bakabar.com, RANTAU – Sebuah video berdurasi 34 detik menghebohkan jagat maya, setelah diunggah oleh akun Instagram @xakamix dan tiktok bjb_viral tiga hari lalu.
Video tersebut memperlihatkan suasana meriah sebuah acara yang diduga sebagai perayaan kelulusan siswa SMK di Tapin, lengkap dengan hiburan DJ dan aksi saweran yang mengundang pro dan kontra di tengah masyarakat.
Dalam video itu, tampak para siswa dan siswi berjoget ria menikmati alunan musik disko di bawah tenda berhias kain merah, kuning, dan putih.
Namun hal yang menyita perhatian adalah saweran oleh beberapa orang kepada DJ panggung, termasuk seorang wanita berhijab cokelat muda.
Peristiwa ini sontak memicu berbagai reaksi, terutama di media sosial. Akhirnya diketahui perpisahan tersebut dilakukan siswa SMKN 1 Tapin Selatan, Kamis (8/5) lalu.

Menanggapi hal itu, Kepala Sekolah SMKN 1 Tapin Selatan, Edi Suhariyono, menyampaikan klarifikasi dan menegaskan siap bertanggung jawab apabila terjadi unsur yang melanggar norma atau hukum dalam acara tersebut.
"Jelas kamiakan bertanggung jawab, apabila memang dalam perayaan tersebut melanggar hukum ataupun norma sosial masyarakat," papar Edi melalui siaran pers, Selasa (27/5).
Edi menegaskan bahwa tidak terdapat unsur minuman keras, narkoba, atau barang terlarang lainnya dalam kegiatan tersebut. Sedangkan saweran berada di luar konsep acara dan muncul karena terbawa suasana.
"Terkait musik yang dimainkan, saya kira lumrah saja. Musik yang dibawakan DJ juga sah-sah saja untuk kalangan pendengar dan penikmat musik di Indonesia," tukas Edi.
"Namun saweran memang diluar dari konsep. Kalau itu salah, saya selaku kepala sekolah meminta maaf dan kedepan tak akan membiarkan itu terjadi lagi," lanjutnya.
Acara tersebut sengaja diakomodasi dalam lingkungan sekolah demi menghindari aksi konvoi di jalan atau vandalisme seperti kejadian di masa lalu. Adapun kehadiran DJ sempat ditolak sejumlah guru, tetapi akhirnya disetujui setelah permohonan siswa dilakukan berulang kali dan dengan persyaratan ketat.
Pun acara berlangsung siang hari, berdurasi hanya 1 jam, berpakaian sopan, dan tanpa tindakan anarkis.
Edi sendiri menyayangkan beberapa media yang memberitakan kejadian tersebut tanpa konfirmasi kepada pihak sekolah.
"Diberitakan tanpa konfirmasi dan kami merasa dirugikan. Mereka (media) langsung konfirmasi ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Selatan yang tidak mengetahui kondisi di lapangan," sesal Edi.
Sementara akademisi bidang komunikasi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Ahmad Bayu Chandrabuwono, turut memberi pandangan atas kontroversi ini. Bayu menyebut acara bernuansa DJ tidak perlu dipermasalahkan selama tetap berada dalam batas norma.
"Tidak ada yang salah dengan event bernuansa DJ, selagi dalam koridor batas-batas etik dan norma. Justru yang menjadi masalah adalah anggapan bahwa musik tersebut mengundang hal negatif," sahut Bayu.
Bayu menjelaskan pergeseran budaya akibat kemajuan pesat teknologi dan arus informasi menjadi faktor utama perubahan gaya perayaan generasi sekarang. Ini termasuk dalam hal memilih jenis hiburan yang banyak dipengaruhi tren media sosial seperti TikTok dan Instagram.
"Kalau soal saweran, sejatinya bentuk penghargaan spontan terhadap seniman panggung. Ini juga bagian dari praktik tradisional budaya," tukas Bayu.
Bayu pun mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menanggapi perbedaan dan melihat peristiwa dari sudut pandang yang lebih luas.
"Mari merangkul perbedaan sebagai peluang untuk saling belajar, bukan saling menyalahkan. Terlebih pendidikan terbaik adalah yang mampu menghubungkan masa lalu, memahami masa kini, dan menyiapkan masa depan," tutup Bayu.