Pencemaran Air

‘Dihantui Tai’: 70 Persen Air Minum di Indonesia Terkontaminasi Tinja, Kok Bisa?

Studi Kementerian Kesehatan menyatakan 70 persen dari 20.000 sumber air terkontaminasi tinja. UNICEF sempat mengampanyekan sanitasi aman bertajuk Dihantui Tai.

Featured-Image
Air Minum Indonesia (Foto: Liputan6)

bakabar.com, JAKARTA - Dihantui Tai. Demikian tajuk kampanye UNICEF yang bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat Indonesia mengenai dampak pencemaran air oleh tinja terhadap kesehatan.

Kampanye itu merupakan salah satu tindak lanjut dari maraknya sumber air yang tercemar limbah tinja. Ini mengacu pada studi Kementerian Kesehatan (2020), di mana menyatakan sebanyak 70 persen dari 20.000 sumber air turut menyebabkan penyakit diare.

“Kenapa bisa begitu? Kami melihat bahwa walau hampir 80 persen rumah tangga di Indonesia telah memiliki toilet, tapi hanya 7 persen limbah tinja yang diolah dengan aman,” ungkap Water Sanitation and Hygiene (WASH) Specialist UNICEF Indonesia, Maraita Listyasari, dikutip Selasa (25/10).

Limbah yang tidak dikelola dengan baik tentu berpotensi tinggi mencemari lingkungan serta sumber air sekitar. Termasuk, menyebabkan risiko pencemaran terhadap kesehatan, seperti penyakit diare.

“Sanitasi yang tidak dikelola dengan baik bisa melemahkan daya tahan tubuh anak-anak, sehingga menimbulkan dampak yang permanen, bahkan kematian,” jelas Perwakilan Sementara UNICEF, Robert Gass, dikutip dari unicef.org.

Baca Juga: Langkah Mudah agar Terhindar dari Penularan Omicron XBB

Diare sendiri adalah penyebab utama kematian balita di Indonesia. Bukan cumaitu, kontaminasi tinja pada air juga bisa menyebabkan berbagai penyakit lain, di antaranya kolera, disentri, tipus, polio, serta beberapa jenis infeksi saluran pernapasan akut.

Kenali Ciri Air yang Tercemar Tinja

Melalui kampanye Dihantui Tai, UNICEF menyerukan masyarakat Indonesia untuk memasang, memeriksa, mengganti tangki septik, serta rutin menguras tangki minimal satu kali setiap tiga hingga lima tahun.

Selain itu, masyarakat juga didorong untuk lebih mengenali tanda-tanda air yang tercemar tinja. Mengutip laman Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Semarang, salah satu ciriya adalah terdapat bahan pelarut dan endapan.

Bahan pelarut dan endapan dapat membuat air menjadi bau, memiliki derajat keasaman (pH) yang tinggi, memiliki rasa, dan berwarna. Adapun bau dari air yang tercemar tinja ialah busuk dan menyengat.

Baca Juga: Apa Penyebab Tubuh Merasa Kesemutan?

Sementara, rasa dari air yang terkontaminasi tinja seperti mengecap logam, berminyak, ataupun amis. Warna keruh yang disertai bintik-bintik putih juga menandakan air sudah tercemar limbah.

Apa yang Mesti Dilakukan?

UNICEF mengatakan salah satu tantangan utama dalam meningkatkan sanitasi aman adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap risiko kesehatan akibat pengelolaan tangki septik yang tidak memadai. Juga, frekuensi pengurasan tangki yang masih rendah.

“Banyak keluarga yang belum memahami pentingnya menghubungkan toilet dengan sistem pembuangan dan pipa, atau bahwa tangki septik perlu dibersihkan secara berkala,” tulis UNICEF dalam laman resminya.

Sebab itulah, lembaga tersebut gencar mengampanyekan gerakan memasang, memeriksa, mengganti tangki septik, juga rutin menguras tangki minimal satu kali setiap tiga hingga lima tahun.

Baca Juga: Perbedaan Fungsi Serum dan Moisturizer untuk Perawatan Kecantikan

Di samping itu, Ahli Lingkungan Hidup dari IPB, Suprihatin, mengatakan bahwa sanitasi adalah faktor kunci untuk menjaga air bersih. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kontaminasi, salah satunya memasak air hingga matang sebelum dikonsumsi.

Melansir Antara, Suprihatin menyarankan agar kompor tak langsung dimatikaan sesaat air telah mendidih. Biarkan air mendidih setidaknya selama satu menit untuk memastikan bahwa bakteri benar-benar hilang dalam air minum yang terkontaminasi tinja.

Editor


Komentar
Banner
Banner