Politik

Dilema Golkar di Perang Bintang Pilwali Banjarmasin

apahabar.com, BANJARMASIN – Suhu politik jelang Pemiihan Wali Kota (Pilwali) Banjarmasin bak api dalam sekam. Ada…

Featured-Image
Pion Golkar di Pilwali Banjarmasin, Haji Ananda, dan Yuni Abdi Nur Sulaiman, dinilai sama-sama memiliki modal politik dan sosial yang mantap. Foto kolase-Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Suhu politik jelang Pemiihan Wali Kota (Pilwali) Banjarmasin bak api dalam sekam. Ada asap, tapi tak muncul api.

Peribahasa yang pas dengan kondisi Golkar sekarang. Punya enam kursi di DPRD Banjarmasin, siapa calon yang akan diusung tak kunjung ditentukan. Pasalnya, mereka sama-sama punya latar belakang yang cukup mantap.

Ya, yang membuat masyarakat masih bingung, partai berlambang Beringin itu masih belum mengeluarkan surat rekomendasi pasangan calonnya untuk diadu di Pilwali Banjarmasin, akhir tahun ini.

DPD Golkar Kalsel sejatinya telah menandemkan Abdul Haris Makkie dengan Yuni Abdi Nur Sulaiman.

Sementara di level pengurus pusat, DPP Golkar masih memberikan waktu kepada para kader untuk membangun koalisi dengan partai lain, termasuk kepada Ananda, ketua DPD Golkar Banjarmasin saat ini.

Pengamat Politik dan Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lambung Mangkurat, Taufik Arbain menilai konstruksi beberapa hasil survei memungkinkan bakal calon di Kota Banjarmasin, termasuk Kotabaru untuk mengambil langkah perlawanan, terlebih jika incumbent keliru memilih wakilnya.

Sosok wakil di Pilkada kali ini disebut wajib menjadi vote getter alias pendulang suara berbasis koneksitas dan modal sosial dan politik.

“Sebut saja, nama Ananda adalah figur yang memiliki modal sosial dan modal politik yang masif di Kota Banjarmasin,” kata dia.

Ya Ananda, sosok milenial yang sekarang menjabat wakil ketua DPRD Banjarmasin itu dianggap punya kans maju di Pilwali. Bahkan tak hanya jadi wakil tapi wali kota.

Memang, dirinya tak bisa menampik jika figur Yuni juga punya modal sosial yang kuat di Kota Seribu Sungai. Bedanya, Nanda dikenal langsung oleh masyarakat. Seperti kini menjabat wakil rakyat dengan bermacam aktifitas sosial.

Sosok yang ‘cantik’ pun disebutnya salah satu sumber kekuatan yang bisa merebut hati, dan modal politik. Dan yang tak ketinggalan adalah jaringan konstituen serta pengalaman di legislatif.

Sementara Yuni pun mirip. Dia punya modal sosial lewat jaringan Barito Putera dan emosional loyalis serta kecintaan publik Banjarmasin pada mendiang H Leman yang melegenda.

“Meskipun harus diakui, jika Ananda dan Yuni berhadapan dalam paket berbeda akan membelah suara Golkar di sisi lain, siapa yg mampu merawat itu saja. Justru kondisi ini yang akan menjdi kuda hitam dan “gadis rebutan” adalah Ananda,” ucap Taufik.

Realitas politik demikian tentunya jadi kalkulasi tersendiri bagi Haris Makkie dan petahana Ibnu Sina. Atau, kata dia, jagoan lain seperti Muhammad Syaripuddin, Wakil Ketua DPRD Kalsel.

“Orang muda progresif dan akan berkelindan dengan Julak Rosi (Rosehan NB), serta Hermansyah,” kata Taufik.

Lantas, yang jadi pertanyaan, ke manakah loyalis atau konsituen H Muhidin berlabuh?

Sebagaimana diketahui Muhidin merupakan wali kota Banjarmasin 2010-2015. Ketua DPD Partai Amanat Nasional Kalsel ini juga bertekad mengusung sang anak di Pilwali Banjarmasin.

“Tidak bisa dipungkiri ada variabel lain yang dahsyat ke mana loyalis konstituen H Muhidin berlabuh, ini adalah political real yang nuansa kebatinannya melebihi dari sekadar kader partai. Ibarat kata ke mana dia berlabuh ke sana air akan menghanyutkan,” ujar Direktur Lembaga Survei Banua Meter ini.

Karenanya, harus diakui sebenarnya Pilwali Banjarmasin adalah Pilkada Perang Bintang, bukan sekadar kontestasi mencari pemimpin biasa.

“Pandemi Covid-19 menjadikan situasi ini bernilai positif bagi semua petarung di Banjarmasin,” jelasnya.

Lain lagi dengan Haris Makkie. Sebagai birokrat senior ia tentu memiliki modal sosial dan jaringan. Serta tim yang masif dan telah bergerak menjadikannnya alternatif.

Maka, Ibnu sina hari ini sebagai incumbent harus berhadapan dengan para birokrat tulen yang tidak sekadar memiliki kemampuan birokrasi dan manajemen.

“Tetapi figur yang memiliki art of leadership yang menjamah sosial kemasyarakatan. Sistem direct democration saat ini adalah salah satu input memenangkan. Ini dimiliki Haris Makie dan Khairul Saleh,” jelas dia.

Sebagai informasi, Khairul saat ini menjabat kepala Disdukcapil Banjarmasin. Demi mengikuti Pilwali Banjarmasin, pengunduran dirinya pun tengah bergulir di Badan Kepegawaian Negara.

“Saya justru menilai Pilkada Banjarmasin akan panas dan benar benar perang bintang jika Ibnu Sina menimbang ulang Pak Arifin Kadis PUPR Banjarmasin sebagai wakilnya, tetapi melirik dari nama-nama yang mampu meraup suara dan memiliki jaringan luas,” ujarnya.

Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner