Kalsel

Fakta-Fakta Buronnya Pembunuh Brutal di Gambah HST, Residivis yang Ahli Survival

apahabar.com, BARABAI – Herlan (45), pelaku pembunuhan Didi Rahman (42) tampaknya ‘betah’ hidup dalam pelarian. Kurang…

Featured-Image
Herlan pelaku pembunuhan Didi hingga kini masih buron. Sempat beberapa kali dilaporkan keluar dari lokasi persembunyian. Foto: Ist

bakabar.com, BARABAI – Herlan (45), pelaku pembunuhan Didi Rahman (42) tampaknya ‘betah’ hidup dalam pelarian. Kurang dua hari lagi, genap sebulan ia buron.

Didi tewas dihabisi Herlan yang tak lain tetangganya sendiri pada Rabu 28 Juli. Lokasi pembunuhan tepat di kediaman Didi, kawasan RT 4 Desa Gambah, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Pembunuhan terjadi lantaran Didi bermaksud menengahi cekcok antar-kedua pasangan suami istri itu.

Kabur hampir sebulan lamanya, terbaru Herlan sempat terlihat keluar dari lokasi persembunyiannya. Namun begitu, entah mengapa warga yang melihatnya tak melapor.

Menariknya, Herlan juga ternyata memiliki kemampuan bertahan hidup di dalam hutan atau survival. Selain sebagai tukang bangunan, ia dikenal sebagai pemanjat kelapa.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

“Ada yang berpikiran pelaku ini kalau malam kembali ke rumahnya. Kalau hari menjelang subuh kemungkinan turun lagi [ke hutan],” ujar Yayar Safari, kakak kandung Didi Rahman kepada bakabar.com.

Keluarga berharap Herlan segera menyerahkan diri. Bagi Yayar, kematian adik semata wayangnya itu sangat meninggalkan duka mendalam bagi keluarga.

“Orang tua saya sakit-sakitan memikirkan pelaku pembunuhan adik belum tertangkap. Kami cuma bisa berdoa semoga dia segera tertangkap,” ujar Yayar.

Didi meninggalkan seorang istri dan seorang anak yang masih berusia 9 tahun. Keduanya kini harus tinggal bersama orang tua Didi.

Untuk menafkahi keluarganya, selama ini mendiang Didi hanya bergantung hidup dari berternak ayam.

"Setiap bulan dia dapat bantuan PKH, ya dirit-irit," ujar Yayar.

Lantas bagaimana dengan Herlan? Sosok Herlan sebenarnya dikenal sebagai pribadi yang baik.

Namun Herlan mempunyai kebiasaan menegak minuman keras. Yang jika dalam kondisi mabuk, ia kerap menenteng senjata tajam dan menantang duel warga.

Herlan juga seorang residivis kasus pembunuhan di Kotabaru. Sudah hampir dua tahun belakangan ia bebas dan kembali ke kampung halaman.

"Setelah dia bebas dipenjara Kotabaru. Herlan kembali ke Gambah. Tidak pernah ke mana mana lagi. Selalu di Gambah saja," ujarnya.

Usai Herlan kembali berulah, sang istri harus ikut menanggung perbuatan suaminya itu. Ia terpaksa pulang ke kampung halaman di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

“Dapat kabar, istrinya sudah pulang ke kampung halaman. Di Amuntai,” ujar Yayar.

Perburuan Herlan

Tampaknya polisi kesulitan mencari pelaku. Sebab pasca-menebas tubuh Didi hingga tewas pada 28 Juli lalu, Herlan terlihat kabur ke dalam perkebunan di belakang rumahnya.

Pak Polisi! Pembunuh Brutal di Gambah SHT Sempat Terlihat Keluar-Masuk Hutan

Wilayah perkebunan di Gambah ialah perbatasan antara Kecamatan Batu Benawa. Bisa tembus ke Batang Alai Selatan (BAS), Batang Alai Timur (BAT) maupun ke Hantakan.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

Daerah ini masih minim penduduk. Wilayahnya masih banyak perkebunan karet, sawah dan ladang warga dan memiliki vegetasi rapat.

"Kami selalu melakukan pencarian dan menyisir daerah-daerah kemungkinan terduga pelaku ini bersembunyi," kata Kasat Reskrim, AKP Purnoto melalui anggota Humas Polres HST, Aipda M Husaini dihubungi bakabar.com, Senin (23/8).

Husaini berharap bagi masyarakat yang mengetahui maupun melihat Herlan dapat memberi informasi ke jajaran Polres HST terdekat.

Lantas, bagaimana jika ada yang melihat namun tidak memberitahu ke pihak berwajib terlebih menyembunyikan pelaku?

"Tentu ada sanksi bagi orang yang ikut terlibat dalam tindak kriminal," kata Husaini.

Hal ini sudah diatur dan tertera dalam Pasal 221 Ayat 1 KUHP. Isinya mengenai perbuatan menyembunyikan orang yang melakukan kejahatan dan menghalang-halangi penyidikan.

Alasan Polisi Sulit Tangkap Pembunuh Brutal di Gambah HST

Ya, Herlan sempat terlihat di Desa Aluan beberapa saat. Bahkan dikabarkan sempat keluar-masuk wilayah hutan di desa Kecamatan Batu Benawa ini.

"Ada yang melihat. Tapi ketika ditanya lagi, yang melihat mengaku tidak tahu. Tidak juga melapor," kata Yayar, kakak kandung Didi.

Usai menghabisi Didi, Herlan sempat terlihat kembali ke kediamannya. Sejurus kemudian ia menghilang di balik rimbunnya hutan di belakang rumahnya.

"Hutan itu kalau sudah masuk terbagi ada yang keluarnya ke Desa Rasak. Pokoknya bisa tembus ke mana-mana," ujar Yayar.

Desa Gambah RT 4 Kecamatan Barabai tidak terlalu jauh dari Desa Aluan. Pelarian Herlan, dikabarkan menuju desa di Kecamatan Batu Benawa itu. Sekitar 10 menit, berkendara dari Gambah sudah mencapai desa tersebut. Batu Benawa luasnya lebih besar dibanding Barabai, yakni mencapai 54,52 kilometer persegi.

Antara Gambah dengan Aluan hanya dihelat kebun, semak dan persawahan. Dikabarkan, usai membunuh rekannya, Herlan lari ke arah hutan yang berbatasan dengan Aluan. Isu beredar, Herlan bersembunyi di daerah itu.

Desa Aluan ini cukup memungkinkan untuk Herlan ke mana pun bersembunyi. Misalnya ke Kecamatan Batang Alai Selatan maupun ke Hantakan. Daerah ini masih dikelilingi perkebunan dan persawahan warga. Sebagiannya sepi juga penduduk.

"Iya (terlihat) keluar dari Aluan. Kemungkinan (ada) di hutan Telaga Besar. Pokoknya (ada terlihat) sampai Sekolah SMKN 2," katanya.

Herlan diyakini memiliki kemampuan bertahan hidup di hutan. Sehari-hari residivis kasus pembunuhan di Kotabaru ini dikenal sebagai pemanjat pohon kelapa. Terakhir kali terlihat, Herlan juga masih membawa senjata tajam. Karenanya, tak ada warga yang berani mengejar usai ia menghabisi Didi.

Menurut Yayar, berkeliarannya Herlan membuat resah masyarakat. Mereka takut untuk beraktivitas di hutan.

Meski begitu, Yayar berharap warga yang melihat keberadaan Herlan segera melapor ke aparat desa setempat untuk memudahkan pencarian polisi.

"Untuk pencarian pelaku, kami hanya berharap pihak kepolisian. Orang tua kami sudah sakit-sakitan memikirkan pembunuh Didi belum ketemu. Kami sangat berterima kasih kepada polisi yang siang dan malam bergerak terus mencari pelaku, kami doakan semoga bisa menangkap Herlan," pungkas Yayar.

Kronologis Pembunuhan

Berani Sembunyikan Pembunuh Brutal Desa Gambah HST, Siap-Siap Pidana!

Tak ada yang berbeda pada siang itu sampai akhirnya kedatangan Herlan menenteng sebilah parang mengejutkan warga di hajatan pernikahan.

"Ayo, dan lihat Didi sudah aku bunuh," ujar Herlan sambil berlalu meninggalkan warga.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

Hari itu, alkohol 70 persen diminumnya. Yayar mengenal Herlan. Tapi tidak sedekat adiknya itu mengenal Herlan. Selain tetangga, keduanya juga berkawan.

Usai menghabisi Didi, Herlan sampai hari ini masih buron. Tim reserse gabungan yang diterjunkan Polda Kalsel belum juga mampu menangkapnya.

"Dia masuk hutan. Hutan HST itukan luas, sampai kabupaten tetangga, pelaku ini kerap berpindah-pindah tempat," ujar salah satu anggota kepolisian.

Pembunuhan terjadi saat Didi sedang bersantai sembari mencabut uban seorang diri di muka pintu rumahnya. Sedang, istrinya sibuk beres-beres di dalam rumah.

Tiba-tiba datang istri Herlan dalam keadaan mengaduh. "Tolong, Herlan mengamuk," ujar istri pelaku.

Sejurus itu Herlan menyusul. Rupanya keduanya baru saja bertengkar. Istri Herlan sengaja mendatangi Didi berharap ia bisa menasihati suaminya.

Didi lantas coba menenangkan Herlan yang tampak di bawah pengaruh minuman beralkohol. Selama ini, ia sudah menganggap Herlan bak kakaknya sendiri.

"Bawa bersabar. Malu dilihat orang," sambung Yayar menirukan perkataan mendiang adiknya itu kepada Herlan.

Namun naas, diam-diam Herlan yang tampak dalam pengaruh alkohol diduga tersinggung oleh ucapan itu.

Tak disangka, ia menebas leher Dedy yang lengah dalam kondisi setengah lumpuh akibat kecelakaan lalu lintas beberapa tahun silam.

"Herlan itu dalam kondisi mabuk. Kalau dia lagi marah, bawaannya selalu parang," ujar Yayar.

Dedy beberapa tahun lalu mengalami kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan itu meninggalkan cedera di bagian pinggang dan leher. Jika ingin menoleh, maka Deddy harus membalikkan pula badannya.

"Ia tahun lalu habis ditabrak mobil dan kendaraan. Tapi yang namanya orang baik, ia tak pernah mau menuntut," ujar Yayar.

Mendiang Dedy meninggalkan anak berusia 9 tahun dan seorang istri. Kini mereka semua berkumpul di rumah orang tua Dedy.

"Semuanya bersama kami. Yang namanya tanggung jawab, kata abah biar bersama kami saja. Biar kita kumpul bersama," pungkas Yayar.

Selama hidup, Deddy juga dikenal sebagai pribadi yang dermawan. Meski hanya mengandalkan hidup dari memelihara ayam, Deddy sering membantu Herlan yang kerap meminta beras, bawang, sayur mayur bahkan uang tambahan untuk membeli alkohol.

"Adik saya ini tak bekerja, karena memang tidak bisa bekerja. Kalau pelaku masih gagah, masih bisa bekerja. Kadang jadi buruh bangunan, kadang naik pohon kelapa untuk dijual," pungkas Yayar.



Komentar
Banner
Banner