bakabar.com, BARABAI - Hari kelima pasca-kematian dua anak kandungnya, MNH (6) dan SNH (4), Sutarti masih terus meranyau.
“Kondisinya masih sama, masih meracau (mengoceh tak jelas-red)," kata Kasat Reskrim, AKP Dany Sulistiono ditemui bakabar.com di Mapolres HST, Senin (30/11).
Sampai sekarang polisi belum juga menerima hasil visum. Pun dengan hasil kejiwaan sang ibu kandung, Sutarti.
Hasil visum masih dirampungkan pihak RSUD H Damanhuri Barabai.
Sementara observasi Sutarti di Poli Kejiwaan RS Kandangan, Hulu Sungai Selatan (HSS).
"Hasil visum belum keluar. Kejiwaan (Sutarti) juga belum ada hasil perkembangan atau perubahan yang signifikan,” ujar Dany.
Sesuai Standar…
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
Sesuai standar operasional prosedur rumah sakit, kata Dany, minimal observasi kejiwaan Sutarti 14 hari.
Jika masih tidak ada perkembangan yang signifikan, waktu observasi bisa saja ditambah.
Sebagai pengingat, warga di Batu Benawa HST digegerkan dengan kematian dua anak kandung Sutarti.
Anak laki-laki dan perempuannya ditemukan tak bernyawa di dalam kamar rumahnya di Desa Pagat RT 8, Rabu (25/11).
Ironisnya, mereka ditemukan terlentang dalam keadaan tanpa busana bersama dengan sang ibu yang juga tak memakai pakaian.
Warga menduga Sutarti yang menghabisi nyawa kedua anaknya.
Diduga, dia nekat membunuh anaknya itu lantaran depresi karena terlilit berbagai masalah pasca-ditinggal meninggal sang suami yang belum genap 40 hari.
Dugaan warga diperkuat dengan kondisi Sutarti. Saat ditemukan dia mengoceh tak jelas.
Pun demikian saat warga menanyakan keberadaan sang anak.
Saat itu warga merasa curiga. Sang anak yang biasanya bermain di luar rumah setengah hari tidak ada terlihat keluar.
Apalagi ketika ada warga yang melintas. Terdengar bunyi gaduh di dalam rumah pada hari kejadian sekitar pukul 14.00.
Alhasil warga sekitar pun berdatangan melihat kondisi, apa yang sebenarnya terjadi.
“Setiap kali warga bertanya, ke mana anak? Jawabnya: selalu sudah kubunuh,” kata Wati menirukan jawaban Sutarti.
Salah satu warga akhirnya melihat melalui sebuah jendela. Di sanalah warga melihat dua anak kandungnya terkapar tanpa busana.
Sutarti saat akan diamankan polisi pun masih mengoceh tak jelas, dia berteriak-teriak.
Polisi pun sampai kewalahan untuk mengamankan Sutarti.
Kala itu rumahnya terkunci rapat. Sehingga warga dan anggota kepolisian harus merusak pintu rumahnya.
Sebelum polisi berhasil mengikat kedua tangan dan kakinya hingga bisa diamankan, Sutarti sempat berteriak mengusir warga yang memenuhi pekarangan rumahnya.
Warga tak menduga akan terjadi peristiwa seperti itu. Pasalnya, sehari sebelum kejadian itu keluarga kecil ini masih tampak biasa-biasa saja.
“Sutarti terlihat masih jalan-jalan dengan anak-anaknya,” ungkap Wati.
Pernyataan ini diperkuat oleh adik ipar Sutarti atau adik mendiang suaminya yakni, Ipul.
Rumah adik ipar ini tak jauh dari kediaman Sutarti. Antara rumah Sutarti dengan adik iparnya ini berbeda desa. Sutarti di Pagat sementara Ipul di Aluan Mati RT 5.
“Hari sebelum kejadian itu, dia beli air galon ke tempat saya dengan anak-anaknya,” ujar Ipul.
Dia tak merasa ada hal aneh terhadap Sutarti kala itu.
“Baik-baik saja tampak seperti orang biasa, tidak ada apa-apa. Normal saja,” terang Ipul.
Suami Penanambaan, Ibu Terduga Pembunuh 2 Anak di Benawa HST Pernah Kuliah