bakabar.com, JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menginstruksikan digitalisasi yang dilakukan oleh BUMN dapat melibatkan startup. Hal itu perlu dilakukan karena besarnya potensi ekonomi digital Indonesia di masa depan.
Menteri BUMN Erick Thohir memperkirakan nilai transaksi dari ekonomi digital di Indonesia pada 2030 mencapai Rp4.500 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 40 persen nilai transaksi ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara.
"Ekosistem kita yang besar kita sinergikan dengan ekosistem startup. Yang suka tidak suka, mereka lebih inovasi dari kita dan lebih cepat dari kita," ungkapnya dalam BUMN Nextgen Build Up Future Leader yang disiarkan secara daring di akun YouTube Kementerian BUMN, Rabu (28/9).
Meski begitu, proses digitalisasi tetap harus melalui pendampingan yang akan dilakukan oleh perusahaan ventura seperti MDI, TMI, Mandiri, BNI, dan BRI. Pendampingan ini diperlukan karena startup merupakan model bisnis baru, sehingga akan meminimalisir terjadinya kesalahan dalam pengelolaan.
Sebelumnya hal tersebut pernah terjadi saat beberapa BUMN membuat rumah sakit dan hotel. Tercatat saat itu terdapat 103 hotel yang dimiliki oleh BUMN yang berbeda. Kesamaan bisnis tersebut yang membuat Erick tidak menginginkan hal serupa akan terjadi kembali.
"Kita harus jadi ahlinya di satu bidang kalau ingin jadi pemenang. Bukan bisnis palu gada, apa lu mau gue ada," tegasnya.
Menurutnya akan sulit untuk bicara BUMN go digital, jika karyawan khususnya kaum muda tidak memiliki pikiran menuju digital. Saat ini BUMN juga sudah melakukan beberapa langkah untuk mendorong perubahan digital seperti pelaksanaan kegiatan startup day dan Indonesia Digital Tribe.
"Pembangunan ekosistem bisa berhasil kalau semua stakeholder menaruh egonya di tengah, termasuk kita-kita," tutupnya.