bakabar.com,BANJARMASIN – Resmi menduduki posisi Direktur Utama Bank Kalsel sejak 4 Desember 2021, Hanawijaya ternyata sejak SMA bercita-cita ingin menjadi pelaku usaha pertanian.
Untuk merealisasikan mimpinya menjadi pengusaha pertanian, selepas lulus dari Institute Pertanian Bogor (IPB) tahun 1986, dia bersama rekan-rekannya merintis usaha agribisnis di kawasan Pengalengan, Jawa Barat.
Namun usaha pertanian di lahan pegunungan itu malah merugi. Cita-citanya menjadi pengusaha pertanian pun kandas. Bisnis pertanian rupanya memang bukan jalan hidupnya, Hanawijaya rupanya ditakdirkan menggeluti bisnis perbankan.
Setelah puluhan tahun berkarier di sejumlah bank milik pemerintah dan bank pembangunan daerah, dia kini menjadi salah seorang bankir ternama di tanah air.
Hanawijaya kini adalah Dirut Bank Kalsel. Sosok pria kelahiran Tanah Abang 1963 ini dipaparkan di Acara Obligasi (Obrolan Lintas Generasi) yang disiarkan live melalui Instagram Bank Kalsel, Jumat (13/1/2021).
Dipandu host Sistia Raisanty dan Muhammad Mustakim, obrolan santai tersebut mengangkat tema Mengenal Lebih Dekat Direktur Utama Bank Kalsel Hanawijaya.
Dipaparkan Hanawijaya, sebenarnya sejak SMA di Jakarta dirinya bercita-cita menjadi pelaku usaha pertanian.
Apalagi dirinya suka baca buku pertanian salah satunya tentang perkebunan cengkeh dan ia pun mengidamkan punya lahan pertanian cengkeh yang luas.
Selaras dengan cita-cita, Hana yang masuk ranking sepuluh besar di SMA pada 1982 mendapat undangan untuk masuk kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan ia belajar di jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
"Semasa kuliah saya banyak ikut kegiatan dosen di bidang bidang transmigrasi, kemudian dampak kemiskinan daerah Banten dan lainnya yang berhubungan sosial ekonomi pertanian," papar Hana.
Ketika di kampus menghadirkan pembicara Bob Sadino, pengusaha pertanian, Hana semakin termotivasi berbisnis pertanian.
Lulus kuliah 1986, Hana bersama beberapa teman merintis usaha agribisnis di kawasan Pengalengan, Jawa Barat.
Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, usaha di lahan pegunungan itu malah merugi. Kegagalan bukan akhir segalanya.
Hanawijaya yang bercita-cita menjadi pengusaha pertanian, ternyata rezekinya datang dari dunia perbankan.
Pada 1990 tatkala perbankan banyak merekrut banyak sarjana pertanian, Hana pun tertarik melamar dan ia diterima di Bank Dagang Negara (BDN) Jakarta.
"Selama setahun kami belajar. Dan saya tak masalah menjadi orang bodoh yang selalu banyak bertanya kepada siapapun untuk mendapat banyak ilmu dan pengalaman dari para senior. Karena prinsip saya adalah serius dalam menggeluti pekerjaan," ujar anak kelima dari tujuh bersaudara ini.
Kinerja Hana mendapat perhatian atasan sehingga seiring waktu ia pun terpilih mengikuti Officer Development Program yang para pesertanya ditempa tiga bulan dan praktek sembilan bulan di kantor cabang.
"Kami mendapat tugas berkaitan praktik teller, customer service, pembukuan, ekspor impor dan sebagainya," papar Hana.
Karena punya komitmen kuat, kembali Hana mendapat kenaikan pangkat lebih cepat dari kawan-kawan seangkatan. Hingga pada 1998 tatkala merger bank-bank pemerintah dan terbentuknya Bank Mandiri, Hana salahsatu karyawan yang mendapat kenaikan jabatan.
"Saat itu ada empat bank dimerger. Saya termasuk yang dites dan Alhamdulillah menduduki salah satu jabatan," jelasnya.
Lantas seiring perkembangan karir, pada 2005 Hana diangkat menjadi Direktur BRI Syariah. Dan di situ ia merasakan hikmah sebagai sarjana pertanian mampu mengangkat prestasi bank yang ia pimpin karena keberpihakan terhadap masyarakat pertanian.
"Saat itu statistik BRI Syariah untuk sektor pertanian adalah Rp1,3 triliun. Sementara Bank Syariah Mandiri Rp1,2 triliun. Itu karena kami di BRI Syariah berani masuk ke sektor pertanian," bebernya.
Hana merasakan bagaimana harga sebuah perjuangan. Ia selalu ingat pesan gurunya, siapkan dirimu dan opportunity will come true (kesempatan akan datang padamu).
"Di awal karir di perbankan, saya selalu dipesankan senior saya untuk banyaklah belajar. Sebab itu akan memberikan kesiapan pada diri kita jika mendapat kesempatan menduduki jabatan tertentu," terang Hana yang suka membaca buku tokoh sukses dan mengikuti kebiasan sukses mereka.
Ayah dua anak ini mengakui bahwa ia sangat fokus pada pekerjaan, makanya sejak awal kerja di perbankan ia kerap kerja melebihi jam kerja. Bahkan ketika Sabtu jam kerja hanya sampai pukul 12.00 Hana malah keluar kantor pukul 16.00.
Meski sibuk dengan pekerjaan, namun Hama tak melupakan interaksi dengan keluarga. Sebab baginya sentuhan orangtua kepada anak itu tak bisa tergantikan dengan hal lain.
Begitupula dengan istri. Baginua berumahtangga itu tidak hanya menggabungkan dua ekosistem keluarga besar, dua kultur, tapi juga bagaimana berkomunikasi yang efektif.
"Waktu kerja harus dikompensasi dengan kualitas komunikasi dengan keluarga," papar penggemar sepakbola yang jika bermain bola senang berposisi sebagai sayap kanan ini.
Selama 32 tahun bergelut di perbankan, Hana menyimpulkan bahwa tidak cukup hanya dengan knowledge (pengetahuan) tapi juga attitude (prilaku) dan relationship (hubungan dengan orang lain) bagaimana menghargai orang lain.
Sebagaimana kejadian unik ketika Hana menduduki jabatan pimpinan di Bank Mandiri. Saat itu salah seorang bawahannya adalah mantan atasannya semasa di BDN.
"Beliau perempuan, pimpinan yang termasuk galak kala itu dan pernah kena marah. Jadi suatu hari karena rumah saya dekat kantor maka saat siang saya pulang untuk makan. Selepas makan saya baca koran. Ternyata saya malah ketiduran," seloroh Hana.
Seketika terbangun, Hanawijaya pun kelabakan. Ia setengah berlari menuju kantor. Dengan kaki terpincang-pincang akibat sehari sebelumnya saat Minggu mendapat cedera saat main bola, ia pun bisa juga sampai di kantor.
"Di kantor, atasan saya tadi melihat saya kembali ke kantor telat dari waktu istirahat dan berucap marah, Hanaaaaâ¦" ungkapnya.
Ketika di Bank Mandiri harus jadi bawahan Hana, sang mantan atasan sempat bercanda bahwa ia tak mau dipimpin oleh Hana. Tapi Hana menanggapi candaan itu dengan penuh hormat kepada sang mantan atasan.
Kejadian lainnya, tatkala mantan seniornya di BDN yang waktu itu menjabat wakil pimpinan cabang juga kemudian saat berkarir di BRI syariah menjadi bawahannya.
"Beliau orang baik, sejak awal saya kerja selalu mengajari saya. Beliau guru saya. Dan ketika saya jadi atasan beliau, suatu hari masuk ruangan saya sambil bawa buku agenda sembari meminta petunjuk untuk suatu tugas. Saya kemudian bilang kepada beliau, bapak adalah guru saya. Tak perlu seperti itu dengan saya. Silakan bapak kerjakan tanpa perlu arahan saya," papar Hanawijaya.
Selain senang belajar, selama berkiprah di dunia perbankan Hanawijaya juga suka mengajar. Bagi mantan Direktur Operasional dan Direktur Bisnis Ritel & Unit Usaha Syariah Bank Jateng tersebut, mengajar itu akan memperkuat daya ingat. Sebab seorang pengajar akan selalu belajar dan itu menjadi kebiasaan.