Hot Borneo

Festival Parang di Museum Wasaka Banjarmasin, Pamerkan Puluhan Senjata Tajam Bersejarah Kalsel

Ragam jenis parang dipamerkan di halaman Museum Perjuangan Waja Sampai Kaputing (Wasaka), Jalan Pangeran Hidayatullah, Banjarmasin.

Featured-Image
Puluhan ragam jenis parang dipamerkan di Halaman Museum Wasaka, Jalan Pangeran Hidayatullah Banjarmasin. Foto-apahabar.com/Riyad

bakabar.com, BANJARMASIN - Ragam jenis parang dipamerkan di halaman Museum Perjuangan Waja Sampai Kaputing (Wasaka), Jalan Pangeran Hidayatullah, Banjarmasin.

Digagas oleh Komunitas Wasi Pusaka Banua (Wasaka) Korwil Banjarmasin, Festival Parang digelar sejak Kamis (22/6) hingga Minggu (25/6).

Pada gelaran ini, Wasaka Korwil Banjarmasin, didukung sejumlah instansi terkait, di antaranya: Museum Wasaka, Museum Lambung Mangkurat Provinsi Kalsel, dan Museum Rakyat di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Pantauan media ini, dari balik etalase, berbagai jenis parang itu dipertunjukkan, beserta sebuah narasi singkat yang menceritakan sejarahnya.

Salah satu parang yang dipamerkan bernama Kemudi Singkir. Senjata yang sudah sepuh itu kabarnya milik Tumenggung Mat Lima, seorang pejuang perang Banjar dari Distrik Amandit.

Diperkirakan pada tahun 1860, Mat Lima mengiringi perjuangan kerabatnya, Tumenggung Antaluddin ke wilayah Hulu Barito. Seusai berjuang, Kemudi Singkir itu kemudian dititipkan Tumenggung Mat Lima kepada salah seorang kerabatnya yang tinggal di kawasan Hulu Barito itu.

Ada juga parang yang dinamai Lantik. Dari ceritanya, senjata ini pernah dipakai pada masa kekacauan di tahun 1960-an. Konon, pada bilah besinya, terdapat rajah yang dipercaya memiliki tuah untuk melerai pertikaian.

Selain dua itu, setidaknya ada 29 parang lainnya yang masing-masing punya cerita, nama, dan bentuk yang berbeda-beda. Tak ketinggalan, parang yang umumnya digunakan sebagai alat untuk bertani atau berkebun.

Ketua pelaksana kegiatan, Rahmadi menjelaskan, bahwa parang begitu lekat dengan keseharian masyarakat. Hal ini lah yamg kemudian membuat pihaknya menggelar pameran tersebut.

Namun di dalam pemeran kali ini, pihaknya juga mencoba mengenalkan jenis parang lainnya. Utamanya, yang ada di Kalsel.

"Baik dari segi penamaan, hingga bentuknya. Baik itu parang yang nilainya berupa sebuah pusaka atau turun temurun, dan lain sebagainya," ujar Rahmadi.

Sederhananya, di gelaran itulah, pengunjung bisa mengetahui dan melihatnya secara langsung.

"Tujuannya, tak lain untuk melestarikan, mencintai dan mengenal benda-benda berikut sejarah yang menyertainya," ungkapnya.

Dalam gelaran pameran tersebut, dipajang juga bahan-bahan, berupa besi yang biasa digunakan untuk membuat parang.

Kemudian, juga ada para pelaku industri kreatif yang bersentuhan langsung dengan kegiatan pameran. Seperti misalnya, pandai besi, hingga seniman yang biasa membuat gagang dan sarung untuk parang, pisau hingga keris.

"Alhamdulillah, selama gelaran pameran sudah ada beberapa pengunjung yang minta dibuatkan sarung dan gagang untuk pusaka mereka. Yang memesan untuk dibuatkan parang pun juga ada beberapa. Kami berharap, adanya kegiatan ini, bisa memantik banyak orang untuk mengenal serta melestarikan seni tradisi dan budaya para pendahulu kita," tuturnya.

Salah seorang pengunjung, Hendrawan Darmawan mengaku sangat tertarik dengan gelaran festival ini. 

"Ini sangat baik, agar generasi kita bisa mengetahui budaya-budaya lokal, sehinga bisa mengangkat martabat budaya Banjar," tukas anggota ormas Laung Kuning Banjar itu.

Editor


Komentar
Banner
Banner