Kalsel

Harga Ayam di Marabahan Tak Terimbas Penurunan

apahabar.com, MARABAHAN – Penurunan harga ayam potong di beberapa daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel), tidak mempengaruhi…

Featured-Image
Penjual ayam potong di Pasar Marabahan. Foto–apahabar.com/Bastian Alkaf

bakabar.com, MARABAHAN – Penurunan harga ayam potong di beberapa daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel), tidak mempengaruhi situasi di Pasar Marabahan, Kabupaten Barito Kuala (Batola). Harga ayam potong terpantau masih relatif tinggi.

Seperti di Banjarmasin, harga ayam per kilogram mengalami tren penurunan harga selama kurang lebih sepekan terakhir. Penurunan harga tersebut mulai dari Rp 28 ribu, Rp 24 ribu, Rp 20 ribu hingga bahkan Rp 18 ribu.

Sebaliknya dalam periode yang sama, harga ayam potong di Pasar Marabahan masih tinggi. Berdasarkan data Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Batola, harga ayam tidak turun drastis.

“Dalam pekan terakhir Juni 2019, harga ayam potong terpantau seharga Rp 32 ribu per kilo. Sementara di pekan pertama Juli 2019, harga hanya turun Rp 2 ribu,” jelas Kabid Perdagangan Diskoperindag Batola, Surono, Kamis (4/7/2019).

“Penurunan harga ayam di daerah lain tidak terlalu mempengaruhi situasi di Pasar Marabahan. Umumnya pasokan didatangkan dari luar daerah, karena produksi lokal belum mencukupi,” imbuhnya.

Di sisi lain, harga ayam kampung masih stabil sebesar Rp 80 ribu per kilogram. Demikian pula daging sapi murni yang dijual per kilogram seharga Rp 115 ribu.

“Kami tentu berharap tidak terjadi lonjakan-lonjakan, baik lebih murah maupun mahal. Kalau di pasar berharga murah, dipastikan petani maupun peternak yang menjerit,” papar Surono.

Selain daging sapi, kestabilan harga juga terjadi untuk bahan pokok lain seperti beras berbagai varian, sayur mayur dan ikan segar.

Sementara beras lokal premium seperti karang dukuh, siam mutiara dan mayang dijual seharga Rp 12 ribu per kilogram.

“Sebagai daerah penghasil beras, kebanyakan warga Batola enggan mengkonsumsi beras luar, karena terbiasa mengkonsumsi beras lokal. Padahal harga beras lokal premium terbilang tinggi,” jelas Surono.

“Kendati demikian, harga beras premium itu masih tidak terlalu jauh dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Kalimantan sebesar Rp 13.300 per kilogram, setelah dikonversi menjadi liter,” tegasnya.

Baca Juga: Dorong Baku Mutu Air, Delapan Fraksi DPRD Kalsel Godok Raperda

Baca Juga: Warga Dayak Meratus Terima Ganti Rugi Pembangunan Bendungan Tapin

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Penelitian, BKKBN Tetapkan Kebijakan Baru

Baca Juga: INFOGRAFIS: Harta Warisan Berujung Maut di Sungai Lulut

Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Aprianoor



Komentar
Banner
Banner