Hot Borneo

Ironi SDN 3 Sungai Buluh HST: Sekolah Negeri Semrawut di Tengah Rawa!

apahabar.com, BARABAI – Meskipun milik pemerintah, kondisi SDN 3 Sungai Buluh, Labuan Amas Utara (LAU), Hulu…

Featured-Image
Kondisi bangunan SDN 3 Sungai Buluh di Kecamatan LAU HST, Selasa (29/3). Foto-apahabar.com/Lazuardi.

bakabar.com, BARABAI – Meskipun milik pemerintah, kondisi SDN 3 Sungai Buluh, Labuan Amas Utara (LAU), Hulu Sungai Tengah (HST), sungguh semrawut.

SDN 3 Sungai Buluh sempat viral. Penyebabnya 3 siswanya nekat naik baskom berangkat ke sekolah.

Berdasarkan pantauan langsung bakabar.com, kondisi bangunan sekolah tersebut sangat memprihatinkan.

Bangunannya lapuk. Plafon, tiang, lantai dan dinding tampak semrawut.

Bahkan sebagian atap hilang akibat diterpa angin kencang.

Tak hanya itu, aroma kotoran tikus menyeruak dari ruang kelas.

Dari enam ruangan, hanya satu yang terbilang layak. Sisanya digenangi air hingga eceng kondok.

Ironisnya lagi, terdapat ruangan yang diduga menjadi sarang ular. Sampai-sampai guru tak berani memasukinya.

“Untuk ruang belajar, kita gunakan satu yang masih bagus. Sisanya masih belum bisa dipakai. Kita bingung juga dari mana mulai membersihkannya,” ucap Kepsek SDN 3 Sungai Buluh, Mursalin kepada bakabar.com, Selasa (29/3).

Dengan kondisi itu, waktu belajar pun sifatnya tentatif.

“Masuk kelas tergantung siswanya. Kalau sudah datang, baru dimulai pelajaran. Begitu pula dengan para guru. Kami saling menunggu. Karena guru tidak tinggal di sini. Ada yang tinggalnya jauh,” katanya.

Sejauh ini, jumlah siswa di sana sebanyak 25 orang.

Kemudian, memiliki 6 guru dan 1 kepala sekolah. Salah satu gurunya masih berstatus honorer.

Sekolah ini mempunyai 6 ruang kelas, 1 ruang guru dan 1 perpustakaan.

Mursalin bilang pihaknya tak bisa memberikan sanksi kepada siswa.

Sebab jika keras, maka ditakutkan mereka enggan bersekolah.

“Bisa-bisa tidak mau sekolah,” ungkapnya.

Asa Warga Desa

img

Perahu-perahu para orang tua siswa terparkir di depan SDN 3 Sungai Buluh di Kecamatan LAU HST, Selasa (29/3). Foto-bakabar.com/Lazuardi.

Sementara itu, Kades Awang Landas, Suriani menyebutkan jumlah warga sekitar sebanyak 200 jiwa dari 87 kepala keluarga.

Mereka bekerja sebagai peternak bebek, ikan dan kerbau.

Warga di sana, ungkap Suriani, berharap pemerintah bisa membangunkan titian atau jalan penghubung ke sekolah tersebut.

Pasalnya titian yang ada tidak sampai ke SDN 3 Sungai Buluh.

“Sekitar 3 kilometer dari jembatan terakhir menuju sekolahan,” bebernya.

Respons Pemkab HST

img

Kondisi bangunan SDN 3 Sungai Buluh di Kecamatan LAU HST, Selasa (29/3). Foto-bakabar.com/Lazuardi.

Dikonfirmasi, Plt. Sekda HST, Muhammad Yani mengungkapkan, kondisi keuangan daerah terbatas akibat pandemi Covid-19.

Baik yang bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) maupun dinas pendidikan.

“Kemudian dana-dana pembangunan juga terbatas. Ya kita coba melakukan perbaikan, tapi kita sesuaikan dengan kemampuan,” ujar Muhammad Yani kepada bakabar.com via WhatsApp.

Ia berjanji akan merapatkan, mengevaluasi dan mencari jalan terbaik untuk SDN 3 Sungai Buluh ke depan.

“Terutama aspek pemerataan,” bebernya.

Pemkab HST, tambah dia, berencana membangun titian atau jalan penghubung hingga ke sekolah.

“Kita berencana membangun titian. Tetapi kita sesuaikan dengan kemampuan daerah karena secara teknis airnya lebih dalam di situ.”

“Ya kita lihat dulu lah, apakah nanti menggunakan dana insentif kecamatan yang kita arahkan ke situ,” pungkasnya.

3 Siswa Naik Baskom ke Sekolah

img

3 bocah SD viral yang pergi ke sekolah dengan mengayuh baskom, Selasa (29/3)./Foto: bakabar.com/Lazuardi

3 bocah SD HST naik baskom ke sekolah viral di media sosial.

Ketiganya belakangan diketahui Bani, Ramli dan Rizka.

Mereka duduk di kelas 5 SDN 3 Sungai Buluh, Labuan Amas Utara, HST.

Alawiyah, ibu dari Bani mengaku hanya memiliki satu sampan. Itupun dipakai untuk mencari ikan.Sehingga dirinya tak bisa mengantar anak ke sekolah.

“Hanya punya satu. Dipakai untuk mencari ikan. Pulang lambat jadi tak bisa mengantar anak ke sekolah dengan cepat,” ucap Alawiyah saat ditemui bakabar.com, Selasa (29/3) kemarin.

Ia mengatakan waktu yang harus ditempuh sang anak dari rumah ke sekolah yakni selama 3-5 menit.

Meskipun anaknya tak takut mengayuh baskom ke sekolah, namun Alawiyah tetap was-was.

“Mereka bisa saja berenang. Tapi kalau sewaktu-waktu baskom terbalik, anak-anak ini bukannya menyelamatkan diri malah menyelamatkan baskom. Karena kecapean, bisa saja tenggelam,” tandasnya.



Komentar
Banner
Banner