bakabar.com, JAKARTA – Baru-baru ini lagi ramai pernyataan Ustadz Sofyan Chalid yang menyebut wisata ke Candi Borobudur haram.
Pernyataan Ustadz Sofyan Chalid termuat dalam sebuah video berdurasi sekitar 1 menit. Video itu sebetulnya sudah beredar sejak 2018 lalu.
Menurut Ustadz Sofyan Chalid kehadiran ke Candi Borobudur sama halnya dengan persetujuan terhadap peribadatan yang dilakukan oleh penganut agama lain.
Mulanya ia membacakan pertanyaan dari secarik kertas yang ada di tangannya. Pertanyaan itu mengenai ‘Apa hukumnya wisata ke tempat ibadah orang kafir contohnya Candi Borobudur?’.
“Hukumnya haram, karena itu termasuk persetujuan terhadap peribadahan mereka makanya kita tidak boleh duduk-duduk bersama orang yang menghina agama. Allah mengatakan kalau kamu duduk bersama mereka kamu seperti mereka,” jawab Sofyan dilihat bakabar.com dari video detik.com, Selasa (14/9).
Sofyan kemudian menegaskan kehadiran umat Islam dalam Candi Borobudur tersebut merupakan bentuk persetujuan. Meskipun dalam hati menolak atau tidak setuju dengan keberadaan kaum kafir.
“Hadirnya kita di situ artinya persetujuan terhadap dia, kalau kita hadir di tempat peribadahan orang kafir sama saja berarti setuju dengan mereka walaupun hati kita nggak setuju tapi kehadiran kita adalah persetujuan itu sendiri. Kita nggak boleh hadir ke situ kecuali untuk satu tujuan, mau membubarkan orang yang beribadah selain kepada Allah,” tegas dia.
Tuai Reaksi
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, angkat bicara soal heboh Ustaz Sofyan Chalid menyebut wisata ke Candi Borobudur haram.
Ganjar menyebut siapa saja bisa datang ke Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. “Boleh siapapun, agama apapun datang,” kata Ganjar dilansir detikcom, Selasa (14/9/2021).
Ganjar kemudian menyinggung kunjungan Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong XVI Al-Sultan Abdullah Al-Mustafa Billah Shah Ibni Almarhum Sultan Haji Ahmad Shah Al-Musta’in Billah yang pernah wisata ke Candi Borobudur bersama keluarganya pada 2019 lalu.
Ganjar menyebut Raja Malaysia yang beragama Islam itupun mengagumi keindahan Candi Borobudur.
“Yang di-Pertuan Agong, Raja Malaysia, yang negaranya begitu (muslim) aja datang kok,” tegasnya.
Sementara itu Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, KH Ahmad Darodji menyebut kedatangan ke Candi Borobudur tergantung niatnya.
“Kita ke Borobudur mau wisata apa mau ibadah? Kan dilihat niatnya,” kata Darodji.
Darodji menyebut mendatangi Candi Borobudur merupakan salah satu cara mengagumi teknologi di masa lalu.
Darodji mengatakan Candi Borobudur merupakan salah satu mahakarya nenek moyang berupa ilmu.
“Ke sana itu lihat zaman biyen wong pinter-pinter, mbangun candi (melihat orang zaman dulu pintar-pintar, bisa membuat candi). Mengagumi rahmat Gusti Allah pada pendahulu kita yang bisa memakai teknologinya,” ujarnya.
“Mereka bersatu membuat itu, bisa memasang batu dengan batu dan seterusnya,” imbuh Darodji.
Darodji pun menegaskan umat muslim yang datang ke Candi Borobudur dengan niat ibadah merupakan hal yang salah.
“Kalau kita (muslim) ikut ibadah (agama lain), nah itu salah,” tegasnya.
Di sisi lain Majelis Tarjih Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyesalkan pendapat Ustaz Sofyan Chalid.
Muhammadiyah melihat Sofyan Chalid kurang referensi dalam beragama. “Sama sekali tidak ada larangan dalam Al-Qur’an. Berwisata itu mubah atau diperbolehkan,” kata Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah Prof Syamsul Anwar, Selasa (14/9/2021).
Syamsul mengimbau masyarakat untuk tidak memahami Al-Qur’an sepotong-potong. Tapi harus komprehensif dari berbagai sudut pandang.
“Soal itu peninggalan agama lain ya kita anggap saja itu sebuah history (sejarah),” katanya.
Syamsul menyoroti pengambilan kesimpulan Ustaz Sofyan Chalid yang mengaitkan muamalah yaitu berwisata ke tempat peribadahan agama lain dengan akidah.
“Muamalah ya muamalah, tidak perlu dikait-kaitkan dengan akidah,” pesannya.