bakabar.com, BANJARBARU – Beberapa kota di Indonesia mulai mewajibkan lampiran hasil Rapid Test Antigen untuk keluar-masuk daerahnya.
Di antara sejumlah daerah itu adalah DKI Jakarta, Malang, dan Bali.
Hal ini membuat sejumlah layanan Rapid Test mulai membludak. Seperti yang terjadi di RS TNI-AU RI Syamsuddin Noor Banjarbaru.
“Yang sudah terperiksa sekitar 125 orang sampai siang ini. Masing ada yang menunggu, ” ungkap Karumkit Syamsudin Noor, Mayor Kes dr Tri Supriyanto, SpPD, MKes ditemui bakabar.com, Senin (21/12) sore
Sebelum ditetapkan menjadi persyaratan penerbangan, pelayanan Rapid Test Antigen di RS TNI-AU Syamsuddin Noor hanya berkisar 10-15 orang. Namun, dalam tiga hari terakhir membludak hingga 100 orang per hari.
“Sebenarnya pelayanan ini sudah berjalan sejak 2 bulan lalu, tapi terbatas hanya untuk anggota dan keluarga. Sejak adanya surat edaran itu bisa di atas 100 orang, ” terang dia.
Informasi terhimpun, salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya layanan Rapid Test Antigen di tempat lain. Sehingga, sebagian besar masyarakat yang ingin melakukan perjalanan udara memilih RS TNI-AU Syamsuddin Noor.
“Pelayanan dalam satu shift sekitar 8-10 orang. Kita buka dari jam 7 pagi hingga sekitar 9 malam dan dua kali waktu istirahat, ” jelasnya.
Terkait harga, biaya Rapid Test Antigen adalah Rp200 ribu. Sementara, biaya untuk Rapid Test Antibodi adalah Rp125 ribu.
“Ada juga yang akurasinya lebih tinggi mendekati 100 persen yaitu Antibody Serology Test. Tapi perlu proses, waktu dan biaya relatif lebih mahal yaitu Rp300 ribu. Kami juga ada paket anak sekolah dan mahasiswa dengan biaya Rp105 ribu, ” sebut dia.
Masih minimnya pelayanan Rapid Test Antigen juga diungkapkan salah satu calon penumpang pesawat. Budi, mengaku mendapat informasi dari sosial media untuk memenuhi persyaratan penerbangan.
“Harapannya ada klinik lain yang melayani Antigen, supaya lebih cepat,” terang warga Jalan A Yani KM 7 Banjarmasin ini.