Kalsel

Dikarantina di SKB Batola, Mawar Berharap Bisa Ikut SBMPTN ULM

apahabar.com, MARABAHAN – Pandemi Covid-19 tak hanya mengubah pola hidup. Wabah ini ikut menyurutkan asa Mawar…

Featured-Image
Kuliah di Program Studi Psikologi ULM menjadi cita-cita salah seorang pasien Covid-19 di Batola. Foto-Istimewa

bakabar.com, MARABAHAN – Pandemi Covid-19 tak hanya mengubah pola hidup. Wabah ini ikut menyurutkan asa Mawar (bukan nama sebenarnya) bertarung di Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Mawar merupakan seorang dari 24 pasien positif Covid-19 yang dikarantina Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Barito Kuala.

Gadis berusia 18 tahun ini dikonfirmasi positif sejak 24 Juni 2020, kemudian langsung dikarantina dalam hari bersamaan.

Seperti kebanyakan pasien Covid-19 di Batola, Mawar tidak memiliki gejala.

Selama berada di karantina, Mawar tidak sendirian. Warga Marabahan ini dikarantina bersama ayah dan ibu, serta beberapa paman, bibi dan sepupu.

Untungnya wabah tersebut tak sempat menyerang adik Mawar.
Begitu dinyatakan non reaktif pasca rapid test, sang adik langsung diungsikan ke rumah salah seorang keluarga.

Setelah dinyatakan positif, hidup Mawar ikut berubah.

Selain harus dikarantina, Covid-19 membuat harapan mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) SBMPTN di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) juga surut.

Padahal kesiapan Mawar mengikuti SBMPTN sudah memasuki tahap akhir.
Setelah mendaftarkan diri dan memperoleh kartu tanda peserta, Mawar tinggal belajar menjawab soal-soal.

Mawar menempatkan program studi psikologi sebagai pilihan pertama.
Sedangkan pilihan kedua, sulung dari dua bersaudara ini memilih ilmu hukum.

“Seharusnya saya bisa mengikuti SBMPTN yang dijadwalkan 8 Juli 2020. Namun setelah kejadian ini, saya hanya bisa menunggu,” ungkap Mawar, Minggu (28/6).

Sesuai informasi yang tertera dalam kartu tanda peserta, Mawar ditempatkan di ruang laboratorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis ULM di Banjarmasin. Tes dimulai pukul 07.00 WITA dan berakhir pukul 09.15 WITA.

“Saya masih berharap bisa ikut dan tetap belajar, kendati pun belajar di rumah dengan di karantina jauh berbeda. Perbedaan itu membuat sejumlah materi sulit dipahami,” tukas Mawar.

Pun belajar dilakukan seadanya. Mawar hanya menggunakan telepon seluler, karena tidak sempat membawa buku-buku pelajaran dari rumah.

“Kami dikabari berangkat ke karantina sekitar pukul 13.30. Sekitar 1 jam kemudian kami langsung dijemput, sehingga tak sempat membawa buku-buku,” beber Mawar.

Seandainya gagal mengikuti SBMPTN, Mawar sebenarnya masih bisa kuliah di ULM melalui jalur mandiri.
Hanya memang biaya kuliah jalur mandiri lebih mahal ketimbang reguler.

Selain jalur mandiri, Mawar menyelipkan harapan kepada ULM agar membuat regulasi khusus.

Misalnya memundurkan jadwal tes untuk pendaftar yang terpapar Covid-19, atau pelaksanaan ujian di lokasi karantina.

“Harapan terakhir tinggal mengikuti jalur mandiri, karena melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi merupakan keinginan saya sendiri,” tegas Mawar.

“Namun sebelum 8 Juli, saya berharap bisa segera sembuh. Sekarang kami sudah menjalani pemeriksaan PCR yang kedua,” tandasnya.

Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner