Religi

Haul ke-43 KH Abdul Qadir Hasan, Sosok Pemimpin dan Pejuang Kemerdekaan

apahabar.com, MARTAPURA – KH Abdul Qadir bin KH Muhammad Hasan, salah satu ulama asal Martapura yang…

Featured-Image
KH Abdul Qadir Hasan. Foto-google

bakabar.com, MARTAPURA - KH Abdul Qadir bin KH Muhammad Hasan, salah satu ulama asal Martapura yang berpengaruh di Kalimantan pada abad ke-19.

Lahir di Desa Tunggul Irang Martapuratahun 1891, beliau merupakan orang yang pertama dipercaya KH Hasyim Asy’ari membawa Nahdlatul Ulama (NU) ke luar Pulau Jawa untuk membuka cabang di Martapura.

Pada tahun 1940 hingga 1959 (periode keempat), KH Abdul Qadir Hasan dipercaya memimpin Ponpes Darussalam Martapura menggantikan KH Muhammad Kasyful Anwar yang telah wafat.

Yang tak kalah penting, selain mempunyai ilmu yang sangat dalam, KH Abdul Qadir Hasan adalah salah satu tokoh ulama yang berjuang melawan penjajah, untuk kemerdekaan NKRI.

Di Martapura, beliau kerap disapa Guru Tuha. Dalam kebiasaan orang Banjar dulu, Guru Tuha sering disematkan kepada tuan guru yang dituakan karena pengaruhnya yang begitu besar.

"Sosok KH Abdul Qadir Hasan adalah seorang pejuang juga pemimpin,” ujar Bupati Banjar KH Khalilurrahman saat Haul ke-43 KH Abdul Qadir Hasan di kubah almarhum di Jalan Masjid Agung Al-Karomah Pasayangan Utara, Martapura, Jumat (6/3) siang.

“Setelah belajar di Darussalam, beliau melanjutkan menuntut ilmu kepada KH Hasyim Asy'ari. Jadi beliau ini adalah pembawa NU ke Kalimantan. Dengan jasanya itu KH Abdul Qadir Hasan patut kita hormati,” sambung bupati kerap disapa Guru Khalil.

Pada masanya, tambah Guru Khalil, KH Abdul Qadir Hasan merupakan salah satu pejuang yang dibuktikan dengan berkhadamnya di Darussalam.

Sementara, satu buyut almarhum, Guru Zayadi bin Ahmad Mursyidi bin Abdul Hakim bin Abdul Qadir Hasan menuturkan, sebelum kemerdekaan, kakeknya sebagai sesepuh pasukan perang gerilya pada masa revolusi kemerdekaan di Kalimantan.

“Pada masa Jepang, Ponpes Darussalam dipaksa untuk menjadi asrama tentara Jepang, namun oleh beliau, proses belajar mengajar masih tetap terus dijalankan dengan disebarkan di rumah-rumah guru pengajar dan terus istiqomah kegiatan sekolah dijalankan seperti itu hingga Jepang keluar dari Martapura pada 1945,” papar Guru Zayadi.

Guru Tuha diketahui terikat kuat dengan jalinan ulama Nusantara dan belajar dengan sejumlah ulama.

Pernah berguru pada sejumlah ulama di Banjar seperti KH Husen Qadri dalam bidang ilmu Nahwu dan Sharaf, Tuan Guru H Abdur Rahman (Guru Adu) Tunggul Irang, dan Tuan Guru H Muhammad Kasyful Anwar Al Banjari.

Selain itu, Guru Tuha juga sempat mengaji ke luar pulau Kalimantan. “Di antaranya ke Tebuireng, Jombang, sekitar 7 tahun yang membimbing beliau adalah KH Hasyim Asy'ari pendiri NU,” ungkap Guru Zayadi.

Pada hari Sabtu, tanggal 11 Rajab 1398 Hijriah bertepatan 17 Juni 1978 Masehi, KH Abdul Qadir Hasan menutup usia pada umur 87 tahun, kemudian dimakamkan di kubah jalan Masjid Agung Al-Karomah Pasayangan Utara, Martapura.

Pada haul ke-43 kemarin, dihadiri ribuan jamaah dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat, santri, pejabat, tokoh potilik, para habaib, serta ulama.

Acara Haul diawali dengan pembacaan maulidurrasul, pembacaan surah yasin, tahlil dan doa yang dipimpin oleh KH Khalilurrahman. Jamaah haul tampak khusyu dan khidmat.

img

Haul ke-43 KH Abdul Qadir Hasan di kubah almarhum di Jalan Masjid Agung Al-Karomah Pasayangan Utara, Martapura, Jumat (6/3) siang. Foto-kominfobanjar forbakabar.com

Baca Juga: Shane Elson Asal Australia Tergugah Jadi Relawan Haul Guru Sekumpul

Baca Juga: Berita Duka, 3 Jemaah Wafat Saat Haul Guru Sekumpul Ke-15

Reporter: Hendra LianorEditor: Syarif



Komentar
Banner
Banner