bakabar.com, BANJARMASIN – Kasus Covid-19 di Kalimantan Selatan kembali mengkhawatirkan. Sepekan terakhir, kasus baru tercatat sebanyak 25 orang.
Per 24 Januari, ada 24 pasien Covid-19 yang dirawat. Padahal, pada 17 Januari lalu, Kalsel pernah mencatat tinggal 1 kasus.
Rupanya lonjakan kasus terjadi merata secara nasional. Anggota Tim Pakar Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Hidayatullah Muttaqin membeberkan datanya.
Pada Senin (24/1) warga yang dikonfirmasi positif Covid-19 bertambah sebanyak 2.9525 kasus dan meninggal 14 kasus.
Dalam satu pekan, kata dia, kasus Covid-19 di tingkat nasional naik sebesar 12.867 kasus pada 17-23 Januari.
"Jumlah tersebut 2,7 kali lipat kasus konfirmasi yang terjadi satu pekan sebelumnya (10-16 Januari) dan 9,1 kali lipat kasus seminggu di akhir tahun 2021," bebernya, Selasa (25/1).
Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia dalam satu pekan terakhir 95 persennya disumbangkan Jawa-Bali. Sebanyak 53 persen berasal dari DKI Jakarta. Sementara kasus di luar Jawa-Bali masih cukup rendah.
"Tetapi mulai menunjukkan terjadinya peningkatan," ucap Muttaqin.
Menurutnya, lonjakan kasus ini tidak lepas dari penyebaran varian Omicron yang sudah didominasi oleh transmisi lokal, khususnya di Jawa-Bali.
Kasus varian Omicron yang terdeteksi di Indonesia berdasarkan hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing yang telah disubmit di GISAID per 24 Januari pada pukul 12.00 UTC sebanyak 1.406 kasus.
Berdasarkan analisis data di website Cov-Spectrum.org, lanjut dia, pada 1-23 Januari ini kasus varian Omicron mendominasi hasil pemeriksaan WGS Indonesia dengan proporsi sebesar 78%.
Sebaran varian Omicron masih terkonsentrasi di Jakarta 78%, Banten 11% dan Jawa Barat 9%.
Meskipun sejak Desember 2021 sebaran kasus varian Omicron yang terdeteksi di luar Jawa-Bali baru ada di 4 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
"Kita harus mewaspadai dan memperkuat langkah-langkah mitigasi," ujar Taqin, mewanti-wanti.
Sebab, menurutnya dengan sudah menyebarnya varian ini di Jakarta, maka potensi penyebaran Omicron ke seluruh wilayah Nusantar menjadi terbuka.
Hal ini disebabkan oleh seluruh provinsi di Indonesia terkoneksi dengan trnasportasi udara dari dan ke Jakarta.
Langkah-langkah mitigasi tersebut perlu dilakukan tanpa menunggu sudah terdeteksinya varian Omicron di Kalsel.
"Dari sisi mobilitas penduduk antar daerah dan antar pulau, skrining yang lebih ketat perlu diterapkan di pintu-pintu masuk Kalsel agar kita tidak kecolongan sebagaimana kasus varian Delta pertengahan tahun lalu," tambahnya.
Mobilitas penduduk juga perlu diperlambat dengan menerapkan kembali aturan mengenai WFH tanpa harus menunggu naiknya asesmen situasi ke level 3 atau 4.
Pelaksanaan PTM perlu ditinjau ulang, pusat perbelanjaan, super market dan minimarket perlu menerapkan penggunaan aplikasi Peduli Lindungi sebagai syarat masuk.
Penegakkan dan edukasi penerapan protokol kesehatan kembali diperkuat. Patroli aparat penegakan disiplin prokes di tempat-tempat keramaian untuk memonitor dan mencegah terjadinya kerumunan dan warga yang tidak memakai masker.
Menurut dia, vaksinasi sangat penting khususnya ditujukan kepada penduduk kelompok rentan seperti lansia dan juga anak-anak yang baru saja dimulai vaksinasinya.
Strategi 3T juga menjadi kunci untuk mengurung potensi penyebaran Covid-19 khususnya varian Omicron. Tempat-tempat isolasi terpusat dipersiapkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya penularan. Rumah sakit, obat-obatan dan oksigen juga siap.
Dengan langkah dan kesiapan mitigasi tersebut, Muttaqin berharap tidak terjadi penyebaran Omicron di Kalsel. Sekalipun tetap terjadi, menurutnya tim Satgas dan Pemda sudah siap.
"Meskipun gejala yang ditimbulkan varian ini cenderung ringan, tetapi kita harus memperhatikan dan melindungi kelompok rentan, yaitu para lansia, ada komorbid dan yang belum divaksin," pungkasnya.