bakabar.com, BANJARMASIN – Hari Pahlawan Nasional 2021 jatuh pada hari ini, Rabu (10/11).
Hari Pahlawan kali ini mengusung tema ‘Pahlawanku Inspirasiku’.
Peringatan Hari Pahlawan bertujuan mengenang jasa para pejuang dalam merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan kolonial.
Sebagaimana kata-kata heroik Bung Karno "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya".
Untuk mengenang jasa pahlawan, sederet nama pejuang pun diabadikan sebagai nama jalan. Tak terkecuali di Banjarmasin, Kalsel.
Berikut sejumlah nama pahlawan berdarah Banjar yang dijadikan sebagai nama jalan:
1. Brigjen Hasan Basry
Brigjen TNI Hasan Basry merupakan tokoh militer dan pahlawan nasional Indonesia asal Kandangan, Hulu Sungai Selatan.
Brigjen Hasan Basry juga dikenal sebagai Bapak Gerilya Kalimantan.
Semasa hidup, Brigjen Hasan Basry sangat gigih melawan kolonialisme belanda.
Alhasil, Brigjen Hasan Basry mampu merebut kemerdekaan Kalsel pada 17 Mei 1949.
Brigjen Hasan Basry meninggal pada 15 Juli 1984 silam. Ia dimakamkan di Simpang Empat, Liang Anggang, Banjarbaru, Kalsel.
Sebagai penghormatan, namanya pun diabadikan sebagai nama Jalan Brigjen Hasan Basry di Banjarmasin Utara.
2. Pangeran Muhammad Noor
Ir. H. Pangeran Muhammad Noor adalah mantan menteri pekerjaan umum (PU) dan gubernur Kalimantan pada 1901 lalu.
Pangeran Muhammad Noor lahir dari keluarga bangsawan Banjar, yakni intah Raja Banjar Sultan Adam al Watsiq Billah.
Pangeran Muhammad Noor menghembuskan napas terakhir pada 15 Januari 1979.
Awalnya, ia dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta berdampingan dengan makam sang istri, Gusti Aminah binti Gusti Mohamad Abi.
Namun pada 2010, jenazahnya beserta istrinya dibawa pulang ke kampung halamannya di Martapura atas keputusan keluarga PM Noor.
Kemudian pada 18 Juni 2010, jenazah PM Noor dan Gusti Aminah dikebumikan di komplek pemakaman Sultan Adam Martapura dengan upacara militer.
Namanya pun diabadikan sebagai nama Jalan Ir. PM. Noor di Banjarmasin Barat dan Kabupaten Banjar.
3. Pangeran Antasari
Pangeran Antasari merupakan Sultan Banjar.
Pada Maret 1862, ia dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Pangeran Antasari sendiri merupakan cucu dari Pangeran Amir. Semasa muda, nama Pangeran Antasari adalah Gusti Inu Kartapati.
Pangeran Antasari wafat di tengah pasukannya, pada 11 Oktober 1862.
Setelah terkubur kurang lebih 91 tahun di hulu sungai Barito, kerangka Pangeran Antasari diangkat pada 11 November 1958 atas persetujuan keluarga.
Terdapat sejumlah anggota tubuh yang masih utuh, di antaranya tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut.
Kemudian kerangka tersebut dimakamkan kembali di Taman Makam Perang Banjar, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.
Namanya pun diabadikan sebagai nama Jalan Pangeran Antasari di Banjarmasin Timur.
4. Pangeran Samudera
Pangeran Jaya Sutera alias Jaya Samudera merupakan raja Banjar sekaligus Kalimantan pertama yang bergelar Sultan Suryanullah.
Gelar sultan diberikan seseorang dari Arab yang datang ke Banjarmasin.
Tepatnya setelah Pangeran Samudera diislamkan oleh utusan Kesultanan Demak.
Setelah menjadi Sultan, ia mendapat gelar Panembahan Batu Habang.
5. Ratu Zaleha
Ratu Zaleha merupakan puteri dari Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari.
Ratu Zaleha melanjutkan perjuangan Pangeran Antasari untuk mengusir penjajah belanda.
Ratu Zaleha berjuang bersama wanita suku Dayak yang sudah memeluk Islam seperti Bulan Jihad dan Illen Masidah.
Namun pada awal 1906, Ratu Zaleha menyerahkan diri kepada Belanda dan mengikuti suaminya, Gusti Muhammad Arsyad dalam pengasingan di Bogor untuk menghabiskan sisa-sisa usianya.
Hingga di penghujung usia, ia memutuskan kembali ke kampung halamannya.
Ia pun wafat pada Pada 23 September 1953 dan dimakamkan di Banjarmasin.