News

Hati-hati! Tak Siap Hadapi Bonus Demografi, Universitas Jadi Laboratorium Pengangguran

apahabar.com, JAKARTA – Indonesia pada 2045 disebut akan mengalami bonus demografi yang membuat terjadi kenaikan penduduk…

Featured-Image
Calon Ketua Umum BPP HIPMI Akbar Himawan Buchari menyampaikan paparan pentingnya mahasiswa memulai berbisnis. Foto: apahabar.com/Bethriq Kindy Arrazy

bakabar.com, JAKARTA - Indonesia pada 2045 disebut akan mengalami bonus demografi yang membuat terjadi kenaikan penduduk usia produktif dan angkatan kerja. Universitas yang tidak siap merespons bonus demografi akan berpotensi menjadi laboratorium pengangguran.

Hal tersebut diungkapkan oleh calon ketua umum BPP HIPMI Akbar Himawan Buchari, dalam HIPMI Talks di Auditorium Pusgiwa Universitas Indonesia, Selasa (27/8).

"Rata-rata mahasiswa sekarang memiliki mindset setelah ini menjadi tenaga profesional, menjadi PNS, TNI dan Polri. Paradigma ini yang pelan-pelan HIPMI akan ubah dan tularkan buat mahasiswa di sini dan di seluruh Indonesia," katanya.

Paradigma lama tersebut sudah langgeng terjadi pada orang tua sejak jaman dulu. Orang tua menganggap kesuksesan anaknya setelah melalui pendidikan dapat dilanjutkan mencari pekerjaan ideal mulai dari PNS, TNI, Polri, sampai karyawan BUMN.

Karena itu, berdasarkan pengamatan Akbar, pengusaha saat ini setidaknya terdiri dari tiga jenis pengusaha. Pertama, pengusaha berdasarkan keturunan yang biasanya melanjutkan usaha dari keluarganya.

Kedua, pengusaha berdasarkan nasib yang biasanya pengusaha yang sebelumnya gagal menjadi PNS, TNI, Polri dan karyawan BUMN. Sehingga pilihan menjadi pengusaha dilakukan karena faktor nasib kegagalan dari tujuan awal.

"Ketiga ini pengusaha berdasarkan desain yang sejak awal memikiran dan memutuskan bagaimana menjadi pengusaha," terangnya.

Peringkat Rasio Pengusaha di Kawasan ASEAN

Dalam kondisi tersebut yang membuat Indonesia menempati peringkat keempat dalam hal perbandingan pengusaha di negara-negara ASEAN.

Peringkat pertama ditempati oleh Singapura dengan jumlah 8,7 persen. Kedua, Malaysia dengan jumlah 4,7 persen. Ketiga, Thailand dengan jumlah 4,2 persen. Sedangkan keempat Indonesia dengan jumlah 3,47 persen.

Padahal, imbuh Akbar, rata-rata negara maju memiliki jumlah pengusaha sebesar 12 persen.

"Karena itu kita harus bisa mencapai 5 persen pada 2024 mendatang. Sehingga ini bisa membantu negara dalam membantu membuka lapangan pekerjaan," tutupnya.



Komentar
Banner
Banner