalurkan gas melon kepada masyarakat.

"Jika tidak diperbolehkan siang hari, kami siap (menyalurkan) subuh," tegasnya.

Saibani mengatakan stok gas melon di Kalsel mencapai 2.876 metrik ton (MT) untuk kebutuhan hampir 8 hari.
Namun pascabanjir, distribusi gas melon terhambat.

Saibani menilai selama infrastuktur tidak ditangani secara maksimal dia khawatir suplai elpiji kepada masyarakat akan terus terganggu.

Lantas, apa langkah Pertamina dan Hiswana Migas untuk menyelesaikan masalah itu?

Ia menerangkan bahwa mereka sudah menyewa Landing Craft Tank (LCT) khusus untuk membawa elpiji dari depot dekat Jembatan Barito menuju Dermaga Banjar Raya, Banjarmasin.

LCT itu digunakan khusus untuk melayani masyarakat di Banjarbaru, Banjarmasin, Banjar dan Tanah Laut.

Namun, dia menyebut cara itu tidak akan maksimal karena perjalanan LCT butuh waktu satu malam untuk sekali pengangkutan. Pada akhirnya, jam kerja karyawan juga bertambah.

"Kalau berlawanan arus itu hampir 5 jam perjalanannya. Itu belum lagi turun dan naiknya. Jadi bayangkan keterlambatannya," katanya.

Dia mengatakan Pertamina dan Hiswana Migas terpaksa menggunakan LCT untuk mengangkut gas elpiji 3 kg.

"Jika itu tidak dilakukan, maka bisa dipastikan Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar dan Tanah Laut tidak mendapatkan elpiji," tambahnya.



Komentar
Banner
Banner