Tak Berkategori

Imlek di Tahun Politik, Begini Harapan Umat Konghucu Banjarmasin

apahabar.com, BANJARMASIN – Perayaan Imlek 2019 atau 2570 Kongzili bertepatan dengan tahun politik. Umat Konghucu di…

Featured-Image
Ilustrasi kemeriahan Imlek. Foto-net

bakabar.com, BANJARMASIN – Perayaan Imlek 2019 atau 2570 Kongzili bertepatan dengan tahun politik. Umat Konghucu di Banjarmasin pun berharap akan terpilih pemimpin yang adil dan mampu mensejahterakan rakyat.

"Tema perayaan imlek tahun 2019 ini adalah Penimbunan Kekayaan Akan Menimbulkan Perpecahan di Antara Rakyat. Penyebaran Kekayaan Akan Mensejahterakan Rakyat. Ini tentu berkaitan dengan ajang Pilpres yang akan jatuh tak lama lagi. Disitu kita (Umat Konghucu) berharap lahirnya pemimpin yang adil dan merakyat," kata Pengurus Harian Klenteng Soetji Nurani Banjarmasin, Tiono Husin dalam perbincangannya dengan reporter bakabar.com, Selasa (5/2) sore.

img

Pengurus Harian Klenteng Soetji Nurani Banjarmasin, Tiono Husin. Foto-bakabar.com/Eddy Andriyanto

Tiono menambahkan tahun politik tentu tak lepas dari gejolak yang muncul akibat gesekan antar pendukung calon presiden. Namun ia berpesan agar seluruh masyarakat tidak terpancing dan tetap jaga kerukunan yang sudah tertanam.

"Seperti momen Imlek yang harus dijalani dengan penuh tenggang rasa antar sesama. Karena itu bagian dari kerukunan antar umat beragama di Indonesia," tuturnya.

Tak lupa ia juga mendoakan dan mengharapkan kiranya Pemilu 2019 dalam situasi yang tenang. Selain itu, pihaknya meminta kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya etnis Tionghoa, terutama yang berada di Kota Banjarmasin untuk menjaga kekondusifan tersebut.

“Khusus kepada warga Tionghoa di kota Banjarmasin janganlah kita menyebarkan berita-berita yang tidak baik. Karena di dalam tahun politik ini, yang terpenting adalah selalu menjaga kebersamaan, persatuan, dan kesatuan,” sebutnya.

Senada dengan Aliong (55) yang datang beribadah dengan kedua putrinya. Namun, ia berharap di tahun politik ini siapapun presiden yang terpilih Indonesia bebas dari korupsi.

“Siapapun presidennya saya berharap dan berdoa tidak ada lagi korupsi. Itu saja,” harap pengusaha alat-alat bangunan ini.

Linda, warga Bunyamin yang juga datang untuk sembahyang di Klenteng tertua di Banjarmasin itu, juga berharap di tahun politik ini Indonesia lebih damai lagi dan tidak tercerai-berai.

“Siapapun yang memimpin, semua akan membawa kedamaian," ucap Linda.

Ya, Perayaan Imlek Nasional 2019 memang diharapkan bisa menjadi momentum penting bagi warga Indonesia Tionghoa dalam turut membangun bangsa Indonesia yang besar, makmur, dan damai. Juga menjunjung tinggi toleransi dengan cara terus merajut kebinekaan dan memperkokoh persatuan Indonesia.

Perayaan tahun baru China, atau yang lebih dikenal dengan sebutan perayaan Imlek, sudah mendunia. Berbagai penjuru dunia seakan larut dalam nuansa kemeriahan khas negeri bambu tersebut, mulai dari tatanan lampion hingga baju warna merah.

Hal ini disebabkan karena warga keturunan Tionghoa sudah menyebar dan tinggal di berbagai penjuru di muka bumi ini. Bahkan pemilik wajah oriental dan berkulit kuning mulus itu beranak pinak dan membentuk komunitas yang dikenal dengan sebutan Pecinan.

Di Indonesia, Imlek dirayakan secara terbuka setelah pemerintah secara resmi menjadikannya hari libur fakultatif sejak 1999 dan menjadi hari libur nasional pada 2003. KH. Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan panggilan, Gus Dur adalah tokoh pencetusnya.

Reporter: Eddy AndriyantoEditor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner