Hot Borneo

Halang Rintang Pelaku UMKM Binaan BRI Pasarkan Produk Secara Digital

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) asal Banjarbaru kewalahan memasarkan produk secara digital.

Featured-Image
Alfisah merupakan owners dari DAYAQU. Foto-Istimewa

bakabar.com, BANJARBARU - Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) asal Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel), Alfisah (47) mengaku kewalahan memasarkan produk secara digital.

Menurutnya, memasarkan produk secara digital sangat sulit lantaran harus memahami teknologi atau platform yang digunakan.

"Ribet, apalagi saya ini orangnya gaptek [gagap teknologi, red]," ucap Alfisah kepada bakabar.com, Minggu (25/6) pagi.

Baca Juga: Melek Digital, Pelaku UMKM Asal Banjarbaru Menasional

Diketahui, Alfisah merupakan owners dari DAYAQU.

DAYAQU menjual berbagai produk herbal seperti jahe merah bajakah, jahe merah bawang Dayak, jahe merah akar kayu saluang.

Kemudian jahe merah akar kuning, temulawak akar kuning, minuman rempah habatussauda plus madu, teh bajakah, kayu bajakah, dan kopi ramuan Dayak.

Saat ini, dirinya hanya memasarkan produk melalui media sosial seperti WhatsApp, Facebook dan Instagram.

"Sedangkan untuk marketplace masih belum. Tetapi saya sudah memiliki reseller yang jualan di Shopee," katanya.

Baca Juga: Tekan Pengeluaran, Pelaku UMKM Binaan BRI Fokus Digital Marketing

Kendati demikian, ia ingin sekali bisa memasarkan produk melalui marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Lazada dan Blibli.

"Dahulu saya pernah mengikuti pelatihan dari Dinas Perdagangan Banjarbaru, tapi sekarang sudah lupa," ungkapnya.

Berawal dari Pandemi

Usaha DAYAQU dibangunnya saat pandemi Covid-19.

"Usaha ini berawal dari pandemi Covid-19. Kala itu permintaan akan herbal berbahan kearifan lokal sangat tinggi," kenangnya.

Sekarang, ia mampu menjual 100-350 produk per bulan.

"Itu lintas provinsi, dari Kalimantan, Jawa hingga Sumatera," sebutnya.

Kepincut TikTok

Dalam beberapa bulan ini, Alfisah tengah kepincut ingin memasarkan produk di TikTok.

Pasalnya, kata dia, TikTok merupakan aplikasi yang menarik.

"TikTok itu aplikasi yang seru. Kalau belanja itu tak terasa, karena di dalamnya ada hiburan dan berita menarik," ujarnya.

Baca Juga: Berkat BRI, Mantan Buruh Bangunan Jadi Bos Sayur di Palangka Raya

Tak menutup kemungkinan ke depannya dirinya juga memasarkan produk di TikTok.

"Ya bisa aja ke depan saya akan menjual produk di TikTok," imbuhnya.

Sementara itu, Koordinator Pemasaran Koperasi Usaha Kreatif Banjarbaru, Retno Esty mengungkapkan jika DAYAQU merupakan anggotanya.

Selama ini, pihaknya masih belum memasarkan produk di marketplace.

"Pemasaran produk di marketplace masih belum. Nanti akan dirapatkan terlebih dahulu dengan seluruh anggota," ungkapnya. 

Harus Beradaptasi

Ekonom Kalsel, Dr Mochammad Zainul mengatakan perkembangan teknologi memang tak bisa dipungkiri, termasuk di dunia usaha.

"Sehingga pelaku UMKM harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi informasi," jelasnya.

Padahal melalui teknologi informasi, ujar dia, pelaku UMKM lebih mudah memasarkan produk yang dihasilkan.

Baca Juga: Tekad Pelaku UMKM Binaan BRI Antarkan Sang Putra ke Hadramaut Yaman

Dalam artian, pelaku UMKM tak perlu lagi mencetak dan mengedarkan brosur maupun spanduk sebagai media promosi.

"Tinggal buat desain, lalu sebar di media sosial dan marketplace," imbuhnya.

Terakhir, ia menyarankan agar pelaku UMKM rutin mengikuti pelatihan digital marketing, pelatihan penggunaan aplikasi Shopee dan marketplace lainnya yang diselenggarakan pihak swasta maupun pemerintah.

"Selain menambah pengetahuan, ini juga akan meningkatkan kapasitas pelaku UMKM di era digital," pungkasnya singkat. 

Editor


Komentar
Banner
Banner