Tak Berkategori

Ini Sosok Putra Guru Bangil yang Dikabarkan Meninggal Dunia

apahabar.com, BANJARMASIN – Pengasuh Pondok Pesantren Datu Kelampaian Bangil, Surabaya, KH Kasyful Anwar dikabarkan meninggal dunia…

Featured-Image
KH Kasyful Anwar. Foto-net

bakabar.com, BANJARMASIN - Pengasuh Pondok Pesantren Datu Kelampaian Bangil, Surabaya, KH Kasyful Anwar dikabarkan meninggal dunia pada Kamis (5/8) sekira pukul 07.30 Wita. Berikut riwayat singkat putra Guru Bangil (KH Muhammad Syarwani Abdan) tersebut.

Mengutip Rifafreedom.wordpress.com, KH Kasyful Anwar lahir pada tahun 1944 di Kota Bangil. Dia merupakan putra pertama pasangan KH Syarwani Abdan dan Hajjah Bintang.

KH Kasyfu Anwar menimba ilmu formal di Madrasah Ibtidaiyah Al Hurriyah, Bangil. Saat itu Madrasah tersebut dipimpin seorang ustadz bernama Ustadz Jalal. Selain di Al Hurriyah, ia juga mengenyam pendidikan di Pesantren Salafiyah yang diasuh KH Abdul Hamid atau yang dikenal dengan Kiai Hamid Pasuruan. Kiai Hamid sendiri tak lain adalah sahabat dari ayahnya.

Kyai Kasyful juga menuntut ilmu di Pondok Pesantren Darun Nasyi'in Lawang, Jawa Timur. Di pesantren yang diasuh oleh Habib Muhammad Bin Husain Ba'bud ini, Kyai Kasyful menghabiskan kurang lebih 6 tahun lamanya.

Selepas mondok di Pondok Pesantren Darun Nasyi'in, Kyai Kasyful berangkat ke kampung halaman ayahnya di Martapura, Kalimantan Selatan. Di Martapura, Kyai Kasyful belajar pada Tuan Guru Anang Sya'rani Arif.

Guru Anang Sya'rani –begitu ulama ini dikenal—masih terhitung paman dari Kyai Kasyful Anwar. Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam ini adalah teman menimba ilmu Sang Ayah (Guru Bangil) di tanah suci. Keduanya sempat mengajar di Masjidil Haram dan dikenal dengan "Dua Mutiara dari Tanah Banjar".

Di kemudian hari, KH Kasyful Anwar menikahi putri dari Guru Anang Sya'rani.

Setahun di Kota Martapura, beliau kembali lagi ke kota Bangil. Di kota kelahirannya ini, beliau menyempatkan diri berguru kepada Habib Ali bin Abdullah Al Haddad, putra Habib Abdullah bin Ali Al Haddad, Sangeng, Bangil.

Selain kepada Habib Ali bin Abdullah Al Haddad, selama sekitar dua tahun lamanya beliau juga menimba ilmu dari Habib Salim bin Agil di Surabaya.

Kedekatannya dengan para guru dari kalangan Habaib berlanjut saat dirinya tak lama setelah itu tinggal di Jakarta. Beliau di Jakarta memperdalam ilmu kepada Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (ulama ahli hadist terkemuka di era tahun 1960-an).

Selain jalur pendidikan pesantren, Kyai Kasyful juga menempuh pendidikan formal hingga ke jenjang perguruan tinggi. Pada tahun 1971, dia masuk Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 1978. Setelah lulus sarjana, beliau mengajar di almameternya tersebut hingga tahun 1991. Sejak tahun 1991, beliau mengajar di IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Meski terhitung sudah tidak muda lagi, semangatnya dalam terus mengisi hari-harinya dengan aktivitas ilmu pengetahuan tidaklah pudar. Tahun 2007, beliau menuntaskan pendidikan pasca sarjana (S2) di Universitas Sunan Giri Surabaya.

Sebelumnya, Kyai Kasyful juga mengajar di beberapa tempat lainnya, termasuk di Universitas Zainul Hasan Probolinggo dan terkadang mengisi acara santapan rohani di Radio.

Setelah Sang Ayah wafat, Tuan Guru Kasful Anwar memfokuskan aktivitas mengajarnya pada dua tempat, yaitu di IAIN dan Pondok Pesantren Datu Kelampaian.



Komentar
Banner
Banner