bakabar.com, JAKARTA - Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) tengah bersiap mengembangkan pariwisata dan ekonomi lokal IKN dengan belajar dari pengalaman di Bali.
Harapannya IKN hadir sebagai kota yang disukai dan dicintai oleh semua pihak, termasuk wisatawan. Untuk itu sejumlah layanan dan pengembangan potensi wisata akan tingkatkan untuk menarik perhatian para tamu mengunjungi daerah tersebut.
Belajar dari pengalaman pengembangan pariwisata di Bali, khususnya terkait upaya memajukan pariwisata yang mampu mempertahankan budaya lokal menjadi kekuatan yang akan diadaptasi oleh IKN.
Pengalaman itu semakin penting untuk dipelajari terutama seiring dengan pembangunan IKN yang kian masif disertai kunjungan yang akan meningkat ke depan.
Baca Juga: Belajar dari Bali, OIKN Kembangkan Pariwisata dan Ekonomi Lokal IKN
Menanggapi keinginan pemerintah tersebut, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menjelaskan beberapa hal. Menurutnya, bicara soal pariwisata tidak mudah, karena diperlukan perencanaan yang matang terlebih dahulu.
"Jadi maksudnya bagaimana mengembangkan pariwisata di IKN. Nah kita tahu bahwa IKN itu kan sekarang pemerintah sedang membangun. Dan tentu kalau kita bicara pariwisata harus ada konsep dasarnya. Perencanaannya harus jelas dulu, kemana tujuan untuk mengembangkan pariwisatanya," terang Maulana kepada bakabar.com, Selasa (20/6).
Sepengetahuan Maulana, jika tidak memiliki konsep yang jelas dan rinci, dipastikan pembangunan kota wisata, perkembangannya ke depan menjadi tidak jelas. Dan bukan tidak mungkin akan mengalami kebuntuan atau bingung arahnya hendak dibawa kemana.
"Dan kita tahu bahwa IKN itu kan dasarnya hutan dibangun dan dibentuk menjadi suatu kota dan menjadi pusat pemerintahan," ujar Maulana.
Baca Juga: Perusahaan Asal UEA Tertarik Investasi Energi Ramah Lingkungan di IKN
Karena itu, kata Maulana, tujuannya awal pembangunan IKN bukan sebagai kota pariwisata, melainkan menjadi ibu kota baru negara. Sementara kota yang dibangun untuk tujuan pariwisata, didasarkan atas beberapa hal, mulai dari potensi keindahan alam, potensi budaya, keindahan kota hingga sisi kuliner.
"Model kotanya itu entah menjadi kota modern, atau kotanya yang unik, atau IKN juga masih ada nilai-nilai zaman dahulu," katanya.
Berkaca dari keunikan yang dimiliki, Maulana menegaskan bahwa pariwisata sangat beragam. Itu sebabnya, sebuah kota tidak harus menjadi sesuatu yang dibentuk khusus untuk kegiatan pariwisata, namun semua kegiatan yang didasarkan pada aktivitas manusia di kota tersebut.
"Jadi keunikan dari kota tersebut bisa menjadikan suatu nilai cerita yang unsurnya menjadi pariwisata. Itu yang harus dipahami dulu," jelasnya.
Baca Juga: Rombongan Pengusaha Prancis, Otorita IKN: Serahkan 4 Letter of Intent
Secara sederhana, menurut Maulana, bicara pariwisata saat ini adalah bicara tentang pergerakan manusia. Pergerakan itu berpindahnya orang dari satu destinasi ke satu destinasi lainnya.
"Atau ada kedatangan dari negara lain yang memicu ke satu destinasi yang ada di Indonesia. Itu kalau kita bicara pariwisata," terangnya.
Hal tersebut diutarakan Maulana, lantaran dirinya melihat dari perspektif hotel, bahwa berkegiatan datang untuk menonton satu event, datang untuk menghadiri pertemuan, atau datang untuk melakukan penelitian, atau datang untuk hanya sekedar berlibur, itu tetap dihitung.
"Itu kan dihitung menjadi angka pariwisata," pungkasnya.