bakabar.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima menilai investasi PT Kereta Api Indonesia (KAI) pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dan Light Rapid Transit Jakarta Bogor Depok Bekasi (LRT Jabodebek) menjadi terobosan bisnis.
Dia tidak menampik bahwa investasi tersebut akan berdampak pada kesehatan keuangan perusahaan, namun hal tersebut menjadi langkah awal untuk menemukan pola bisnis baru.
“Ini langkah terobosan, memang, awalnya tidak sehat, tapi kita akan mulai dengan model baru, cara baru. Bagaimana infrastruktur kereta api juga melibatkan operator dari kereta api sendiri yaitu KAI,” ujar Aria dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (9/2).
Keterlibatan PT KAI dalam proyek KCJB dan LRT Jabodebek merupakan kali pertama. Sebuah pengalaman baru ketika perusahaan tersebut ikut berinvestasi pada pembangunan infrastruktur perkeretaapian.
Baca Juga: Dukung Layanan Kereta Cepat, 20 Perusahaan Teken MoU dengan PT KCIC
Aria menyampaikan bahwa apabila KAI mampu menunjukkan performa pada peran barunya, maka besar kemungkinan perusahaan tersebut ikut mendukung proyek infrastruktur di daerah lain, terutama yang berkaitan dengan aset yang dimiliki KAI.
“Kalau itu menjadi role model yang bagus akan kita lanjutkan di beberapa infrastruktur di daerah-daerah lain terutama, bagaimana mengelola, meningkatkan aset KAI itu untuk bisa menjadi sumber daya guna memperkuat keuangannya untuk investasi,” katanya.
Sebelumnya, Staf Khusus (Stafsus) Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan BUMN terus berupaya mempercepat penyelesaian proyek kereta cepat agar dapat beroperasi pada pertengahan tahun ini.
Baca Juga: Kereta Cepat Jakarta - Bandung Akan Beroperasi Juni 2023
"Penyelesaian kereta cepat tetap berjalan sesuai jadwal atau timeline," ujarnya.
Terkait LRT, Arya mengatakan kereta Light Rail Transit (LRT) Jabodebek akan dioperasikan pada pertengahan 2023. Operasional kereta LRT tersebut kemungkinan akan berbarengan dengan operasional kereta cepat Jakarta - Bandung.