Kalsel

Cerita Relawan di Banjarmasin yang Takut Terpapar Covid-19

apahabar.com, BANJARMASIN – Covid-19 menghantui warga Banjarmasin. Bahkan pemerintah kota ini pun kembali memberlakukan Pembatasan Sosial…

Featured-Image
Ratih Ayu, relawan Covid-19. Foto-Koleksi foto Ayu Ratih for apahabar.com

bakabar.com, BANJARMASIN - Covid-19 menghantui warga Banjarmasin. Bahkan pemerintah kota ini pun kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sebagai upaya untuk menghalau semakin meluasnya virus ini.

Sebagai salah satu daerah yang memiliki kasus positif virus Corona terbanyak, tentu Banjarmasin juga membutuhkan relawan yang jumlahnya tidak sedikit.

Fakta di lapangan, ganasnya Covid-19 juga membuat relawan ketakutan jika juga terpapar virus dari Wuhan, China itu.

Relawan MRI Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kalsel, Ratih Ayu misalnya, mengakui ketakutan ketika terjun langsung ke lapangan untuk membantu warga terdampak virus Corona.

Tapi perempuan 24 tahun ini mempunyai trik tersendiri melawan rasa cemas tersebut. Ketika turun, ia menerapkan jeda waktu. Misal akhir pekan difokuskan untuk turun, dan hari berikutnya Senin hingga Jumat langsung istirahat total di rumah.

Sampai rumah pun usahakan untuk langsung mandi dan merendam pakaian yang dipakai hari itu dengan air sabun.

"Sebenarnya takut, karena sudah banyak pasien positif di Banjarmasin, jadi sambil meliat kondisi tubuh dan tetap berdoa dengan Allah supaya di beri perlindungan," ujar Ratih.

Hingga sekarang, Ratih sudah menjadi relawan dari berbagai kegiatan sosial.
Diantaranya dapur umum, operasi pangan gratis atau pembagian sembako dan operasi makan gratis.

Semua tersebut digagas ACT Kalsel untuk membantu warga terdampak Pandemi Covid-19.

Khusus dapur umum, Ratih menerangkan relawan selalu memastikan kondisi sekitar bersih. Baik dapur maupun kesehatan relawan itu sendiri.

Selama turun pun, relawan wajib menggunakan masker dan sarung tangan. Tentunya juga menjaga jarak atau physical distancing antar relawan yang sedang bertugas.

"Kita pastikan kondisi diri sehat, jika sedang tidak sehat dilarang untuk ikut turun aksi," tegas Alumni Mahasiswi Uniska Banjarmasin ini.

Ratih mengemukakan, semua orang berhak menjadi relawan. Tak memandang dia miskin atau pun kaya. Sebab menurut pandangannya, aktivitas manusia itu pada dasarnya memang sibuk.

Punya urusan kerjaan serta keluarga, belum lagi fokus diri sendiri sampai kadang lupa sekitar. Namun di luar sana masih banyak orang yang benar-benar perlu uluran tangan sesama baik yang terdekat atau jauh sekalipun.

Jadinya semua orang itu mengharap kepedulian sesama. Dan kita bisa memulainya dari diri sendiri dulu dengan jadi relawan.

"Karena di Indonesia ini kita tidak kekurangan donatur, tapi kekurangan relawan yang mau benar terjun ke lapangan dan melakukan sosial impact ke masyarakat," ucapnya.

Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner