bakabar.com, JAKARTA - Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) menyoroti kasus pembantaian Sabriansyah (63) di jalan hauling Desa Mengkauk, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar.
"Pembunuhan berencana bisa dipastikan selalu ada aktor intelektualnya," ucap pengamat kepolisian dari ISESS, Bambang Rukminto, Senin (3/4).
Rabu 29 Maret 2023, Sabri dibacok, ditembak, lalu digorok diduga oleh para preman suruhan perusahaan tambang yang berjumlah lebih dari 20 orang.
Sabri tewas saat berupaya memperjuangkan hak atas lahannya yang selama ini digunakan sebagai jalur lintasan hasil tambang batu bara.
Melihat bekal senjata tajam dan senjata api yang dibawa para pelaku, pengacara keluarga Sabri lalu menduga jika pembunuhan tersebut telah direncanakan secara matang.
"Kalau terduga pelakunya jelas dan bukti-bukti maupun saksi-saksi juga sudah ada, tentunya tak sulit bagi polisi menaikkan status tersangka," jelas Bambang. .
Pun termasuk tak ada alasan lagi bagi polisi untuk tidak melanjutkan proses sampai ke tingkat kejaksaan.
"Tak sulit bagi polisi yang profesional," jelasnya.
Jika pelaku pengeroyokan Sabri tak segera diproses dan criminal mind-nya tak segera ditangkap, Bambang kuatir muncul asumsi bahwa kepolisian tak serius menuntaskan kasus.
"Jangan memunculkan persepsi negara gagal melakukan penegakan hukum. Kalau itu yang terjadi, tentu akan menjadi poin minus bagi Polda Kalsel," pungkasnya.
Seperti diwartakan sebelumnya, lima hari berlalu, polisi belum juga mengamankan pelaku-pelaku lain pembunuh Sabriansyah. Terlebih, sosok aktor intelektual di belakang para pelaku yang tega menghabisi kakek berusia 63 tahun tersebut.
Polisi baru mencokok seorang terduga pelaku dalam kasus pembacokan-penembakan kakek tersebut. Pelaku yang terdesak oleh pengejaran polisi sampai akhirnya menyerahkan diri itu berinisial Y alias Aya.
Dalam pengakuannya, Y mengaku hanya bertindak sendiri. Namun begitu, insting kepolisian berkata lain; Y hanyalah pelaku lapangan yang disuruh oleh petinggi perusahaan.
Kapolda Kalsel Irjen Andi Rian sejatinya sudah memerintahkan jajaran Polres Banjar mengusut tuntas kasus pembunuhan Sabri. Termasuk memanggil pihak PT JBA, sebuah perusahaan tambang batu bara yang memanfaatkan lahan di sekitar TKP pembunuhan.
Salah seorang petinggi PT JBA diduga menjadi orang yang menyuruh para pelaku untuk membuka jalan hauling yang sempat ditutup Sabri dan sejumlah warga lainnya.
Lantas, sudah sejauh mana proses penyelidikan dan pengejaran para pelaku? Sampai berita ini ditayangkan, Kapolda Irjen Andi Rian masih belum membalas pesan singkat media ini.
Dihubungi terpisah, Kabid Humas Kombes Pol Rifai mengarahkan jurnalis media ini menghubungi langsung Kapolres Banjar AKBP Ifan Hariyat. Namun sampai berita ini tayang, Ifan belum mengeluarkan pernyataan mengenai pengembangan kasus di kepolisian.
"Statment langsung dari bapak kapolda, mas," jelas Ifan, dini hari.
Kepala Seksi Humas Polres Banjar, AKP Suwarji saat dihubungi terpisah masih menunggu arahan Kasat Reskrim Iptu Frans Manaan untuk perkembangan kasus selanjutnya.
"Untuk perkembangan kita tunggu dari pak kasat reskrim," singkat Suwarji.
Sekadar tahu, kasus ini tak hanya menuai atensi warga di Kalimantan Selatan saja. Buktinya, jajaran Komisi III DPR RI jauh-jauh datang dari Senayan ke Mapolda Kalsel di Banjarmasin.
Tak banyak yang disampaikan Wakil Ketua Komisi Hukum Pangeran Khairul Saleh kepada awak media usai menggelar pertemuan dengan jajaran Polda Kalsel, Jumat 31 Maret. Mantan bupati Banjar itu meminta agar Polda Kalsel mengusut tuntas kasus Sabri. "Itu murni pidana," singkatnya.
Lain halnya Indonesia Police Watch (IPW). Lembaga independen yang fokus memantau kinerja kepolisian tersebut mengendus adanya dugaan bahwa kasus pembunuhan Sabri melibatkan aktor intelektual.
Tak mungkin pula para pelaku maupun PT JBA seberani itu jika tak memiliki beking. "Polisi jangan hanya menindak pelaku lapangan," kata Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso kepada bakabar.com, Jumat 31 Maret.
Sugeng yakin jika kematian Sabri tak mampu diusut tuntas, maka tak salah ada kesan pembiaran pada aksi premanisme oleh publik.
Catatan bakabar.com, sebelum Sabri, ada nama Jurkani. Advokat PT Anzawara tersebut dibacok hingga lengannya nyaris putus saat memantau praktik penambangan ilegal di areal konsensi perusahaan, Angsana, Tanah Bumbu, Oktober 2022 silam. Sebulan dirawat, purna-polisi berpangkat AKP itu mengembuskan napas terakhirnya.
"Jika polisi tak mampu membongkar kasus konvensional seperti ini, artinya akan ada pembiaran dapat dilakukannya kekerasan-kekerasan beruntun di Bumi Kalsel," jelasnya.
Pengamat sosial, Anang Rosadi Adenansi menyayangkan sikap normatif para wakil rakyat di Komisi III saat bertandang ke Kalsel.
"Ini jelas konflik agraria di pertambangan, antara rakyat dan oligarki, begini saja kah langkah wakil rakyat?" tanya mantan anggota DPRD Kalsel tersebut.
Polemik lahan tambang antara perusahaan dan masyarakat merupakan persoalan serius nan pelik. Memerlukan keseriusan penyelidkan dan keberpihakan penegak hukum, jika tak ingin masyarakat yang terus menerus menjadi korbannya.
"Setiap munculnya konflik agraria (lahan) baik tambang atau perkebunan, aparat harus peka karena kerawanan akan terjadinya kekerasan sangat potensial dialami masyarakat. Kita sudah melihat kasus Jurkani, dan kini Sabri," jelasnya.
Warga yang memiliki bukti kepemilikan lahan sudah sepatutnya dibela oleh pemerintah, bukan terus-menerus disudutkan.
"Mereka mestinya dilibatkan, bukan malah dirampas materinya apalagi nyawanya. Saya harap semua yang terlibat harus disasar, apalagi ini kasus ini sudah ada ada penggunaan senjata api," tutur putra tokoh pers Kalsel, Anang Adenansi tersebut.
Andi Rian sebelumnya sudah membenarkan bahwa salah satu pemicu kematian Sabri adalah luka tembak. Peluru yang menembus kepala Sabri saat ini sudah dalam proses uji balistik. Anang meminta agar hasil penyelidikan nantinya dibuka seterang-terangnya ke publik.
"Saya berharap dengan kapolda Kalsel yang baru dari segi keberadaban dan akhlaknya yang baik dapat menuntaskan kasus ini," pungkas Anang.
Pembunuhan Sabriansyah (60) diduga dilakukan oleh lebih dari 30 orang di jalan tambang Desa Mengkauk, Pengaron, Kabupaten Banjar, Rabu (29/3). Siang itu, jasad Sabri ditemukan sudah bersimbah darah di areal kebun karet tepatnya di RT 4/5.
Lansia tersebut diduga dieksekusi oleh puluhan orang buntut polemik lahan batu bara. Sejumlah luka tusukan, bacokan hingga luka tembak ditemukan di sekujur jasadnya.
Kesimpulan sementara, pembunuhan berawal dari proses penutupan jalan hauling oleh Sabri dan keluarganya yang merasa punya hak atas lahan yang digunakan sebagai rute tambang.
Sepekan penutupan, ancaman silih berganti datang ke pihak Sabri sampai akhirnya keluar perintah dari atasan pelaku untuk membuka portal dengan cara apapun.
Puncaknya pada Rabu (29/3) kemarin, sebanyak enam mobil menyambangi lokasi jalan yang ditutup bermaksud menemui pemilik lahan, Muhammad. Lantaran tak ada di lokasi, satu mobil memilih mendatangi rumah Muhammad.
"Mereka mengaku atas perintah PT JGA. Tujuannya mau menawarkan Rp50 ribu per satu ret," pemilik lahan, Husrani Noor kepada bakabar.com, Jumat 31 Maret.
Muhammad lalu membuka diri, meski ia tidak langsung mengiyakan. "Pada akhirnya juga tidak jelas kepastiannya dan mereka pulang," ungkap Husrani.
Selanjutnya, sejumlah utusan yang diduga preman tersebut memilih kembali ke lokasi tanah berkonflik. Nahas, Muhammad sudah mendapatkan kabar sudah terjadi penyerangan yang menewaskan satu korban.
Berdasar keterangan saksi, pelaku berjumlah lebih dari 20 orang. Mereka menaiki 5 unit mobil. Masing-masing membawa senjata tajam. Bahkan senjata api.
Warga pun berlarian melihat kedatangan mereka.
"Jadi saat penyerangan itu juga ada warga lainnya di sana. Lantaran melihat keberingasan pelaku yang jumlahnya puluhan dengan sajam, warga pun berlarian. Tertinggal satu korban ini (Sabriansyah)," jelasnya.