apahahabar.com, JAKARTA - Saat ini eksistensi ojek online (ojol) menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Sistemnya yang mudah dan praktis, membuatnya menjadi primadona.
Kendati demikian, tidak semua aplikasi ojek online yang ada di Indonesia bisa menjadi primadona masyarakat. Buktinya hingga saat ini terdapat sejumlah aplikasi ojol yang pada akhirnya harus gulung tikar.
Dilansir dari detikfinance, Senin (10/4), berikut sejumlah aplikasi transportasi online yang kini namanya tidak terdengar lagi.
1. Uber
Uber angkat kaki dari Asia Tenggara, termasuk dari Indonesia pada 2018. Sejak itu mereka menjual seluruh bisnis kepada Grab, yang notabene merupakan pesaingnya.
Meski begitu Uber tetap menyisakan kepemilikan kepemilikannya terhadap 27,5% bagian saham gabungan kedua perusahaan itu. Sehingga pengguna aplikasi ini pun diminta untuk tetap mengunduh Grab sebagai gantinya untuk melakukan pemesanan.
2. Call Jack
Call Jack merupakan aplikasi transportasi motor yang pertama kali menggunakan argometer di Indonesia, dengan jaket dan helm kuning sebagai ciri khasnya. Perusahaan ini berdiri sejak 9 Desember 2010 O'Jack Taxi Motor atau Call Jack (CV. Hoki Project) berdiri menguasai jalanan Yogyakarta, mereka bersaing ketat dengan Gojek.
Sekitar lima tahun beroperasi, perusahaan telah mendapat beragam penghargaan nasional. Salah satunya dari MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai "Taxi Motor Pertama dengan Sistem Agrometer" pada tahun 2011 dan "Best Public Service" di "Inspiring Business Variety Award 2012." Meskipun dengan prestasi ini, Call Jack terpaksa harus menyerah dan tutup.
3. OjekKoe
Pada 2016, OjekKoe juga memberikan layanan antar makanan, belanja, dan kurir. Namun pembeda OjekKoe adalah sistem bagi hasil dengan mitra driver mereka. Di OjekKoe semua pendapatan yang didapat driver tidak dipotong sepeser pun dan juga tidak ada sistem subsidi.
Hanya saja di OjekKoe menerapkan fee system. Driver OjekKoe hanya dipungut biaya sebesar 2500 per hari dengan pilihan paket pembayaran 15 hari atau 30 hari. Selain itu OjekKoe menjanjikan adanya sistem reward untuk service kendaran driver dan sistem dana talangan.
Layanan yang disajikan OjekKoe memiliki mekanisme yang sama dengan aplikasi ojek daring lainnya yang membedakan adalah driver bisa menambahkan transaksi non-aplikasi ke dalam sistem. Di mana pengguna dapat memilih driver yang lewat.
4. TopJek
TopJek menawarkan tarif yang murah tanpa harus menggunakan promo. Salah satu fitur unggulan TopJek adalah fitur Chatroom yang kala itu belum diterapkan oleh para kompetitor. Selain itu, TopJek mengutamakan kualitas diatas kuantitas.
Salah satu yang mencolok dari ojek online ini adalah batasan pengemudinya yang dibatas 10,000 driver, dan juga seleksi untuk menjadi pengemudi di TopJek ini sangatlah ketat, sehingga calon mitra harus benar-benar beruntung untuk bisa menjadi pengemudi di TopJek. Namun sayang, sepertinya TopJek tidak dapat bertahan sampai beberapa dekade.
5. Ladyjek
Dengan warna pink sebagai warna jaket para pengemudi ojek online ini, mereka tampil sebagai ojek online khusus wanita dengan pengemudi wanita, sehingga mereka dapat merasa lebih nyaman menggunakan transportasi online ini. Dari wanita, untuk wanita.
Sayangnya, konsep ojek online yang cukup ini mengalami kegagalan di pasaran. Salah satu masalah yang cukup sering dialami pengguna adalah aplikasinya yang dipenuhi bug. Masalah lain yang dialami adalah kurang memadainya armada dari ojek pink ini, selain masalah kerugian dari perang tarif juga tentunya.
6. Ojesy
Sama seperti Ladyjek, Ojesy adalah salah satu layanan ojek online yang punya pasar wanita. Ojesy pertama kali didirikan oleh Evilita Adriani dan Reza Zamir di Surabaya, Jawa Timur, dengan nama perusahaan Ojek Syar'i Surabaya pada 10 Maret 2015 lalu.
Ojesy menargetkan pasarnya untuk semua wanita dan anak-anak, termasuk yang non-muslim. Ojesy masih melayani pengguna laki-laki, dengan catatan usianya tidak boleh lebih dari delapan tahun. Ojesy mampu bertahan hingga empat tahun di tengah persaingan yang semakin pelik versus Gojek dan Grab. Di akhir 2019, akhirnya Ojesy mengibarkan bendera putih. Mereka mundur karena model bisnisnya menjadi bumerang buat perusahaan itu sendiri.
7. Blujek
Dengan warna jaketnya yang khas berwarna biru, serta logo kompas GPS, banyak yang mengatakan mereka sebagai sebagai kompetitor kuat Gojek. Berkantor di Jakarta, mereka menjadi salah satu startup transportasi online yang berhasil memiliki armada jengan jumlah yang cukup besar.
Namun sudah tidak pernah terdengar lagi berita tentang mereka, website dalam keadaan maintenance dan kicauan terakhir pada akun twitter ditemukan pada 17 Desember 2015. Blujek mengalami kerugian dalam perang tarif antar penyedia layanan ojek daring dan terpaksa untuk tutup.
8. Omjek
OMJEK adalah Layanan pemesanan transportasi dan pembayaran online terpercaya yang berada di wilayah sekitar Kec. Pangkalan Banteng Kab. Kotawaringin Barat Prov. Kalimantan Tengah.
Namun kini layanan tersebut sudah tidak ada dan kalah dengan persaingan.
9. OjekArgo
Unik, pengguna yang ingin menggunakan jasa driver Ojek ARGO, tinggal mengunduh aplikasinya di Google Play, install dan sudah bisa langsung memanggil drivernya dan tidak perlu mendaftarkan akun. Mereka juga menawarkan pilihan driver untuk pengguna dan Ojek ARGO memungkinkan pengguna untuk menjadi langganan dengan drivernya.
Situs resmi dan aplikasi masih bisa ditemui, tetapi Ojek Argo telah hilang dari pemberitaan sejak 2017.
10. Bangjek
Bangjek adalah sebuah Aplikasi yang dikembangkan prilude studio untuk menyediakan Jasa Online(Motor dan Mobil) Antar Jemput Pelanggan, Pesan makanan, Pengiriman Paket, Online Shop, dan lain-lain.
Beberapa fitur yang ada di Aplikasi Ojek Online Bangjek: Oke-Ride (adalah layanan yang tersedia bagi anda yang suka bepergian tanpa ribet bisa langsung jalan) Oke-Car (Oke-Car ditunjukan bagi anda yang ingin liburan atau bepergian bersama keluarga dengan menggunakan jasa antar jemput mobil) Oke-Shop.
Situs resmi perusahaan telah rusak dan tidak beraturan. Namun aplikasi masih bisa ditemui di playstore.