Temanggung

Dina Yuli Muryana, Kartini Kesehatan dari Temanggung

Berawal dari keprihatinannya pada kebiasaan masyarakat desa yang melakukan pengobatan mandiri alakadarnya, Dina memutuskan melakukan aksi nyata.

Featured-Image
Dina saat melakukan cek kesehatan gratis lansia di Kaloran Temanggung (Apahabar.com/Arimbihp)

Apahabar.com, TEMANGGUNG - Berawal dari keprihatinannya pada kebiasaan masyarakat desa yang melakukan pengobatan mandiri alakadarnya, Dina memutuskan memberikan aksi nyata dalam bidang kesehatan untuk masyarakat.

Kesehatan menjadi sumbu utama manusia untuk melakukan aktivitas. Namun sayangnya, kesadaran menjaga kesehatan acapkali dianggap sepele dan terabaikan.

Sikap abai pada kesehatan juga tumpang tindih pada stigma negatif tentang pentingnya mengatasi penyakit dengan ilmu medis.

Menurut pengamatan bakabar.com yang tinggal di lingkungan pedesaan dengan geografis kawasan pegunungan Merbabu, kedua fenomena tersebut masih melekat pada masyarakat.

Stereotipe masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan cenderung percaya dan merasa aman dengan tanda-tanda alam dan ilmu tutur dari leluhurnya yang tak jarang bertentangan dengan ilmu medis.

Tak sedikit juga yang menganggap medis atau berobat ke rumah sakit justru membuat mereka ketakutan pada penyakit.

Imbasnya, penyakit yang tak bisa diatasi dengan 'ilmu titen' (berdasarkan kebiasaan) menjadi parah atau bahkan tidak bisa disembuhkan.

Dokter dan tenaga medis yang seharusnya menjadi garda terdepan penolong, mereka anggap sebagai momok atau 'memedi' yang sangat dihindari.

Bukan hanya menjadi PR serius bagi tenaga medis dan pemerintah, sikap tersebut juga berbahaya jika tak segera diedukasi sedari dini.

Hal itulah yang mendorong Dina Yuli Muryana (34), perempuan muda dari Temanggung untuk memberikan aksi nyata dalam bidang kesehatan untuk masyarakat.

Berawal dari keprihatinannya pada kebiasaan masyarakat desa yang melakukan pengobatan mandiri alakadarnya, pada 2017 Dina tergerak melakukan perubahan  kecil.

Dina memulai gerakan perubahannya dengan memberikan fasilitas pemeriksaan gratis untuk masyarakat Desa Kaloran yang berada di antara Gunung Sindoro dan Sumbing.

Langkah awal Dina tak langsung diterima masyarakat, meski ia melakukan segala sesuatunya sendiri.

Mulai obat hingga alat, ia menggunakan miliknya sendiri yang kala itu dikumpulkan sewaktu bersekolah.

Banyaknya penolakan masyarakat tak membuat Dina gentar. Sebab, nyatanya, pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada sebagian warga tidak sepenuhnya menunjukkan hasil positif.

Berbagai penyakit terbaca satu persatu, mulai dari darah tinggi, kolesterol hingga kanker yang ternyata harus mendapat penanganan medis serius.

Seminggu sekali saat tidak ada kesibukan, Dina terus meluangkan waktunya untuk melakukan pemeriksaan gratis.

Bermodal ilmu pendidikan kesehatan yang ia dapat selama sekolah, Dina juga melakukan pengobatan gratis untuk masyarakat.

Semua pengabdian kesehatan ia lakukan menggunakan biayanya sendiri tanpa bantuan dari pihak manapun.

Sedangkan untuk penyakit-penyakit serius, Dina terus mengedukasi agar masyarakat mau untuk melakukan perawatan intensif secara medis di rumah sakit.

Kegigihan Dina lambat laun membawa perubahan bagi masyarakat di kawasan Kaloran.

Ia pun memperluas jangkauan pengobatan gratisnya di daerah lain di Temanggung yang masyarakatnya masih memiliki karakter serupa.

"Utamanya daerah pegunungan dan pedesaan di kawasan Temanggung, seperti lereng Sindoro Sumbing yang sulit dijangkau," kata Dina, Senin (23/10).

Selain pengobatan dan edukasi kesehatan gratis untuk masyarakat, Dina juga mulai membuka pos tanggap bencana.

Kartini muda dari Temanggung itu juga terjun langsung sebagai tenaga medis dan relawan saat masyarakat Temanggung terkena bencana.

Tak jarang ia datang dari rumah ke rumah atau door to door untuk melakukan pengobatan atau mengecek kesehatan masyarakat.

Dina saat melakukan cek kesehatan dan pengobatan di rumah warga (Apahabar.com/Arimbihp)
Dina saat melakukan cek kesehatan dan pengobatan di rumah warga (Apahabar.com/Arimbihp)

 Apalagi Temanggung berada di kawasan pegunungan yang kerap terjadi longsor dan angin kencang.

Pengabdian Dina pada kesehatan masyarakat dari tahun ke tahun membuat ia mendapat penghargaan Satu Indonesia Astra (SIA) pada 2020.

Penghargaan tersebut ia jadikan 'modal' untuk terus bergerak dan melengkapi sejumlah alat kesehatan.

Pengabdian untuk kesehatan masyarakat yang tadinya dilakukan untuk satu desa, kini telah Dina lakukan untuk 6 kecamatan dan puluhan ribu masyarakat Temanggung.

Perjuangan yang semula ia lakukan seorang diri, kini turut menggandeng beberapa orang terutama dari generasi muda di Kabupaten Temanggung.

"Memang sampai sekarang belum membuat forum, tetapi saya, dan teman-teman lain yang mau untuk bergerak untuk kesehatan masyarakat," tuturnya.

Hingga kini, Dina masih terus melakukan pelayanan untuk masyarakat Temanggung secara cuma-cuma alias gratis.

Alat kesehatan yang dina miliki sudah cukup lengkap, mulai dari tensi meter hingga obat-obat medis.

 Namun, ada 1 harapan yang belum Dina wujudkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat Temanggung.

Dina saat melakukan pengobatan untuk balita di Temanggung (Apahabar.com/Arimbihp)
Dina saat melakukan pengobatan untuk balita di Temanggung (Apahabar.com/Arimbihp)

Ia berharap bisa memiliki mobil ambulan gratis untuk masyarakat yang sewaktu-waktu membutuhkan pelayanan.

"Kalau ada mobil ambulan gerak untuk case atau kasus tertentu bisa lebih cepat," imbuhnya.

Dina juga berharap, ke depan, kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan dan aware terhadap penanganan penyakit bisa terus bertambah.

"Edukasi terus kami lakukan, harapannya, masyarakat di desa tidak lagi takut untuk berobat ke dokter," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner