bakabar.com, BANJARMASIN – Ribut-ribut dugaan penculikan hingga pemukulan relawan H Denny-Difri (H2D) menyeret nama Zaenal A Husni.
Sebelumnya, Tim H2D menduga anggota DPRD Banjarmasin itu terlibat persekusi terhadap dua relawannya berinisial A dan R di Kompleks Banjar Indah, Banjarmasin Selatan, Minggu 24 Mei.
Versi H2D, A dan R bersama dua relawan lainnya saat itu tengah melakukan sosialisasi gerakan antipolitik uang.
Buntut dugaan tindak represif itu, A dan R didampingi Tim Hukum H2D melaporkan perkara tersebut ke Mapolresta Banjarmasin.
Lantas apa kata Zaenal soal tuduhan tersebut?
Berhasil dihubungi bakabar.com, Selasa (25/5) sore, Zaenal membantah keras tudingan H2D.
Justru sebaliknya, kata Zaenal, A dan R yang mengaku diculik itu malah diberinya makan.
“Saya kasih makan, rokok, dan pulangnya saya kasih saku Rp100 ribu,” katanya.
Dari penuturan Zaenal, ketika itu warga marah. Sebab keempatnya memasang spanduk tanpa izin ketua RT setempat.
“Jadi harap maklum kalau ada warga kami yang marah. Sebab, mereka orang luar dan memasang spanduk tanpa izin,” katanya.
“Maka jangan sebut warga kami preman. Mereka marah lantaran stiker itu berisi narasi yang memprovokasi untuk menyuruh warga ambil uang. Maaf saja, warga kami antusias mencoblos bukan karena uang seperti tudingan Denny,” imbuhnya.
Lebih jauh, Zaenal menyayangkan narasi beredar yang dianggapnya memelintir pengakuan A dan R.
Seolah, kata Zaenal, mereka sedang mensosialisasikan gerakan politik antiuang tapi kemudian dipukuli preman.
Padahal, menurutnya yang membuat warga marah adalah empat orang relawan itu didapati bukan sebagai relawan melainkan orang bayaran.
“Dua dari empat orang yang saya ajak ke rumah adalah orang asal Pelaihari dan suruhan Haji Agus Kukang yang juga orang Pelaihari. Saya tanya siapa Haji Agus? Mereka jawab tim suksesnya Denny. Mereka mengaku nekat memasang stiker demi kejar target karena sudah terlanjur dibayar Rp1 juta dan uang makan harian Rp125 ribu," katanya.
Saat terjadi keributan dan warga menginterogasi empat orang bayaran Denny, Zaenal mengaku sebenarnya berniat mendinginkan suasana.
Lantas dia mengajak mereka ke rumahnya. Sayang, hanya dua yang ikut, sementara dua lainnya kabur.
Penuturan Zaenal, salah satu di antara mereka terpaksa menerima order dari tim sukses Denny karena menganggur.
“Maafkan saya pak haji. Saya cuma lulusan SMP dan tidak bekerja," Zaenal menirukan perkataan A.
Pada akhirnya Zaenal mengaku makin bingung saat mengetahui empat orang itu ternyata orang yang dibayar Tim Denny Indrayana.
"Denny tuding masyarakat Banjarmasin memilih karena uang atau politik uang. Lah sekarang ternyata Denny justru bayar orang untuk menempel stiker demi kepentingan politiknya. Itu termasuk politik uang atau bukan?" tuturnya.
Dikonfirmasi terpisah, A membenarkan bahwa dia sempat diberi makan, dan dikasih duit Rp100 ribu oleh Zaenal.
“Habis makan dikasih rokok satu batang,” ujarnya dihubungi media ini via seluler.
Namun, A membantah pernyataan Zaenal yang mengatakan tak ada terjadi pemukulan. Ujar A, dalam perjalanan menuju lokasi dirinya disekap dia sempat dipukul di kepala bagian belakang.
“Kalau sidin (Zaenal) itu memang enggak mukul. Tapi yang lain. Waktu di Banjar Indah di situ saya diinterogasi, sudah main-main tangan, main pukul. Waktu dibawa naik motor saya sudah dipukul di kepala bagian belakang. Sampai di Banjar Indah dipukul lagi di sana,” bebernya.
Selain itu, A juga mengaku bahwa handphone-nya sempat diambil dan isinya diperiksa. Dia juga sempat diminta membuat video berisikan pernyataan.
“Saya lupa detail isinya karena panjang. Tapi di situ yang saya ingat saya diminta berjanji tak melaporkan masalah itu,” terangnya.
Dilengkapi: Syahbani