bakabar.com, BANJARMASIN – Lokasi terasingnya puluhan tahun pejuang Banjar Ratu Zaleha di Bogor, dinamai Gang Banjar, usai dibeli saudagar asal Banjarmasin.
Seperti diketahui, Ratu Zaleha merupakan sosok terkenal dalam Perang Banjar yang berlangsung sejak era kakeknya, Pangeran Antasari, pada 1859 silam.
Meski kemudian, akhirnya Ratu Zaleha berhasil ditangkap Pemerintah Hindia Belanda pada 1905. Lalu diasingkan di Bogor.
Selama 31 Tahun Ratu Zaleha diasingkan di Kampung Empang, Buitenzorg (sekarang Bogor).
Pada wilayah Empang, bekas tempat pengasingan Ratu Zaleha dan suaminya inilah yang kemudian jejaknya dikenal dengan nama Gang Banjar.
"Lokasinya sekarang termasuk gedung Sekolah Luar Biasa (SLB) Al-Irsyad Al Islamiyyah Bogor," ucap Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP ULM, Mansyur kepada bakabar.com, Sabtu (25/7) pagi.
Seluruh bagian yang dahulu menjadi "Puri Pembuangan" Kesultanan, kata Mansyur, dibeli oleh keluarga kaya asal Banjarmasin, Sayyid Faradj bin Islam bin Thalib.
"Di sana, kekerabatan keluarga Kesultanan Banjar ini sebagian besar memang akrab disapa dengan sebutan Antung," bebernya.
Sayangnya kala itu, tidak banyak informasi yang diperoleh bagaimana kehidupan Ratu Zaleha di Empang, Bogor.
Pasalnya, kehidupan Ratu Zaleha selama pengasingan di Bogor diawasi dengan ketat oleh Pemerintah Hindia Belanda.
"Ratu Zaleha dan keluarganya dilarang memakai busana kesultanan," jelas Dosen yang mirip Sammy Simorangkir ini.
Buitenzorg atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Bogor, merupakan sebuah kawasan kota hujan yang sejuk dan tempat ideal sebagai tempat peristirahatan.
Akan tetapi, kenyamanan kota Bogor itu tidak dapat dirasakan Ratu Zaleha dan keluarganya.
"Karena hidup dalam tahanan bukan suatu kondisi menyenangkan," tegasnya.
Selama puluhan tahun Ratu Zaleha berada di pengasingan Bogor menjalani sisa-sisa usia yang semakin senja.
"Akhirnya, pada 1937 Penguasa Pemerintah Hindia Belanda kemudian memulangkan Ratu Zaleha dan Gusti Muhammad Arsyad beserta keluarga besarnya ke Banjarmasin," pungkas Mansyur.
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin