Relax

Healing Tidak Selalu dengan Liburan, Kenali Dulu Masalahnya

apahabar.com, JAKARTA – Healing atau pemulihan dari kejenuhan, stres, atau capek psikis rupanya tidak selalu diwujudkan…

Featured-Image
Ilustrasi healing. Foto: Antara

bakabar.com, JAKARTA – Healing atau pemulihan dari kejenuhan, stres, atau capek psikis rupanya tidak selalu diwujudkan dengan liburan ke destinasi wisata.

“Cari dulu masalahnya apa, baru healing. Misalnya karena ada masalah dengan rekan kerja atau atasan maka healing dengan liburan atau ‘staycation’ jadi tidak cocok malah seperti melarikan diri,” ujar Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Galang Lufityanto, Kamis (14/4), seperti dilansir Antara.

Menurutnya, ada anggapan yang salah kaprah tentang konsep healing yang berkembang di masyarakat.

Konsep healing saat ini, kata dia, kebanyakan dimaknai dengan liburan atau staycation. Padahal healing adalah proses penyembuhan diri secara psikologis.

“Healing itu proses membuat psikologis kita jadi sehat lagi atau proses menyembuhkan, mengobati diri secara psikologis,” katanya.

Menurut dia liburan bisa menjadi pilihan healing apabila persoalan yang dihadapi terkait dengan padatnya pekerjaan sehingga tidak punya waktu untuk beristirahat sehingga healing dengan liburan atau staycation menjadi cara yang pas untuk mengurai kelelahan kerja.

Ia menegaskan ada berbagai cara untuk healing, namun tidak harus selalu dengan berlibur atau “staycation” di hotel mahal.

“Bisa dilakukan dengan membuat proyek-proyek kecil di rumah. Misalnya mengerjakan hobi seperti merancang, memasak, menjahit, dan lainnya,” kata dia.

Dengan melakukan aktivitas ringan yang bisa menghasilkan sesuatu dengan cepat, ujar Galang, bisa memunculkan perasaan lebih bahagia karena mampu mencapai tujuan.

Selain itu, dapat pula dengan “mindfulness”, yakni teknik melatih fokus untuk memahami diri sendiri dengan apa yang dirasakan dan dialami.

“‘Mindfulness’ ini adalah salah satu teknik healing yang cukup efektif. Contohnya bisa dengan relaksasi seperti meditasi maupun mengatur pernapasan,” demikian Lufityanto yang juga Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Psikologi UGM ini.



Komentar
Banner
Banner