bakabar.com, BARABAI – Anggota Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung dari Wanadri, Sarbini (55) meninggal dunia di Pegunungan Meratus, Hulu Sungai Tengah (HST), Sabtu (13/2/2021).
Dia menghembuskan napas terakhir di ketinggian 1450-1500 Mdpl pada salah satu gunung tertinggi di Kalsel ini.
Sarbini akrab disapa Beben meninggal setelah melewati puncak Gunung Kilai (baca:Kilayi), sekitar pukul 16.00 WITA.
Secara geografis, gunung ini terletak di Kecamatan Batang Alai Timur (BAT). Tanjakan terakhir menuju Desa Juhu.
Sekitar pukul 16.00, Jumat, 12 Februari, Beben ditemani satu warga Kiyu Desa Hinas Kiri, Haris. Mereka melakukan perjalanan menuju Juhu.
Membawa niat memenuhi undangan ‘pembakal tuha’ atau kepala desa lama sekaligus menghadiri aruh adat.
Sekira pukul 17.00, Haris menerangkan sudah sampai di Tiranggang. Tepat di jembatan, Beben lantas mengeluhkan sakit pada bagian dadanya.
“Kami lanjut sampai di Kagaringan. Menginap dan berangkat paginya (Sabtu 13 Februari). Beliau tidak merasa sakit lagi,” kata Haris, Minggu (14/2).
Sebelum sampai puncak Kilai, Haris mengajak Beben berhenti sebentar untuk makan. “Tapi beliau mau (makannya) di puncak Kilai saja,” ungkap Haris menyebutkan apa kata Beben.
Tiba di puncak sekitar pukul 14.00 Sabtu siang itu, selepas makan lalu turun dari puncak. Melanjutkan perjalanan menuju Kiyu sembari mengabadikan foto.
Kurang lebih 15 menit turun dari puncak, mendiang tiba-tiba dalam posisi duduk. Terlihat kejang-kejang dan merintih. “Saya langsung rangkul supaya tidak jatuh ke jurang,” kata Haris.
Lantas, Beben pun digendong di punggung Haris. Niat membawa ke tempat aman atau jalan yang datar.
“20 meter, saya sudah tidak sanggup ‘mahambin’ (menggendong dipunggung-red) beliau. Lalu saya tinggal untuk mengejar para tenaga kesehatan (nakes),” aku Haris.
Mengingat saat keberangkatan mereka bertemu dengan nakes BAT dalam perjalanan menuju Juhu, Haris bergegas menyusul. Posisinya tidak jauh di depan Haris dan Beben.
“Saya minta tolong mereka mengecek kondisi beliau. Sesampai di tempat Beben, lalu dicek nakes, beliau sudah tidak ada (meninggal-red),” jelas Haris.
Sebagian perawat menemani jasad Beben. Sisanya melanjutkan perjalanan menuju Juhu untuk memberitahukan peristiwa tadi.
Sementara Haris, berupaya menemukan signal telepon selularnya agar bisa menghubungi orang di desanya.
“Saya balik ke Batu Manarab menelepon ke orang desa. Tapi tidak bisa. Jadi saya telepon orang di Kotabaru untuk mengabarkan kondisi Beben,” tutup Haris.
Informasi itu akhirnya beredar di grup-grup WhatsApp pada Sabtu malam (13 Februari), sejumlah pencinta alam lantas mengecek kebenaran informasi itu.
Puncaknya puluhan relawan dikirim ke Kilai untuk mengevakuasi jasad atau jenazah Beben, Minggu (14/2).
Kerabat dekat mendiang, Dauri menyebutkan belum tau persis penyebab meninggalnya. Diduga kuat, Beben kelelahan.
“Kami belum tau riwayat penyakitnya. Terakhir ketemu sehat-sehat saja,” terang Relawan Dari Vertikal Rescue Indo Kalsel HST ini.
Sebelumnya Dauri menjelaskan, tujuan Beben ke HST dalam misi kemanusian dalam satu minggu terakhir.
Dia bersama tim relawan dari Bandung Jawa Barat dalam rangka mitigasi bencana alam di Papagaran Kecamatan Hantakan.
Selasa, 10 Februari 2021, para relawan dari Bandung balik kanan ke Jakarta dalam misi yang sama.
Sementara Beben mengunjungi keluarganya di Karang Jawa Kecamatan Padang Batung, Kandangan HSS.
“Saya yang antar waktu itu. Beliau dapat undangan ke Juhu. Jumat itu lalu naik sendiri. Sampai di Kiyu ditemani porter tadi untuk ke Juhu,” terang Dauri.
Sarbini atau Beben meninggal dalam usia 55 tahun. Lelaki kelahiran Banjarmasin 10 Oktober 1966 ini meninggalkan satu istri dan 3 anaknya.
Di Wanadri, Beben sebagai anggota angkatan putra Tapak Lembah atau angkatan ke 16 tahun 1993. Kode anggotanya W-1247-TL.
Beben dan keluarganya berdomisili di DKI. Tepatnya di Jalan Sumur Batu Kemayoran, Jakarta Pusat.
Beben di kenal pula sebagai warga Komplek Veteran, Jalan A Yani KM 2, Banjarmasin. Ia merupakan salah satu putra pejuang Kalsel, Mawardi Ali.
Salah satu putra almarhum Ma’rufi Utir pejuang kemerdekaan RI di Kalsel, Mahmudin menyebut Sarbini masih memiliki rumah di Komplek Veteran Banjarmasin sampai kini.
Warga komplek menurutnya turut berduka atas meninggalnya Sarbini yang dimakamkan di Kandangan.
“Benar, dia merupakan salah satu putra dari almarhum Mawardi Ali,” ujar Mahmuddin, yang orangtuanya bergerilya bersama Hasan Basri pada tempo awal perjuangan dulu di Kandangan, Hulu Sungai Selatan.