Tak Berkategori

Harga ‘Si Melon’ di Kalimantan Selatan Melambung, Ramai-Ramai Menjerit!

apahabar.com BANJARMASIN – Harga liquified petroleum gas atau LPG ‘melon’ ukuran 3 kilogram di beberapa wilayah…

Featured-Image
Ilustrasi warga antri gas 3 Kg. Foto-beritasatu.com

bakabar.com BANJARMASIN – Harga liquified petroleum gas atau LPG 'melon' ukuran 3 kilogram di beberapa wilayah Kalimantan Selatan melambung tinggi membuat masyarakat miskin kian menjerit. Kenaikan LPG subsidi ini membuat keluhan masyarakat semakin menjadi-jadi.

Di Kabupaten Banjar, bahkan, tabung gas bersubsidi ini mencapai angka Rp35 ribu per tabungnya.

Mengacu harga eceran tertinggi Rp17.500 di sana, praktis harganya naik mencapai dua kali lipat.

Dalam kondisi normal, warga Martapura Kota, Sairi mengatakan, hanya perlu mengeluarkan Rp20-21 ribu tiap tabungnya.

“Pada awal pekan ini saya membeli gas 3 Kg sampai Rp30 ribu. Kami cukup terkejut. Hampir dua kali lipat dari biasanya,” ungkapnya, Rabu (26/12) siang.

Sebagai warga biasa, dia menilai persoalan harga gas bersubsidi sangat meresahkan. Sebab, LPG 'melon' ukuran 3 Kg merupakan kebutuhan vital bagi setiap warga.

“Dinas Perindustrian, Perdagangan Kabupaten Banjar segera bertindak dan turun ke lapangan. Agar masyarakat tidak selalu menjadi korban. Perlu ada tindakan tegas menertibkan harga gas bersubsidi ini,” terangnya.

Sementara, pemilik Pangkalan Anugrah Gas di Jalan Perwira Kelurahan Jawa Martapura Hj Mariatul mengaku, harga LPG 'melon' ukuran 3 Kg di tempatnya masih relatif stabil.

“Untuk harga LPG masih stabil, untuk 3 Kg masih Rp17.500 per tabung,” ujarnya.

Sedangkan, untuk LPG 5 Kg harganya Rp75.000 dan 12 Kg Rp160 ribu, “Masih seperti biasa,” ujarnya.

Dia menduga, kenaikan tabung LPG 3 Kg terjadi di tingkat pengecer kedua dan ketiga, tak terlepas dari permintaan konsumen yang meningkat.

“Di tempat kami untuk pengambilan LPG harus pakai kartu jadi kami melayani yang mempunyai kartu saja,” lalu.

Kabid Perdagangan Disperindag Banjar Ferryansyah membenarkan kenaikan LPG 'melon' ukuran 3 Kg selama pekan terakhir bulan Desember 2018 ini.

“Memang ada lonjakan harga untuk gas subsidi 3 Kg, sampai angka di Rp35 ribu. Ini hampir di semua daerah Kabupaten Banjar, bukan hanya di Martapura saja. Bahkan sampai Sungai Tabuk,” jelasnya, Rabu (26/12) sore kepada bakabar.com.

Dia menjelaskan, melambungnya harga ini terjadi pada tingkat eceran. Bukan terjadi di tingkat Pangkalan LPG. Pihaknya sudah mengecek di tingkat Pangkalan di Kabupaten Banjar.

“Harga di Pangkalan masih bisa kami kontrol, tapi untuk tingkat eceran ini kami tidak bisa mengontrol karena tidak terdeteksi. Untuk di pangkalan saat ini, menurut laporan, harga stabil di angka Rp 17.500,” jawabnya.

Dia menjelaskan, kemungkinan kenaikan ini karena tingginya permintaan pasar saat akhir tahun. Di Banjar, tidak hanya pemakai rumah tangga saja yang menggunakan, melainkan pelaku usaha UMKM.

“Kami secepatnya akan menyurati Pertamina. Sehingga pasokan dari Pertamina ke Pangkalan di Kabupaten Banjar bisa terpenuhi,” ungkapnya.

Disperindag Banjar mencatat ada 385 pangkalan resmi yang beroperasi. Pada tingkat eceran kedua dan ketiga di sana, jumlahnya mencapai angka seribu lebih pengecer.

Antrian Mengular di Tabalong

Dari Kabupaten Tabalong, demi mendapatkan tabung 'melon' 3 Kg puluhan ibu-ibu rela mengantri berjam-jam.

Antrian panjang tampak di pangkalan gas LPG Sand Mart di Desa Kembang Kuning LPG 'melon' ukuran 3 KJg Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong Selasa (25/12/2018) kemarin lantaran kekurangan stok.

Menurut pengakuan Rizal pemilik pangkalan tersebut biasanya mendapatkan jatah satu truk penuh berisi 560 tabung gas setiap minggunya.

Namun dalam tiga bulan terakhir ia hanya mendapatkan jatah setengah truk berisi 280 tabung gas.

"Kemarin kami hanya dapat setengah truk saja mas, ini sudah berjalan selama tiga bulan lebih. Biasanya pangkalan kami dapat jatah satu truk penuh isi 560 tabung gas," ungkap Rizal, Rabu (26/12).

Guna memenuhi kebutuhan warga akan tabung 'melon' 3 Kg ia enggan menjualnya lagi ke pengecer. Ia memilih mengutamakan melayani kebutuhan rumah tangga di desa Kembang Kuning dan sekitarnya serta pelaku usaha mikro ketimbang pengecer.

"Untuk sementara kita salurkan ke rumah tangga, satu tabung satu rumah tangga. Kalau untuk usaha mikro boleh dua tabung. Untuk pengecer saya tidak melayani karena untuk di wilayah kami saja masih kurang mas," ungkap Rizal di Tabalong.

Rizal berharap kepada pemerintah setempat agar dapat melakukan monitoring serta pengawasan ke sejumlah pangkalan pangkalan gas yang ada di Tabalong. Pengawasan yang dimaksud, apakah pendistribusian tabung gas 3 Kg tersebut sudah tepat sasaran.

Karena menurutnya kemungkinan masih ada beberapa pangkalan yang lebih mengutamakan melayani pihak pengecer daripada melayani kebutuhan rumah tangga dan usaha mikro.

"Selama ini memang belum pernah ada pengawasan dari pihak pemerintah. Kita tidak tau apakah tabung gas itu memang benar diarahkan ke rumah tangga. Mungkin di luar sana ada pangkalan pangkalan yang sengaja mengalihkan ke pengecer. Kami tidak nyebut pangkalan mana tapi mungkin saja itu ada terjadi," terang Rizal.

Kesenjangan di sana memungkinkan terjadi manakala untuk pembelian tabung 'melon' 3 Kg warga wajib menyerahkan fotocopy KTP.

"Iya mas, warga yang mau membeli gas 3 kg di tempat kita harus menyerahkan fotocopy KTP. Itu sudah syarat wajib dari Pertamina," ujar Rizal.

Agen LPG PT Equator Yuneas Mebas melalui staf adminnya Rabiatul Adawiah mengaku memang benar pihaknya melakukan pengurangan jatah tabung gas LPG 3 Kg di beberapa pangkalan.

Agen yang berada di Jalan Ahmad Yani Kelurahan Mabuun Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong itu berasumsi kebijakan diambil atas dasar monitoring mereka selama ini dan ada juga aduan dari masyarakat.

Tujuannya adalah agar ada memberi efek jera kepada pangkalan pangkalan yang disinyalir nakal yang selama ini lebih mengutamakan melayani pihak pengecer dari pada kebutuhan rumah tangga dan usaha mikro.

"Pangkalan yang kami kurangi jatahnya itu disinyalir nakal, masalahnya mereka menjual tabung gas kepada pihak pengecer. Itu yang kami hindari, karena kami ingin gas 3 Kg ini tepat sasaran dalam pendistribusiannya,” jelasnya.

“Masa orang yang mampu ikut memakai gas 3 Kg? dan yang pasti agar memberikan efek jera kepada para pengecer agar terlalu semena mena mengambil gas ke pangkalan itu," ungkap Atul sapaan akrab Rabiatul Adwiah.

Atul juga mengungkapkan di beberapa wilayah yang memang memiliki kebutuhan yang tinggi akan tabung gas LPG 3 Kg, pihaknya telah menambahkan jatah tabung gas di pangkalan tersebut. Dengan catatat pangkalan tersebut telah berjalan sesuai dengan aturan yang telah mereka tetapkan.

"Kalau memang di wilayah tersebut tinggi kebutuhannya ya kita tambahkan jatahnya, asal mereka berjalan sesuai aturan yang sudah kita tetapkan," ujarnya.

Terkait isu kelangkaan tabung gas LPG 3 Kg Atul menjelaskan bahwa tidak benar adanya khususnya di wilayah pendistribusian mereka. Menurutnya sampai dengan hari ini pasokan tabung 'melon' 3 Kg masih dalam kondisi normal.

"Sebenarnya untuk daerah Tanjung kelangkaan tidak ada, karna penyaluran yang kami lakukan selama ini normal. Dari Senin sampai sabtu itu jadwal kami dan pasokan dari Banjarmasin pun masih normal," jelas Atul.

Di Banjarmasin, dari hasil pantauan dua titik yang berbeda, yakni di Banjarmasin Timur dan Banjarmasin Utara, rerata harga tabung 'melon' 3 Kg mencapai Rp33 ribu-35 ribu per tabung.

Salah seorang warga penjual nasi kuning di daerah Pemurus Baru, Banjarmasin Timur Ahmad Rifani mengaku kesulitan mendapatkan gas LPG di daerahnya. Padahal daerah tersebut ada dua agen distribusi LPG yang tersedia.

"Sejak akhir September kemarin, harga LPG di sana rata-rata lebih dari Rp25 ribu per tabung," kata Rifani.

Harga ini sudah melambung jauh dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang sudah ditentukan Pertamina yakni Rp17.500 per tabungnya.

Soal ini, Sales Executive Retail IV Kalimantan Selatan belum dapat dikonfirmasi. Setelah beberapa kali dihubungi media ini, belum ada respon sama sekali sampai berita ini selesai diturunkan.

Penulis: M Reza Rifani/Rizal/Arif Nur Budiman
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner