Kalsel

Di Balik Aksi, Dosen Apresiasi Mahasiswanya dengan Nilai Plus

apahabar.com, BANJARBARU – Dosen Fakultas Inmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad…

Featured-Image
Aksi anti-Omnibus Law di depan Gedung DPRD Kalsel, Jalan Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kamis (08/10). Foto-apahabar.com/Riyad Dafhi R

bakabar.com, BANJARBARU – Dosen Fakultas Inmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari, Dr Muhammad Uhaib As’ad mengapresiasi mahasiswa yang ikut aksi tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di Banjarmasin, Kamis (08/10) tadi.

Bahkan, Uhaib As’ad memberikan nilai tambah dan dengan terbuka memberikan izin ke mahasiswanya yang ikut demonstrasi tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di Banjarmasin.

“Saya sebagai dosen ilmu politik banyak mahasiswa minta izin. Saya bilang silahkan yang penting bisa menjaga diri dan keselamatan. Karena saya sendiri lahir dari perjuangan mahasiswa, itu juga saya rasakan,” ujar Uhaib As’ad kepada bakabar.com, Jumat (09/10).

Uhaib As’ad berani memberikan apresiasi dengan memberikan nilai atau poin kepada mahasiswa yang ikut ketimbang mahasiswa yang tidak mau tahu dengan kondisi sekarang.

Uhaib mengibaratkan tidak ada asap jika tidak ada api, begitu pula dengan aksi mahasiswa tolak UU Cipta Kerja di depan Gedung DPRD Kalsel, Jalan Lambung Mangkurat, Banjarmasin itu.

Dikatakan Uhaib, munculnya aksi ini karena wajah politik yang dikendalikan kekuatan oligarki dan dari apa yang telah diproduksi negara.

Oligarki sendiri ialah bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elit kecil dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga, atau militer.

“Munculnya gerakan proses atau ledakan kemarahan dari penjuru tanah air ini, itu sebetulnya imbas dari sebuah wajah politik yang sudah dikendalikan oleh kekuatan diluar negara, kekuatan oligarki. Ini lah dampak dari demokrasi libralisasi. Sebetulnya mahasiswa itu hanya dampak dari apa yang diproduksi negara,” jelas Uhaib.

Yang dimaksud produksi negera ini, lanjut Uhaib ialah produk Undang Undang yang jelas tidak berpihak kepada rakyat.

“Itu jelas merugikan masyarakat dan menguntungkan pengusaha dan itu sangat tidak sesuai dengan konstitusi negara, UUD 1945,” tambah Uhaib.

Sebab menurut Uhaib, kekuasaan rezim sekarang ini sudah jauh melenceng dari makna dan pesan reformasi 1998.

“Bagimana reformasi yang dicita citakan menjadi satu perubahan sistem kekuasaan politik dan ekonomi lebih baik, menciptakan kesetaraan sosial dan politik sekarang semakin tampak praktik politik dan praktik ekonomi yang mencerminkan sebagai watak watak oligarki,” terang Uhaib.

Uhaib menjelaskan watak-watak kekuasaan dan kerakusan di mana negara dan ekonomi sudah disandra oleh seluruh kelompok orang yang memiliki kuasa modal, kuasa finansial dan kuasa ekonomi.

“Apa yang terjadi sekarang ini produk Undang Undang yang dihebohkan sebetulnya itu juga imbas dari satu intervensi kepentingan kapitalis, kepentingan oligarki. Betapa dahsyatnya kekuatan oligarki, kekuatan kelompok yang mendesain dibelakang undang undang itu,” ungkap Uhaib.

Untuk itu, aksi mahasiswa menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja ini diharapkannya dapat mengembalikan kedaulatan negara tertinggi yaitu kedaulatan ada di tangan rakyat.

“Cita-cita bangsa yang sering kita dengar dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, itu jangan hanya dalam teks,” ucap Uhaib.

Karena fakta di lapangan menurutnya telah berganti menjadi dari korporasi oleh korporasi untuk korporasi.

Komentar
Banner
Banner