News

Dibayangi Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga The Fed, Rupiah Melemah

apahabar.com, JAKARTA – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada…

Featured-Image
Petugas menghitung uang dolar AS dan uang Rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, KCU Melawai, Jakarta, Selasa (16/8/2022). Foto-Antara/Reno Esnir/foc

bakabar.com, JAKARTA – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (31/8) pagi, melemah.

Kurs rupiah dibayangi ekspektasi kenaikan suku bunga yang agresif oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).

Rupiah pagi ini melemah 7 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.850 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.843 per dolar AS.

“Nilai tukar rupiah masih berpeluang menguat terhadap dolar AS hari ini melanjutkan penguatannya kemarin tapi rentan pelemahan,” kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Ariston menyampaikan rilis data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang meliputi aktivitas sektor manufaktur dan jasa China bulan Agustus yang dirilis pagi tadi bisa menjadi katalis penguatan rupiah karena hasilnya masih di atas ekspektasi pasar.

Data Biro Statistik Nasional China menunjukkan bahwa PMI sektor manufaktur pada Agustus mencapai 49,4, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 49.

“Aktivitas manufaktur China masih dalam fase kontraksi tapi masih lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Sementara aktivitas sektor jasa China masih dalam kisaran pertumbuhan,” ujar Ariston.

Kendati demikian, lanjut Ariston, penguatan rupiah diperkirakan masih rentan karena pasar keuangan masih dibayangi oleh ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed yang agresif sebesar 75 basis poin pada September mendatang.

Yang terbaru, petinggi The Fed John Williams mendukung pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell untuk menjaga suku bunga di level tinggi hingga tingkat inflasi AS turun signifikan.

“Potensi tekanan terhadap rupiah juga bisa datang dari kekhawatiran kenaikan inflasi dalam negeri karena rencana kenaikan BBM subsidi ke depan. Inflasi bisa menurunkan daya beli yang akan menekan laju pertumbuhan ekonomi,” kata Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp14.800 per dolar AS hingga Rp14.880 per dolar AS.

Pada Selasa (30/8) lalu, rupiah ditutup menguat 55 poin atau 0,37 persen ke posisi Rp14.843 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.898 per dolar AS.



Komentar
Banner
Banner