bakabar.com, JAKARTA - Gempa berkekuatan magnitudo 5,6 yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memakan korban jiwa maupun materi. Tercatat sudah 6 kali terjadi gempa susulan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan, BNPB terus melakukan upaya penanganan bencana yang mengguncang Kabupaten Cianjur dan sekitarnya.
“BNPB terus melakukan pendataan jumlah korban, korban jiwa khususnya di Kabupaten Cianjur 17 orang meninggal dunia dan 19 orang warga alami luka-luka cukup berat,” Ujar Suharyanto saat melakukan keterangan tertulis, Jakarta, Senin (21/11)
"BNPB akan menempatkan satu unit helikopter untuk mempermudah penanganan darurat bencana, evakusi dan pendistribusian logistik ke lokasi-lokasi terisolir," tuturnya.
Baca Juga: Kepala BNPB Catat 14 Korban Tewas Akibat Gempa Cianjur
Berdasarkan pendataan yang disusun oleh Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BNPB, dampak yang diakibatkan gempa tersebut turut merusak beberap bangunan, seperti 343 unit rumah rusak berat, satu unit pondok pesantren rusak berat, RSUD Cianjur alami rusak sedang.
Selain itu, ada empat unit Gedung pemerintah, tiga unit fasilitas pendidikan, satu unit sarana ibadah, satu unit toko dan satu unit cafe juga alami kerusakan, serta ada jalanan yang terputus.
Laporan korban dari BPNB tersebut berbeda dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Cianjur yang mencatat sebanyak 20 orang korban tewas.
"Ada 20 jenazah korban. Semuanya sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cianjur. Seluruh korban tewas karena tertimpa bangunan," tuturnya.
Baca Juga: Gempa Bumi Melanda Banten, Getarannya Hingga ke Jakarta
Letjen TNI Suharyanto melanjutkan akan segera menuju ke lokasi yang terdampak untuk melakukan upaya percepatan penanganan korban gempa.
“Besok pagi saya akan ke lokasi, untuk melaksanakan pendampingan terhadap langkah-langkah penanganan gempa di Cianjur, selain itu untuk memastikan pemenuhan kebutuhan masyarakat terdampak” lanjutnya.
“Rumah yang alami kerusakan akan dibangun kembali oleh pemerintah,” imbuhnya.
Sebagai penutup, Suharyanto menjelaskan, tidak ada yang dapat memprediksi kapan terjadinya bencana, yang terpenting bagaimana respon yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat terkait bencana.
“Gempa sudah terjadi, tidak ada satu kekuatan yang bisa menghindari kapan terajdinya bencana, yang pasti setelah terjadi bencana bagaimana upaya-upaya kita secara sinergi, soliditas dan sungguh-sungguh agar penanganan bencana dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,”pungkas Suharyanto.