bakabar.com, BANJARBARU – Menjadi haji mabrur, pulang dengan selamat, dan dapat kembali berkumpul bersama keluarga menjadi harapan mayoritas jemaah.
Suasana haru bercampur gembira tampak dari raut wajah jemaah haji Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah kloter pertama setibanya di Bandara Internasional Syamsuddin Noor, Selasa pagi (26/7), sekalipun penerbangan pulang mereka sempat ditunda.
Musabab ditundanya penerbangan GA 8201 rute Jeddah-Banjarmasin itu, pesawat Air Bus a330-300 milik Garuda Indonesia harus melakukan perbaikan terlebih dulu. Teknisi pun didatangkan langsung dari Indonesia.
Seusai perjalanan panjang di udara, pesawat yang membawa 358 jemaah haji tersebut akhirnya menjejakkan rodanya dengan mulus di tanah Banua. Sejumlah jemaah haji tampak bersujud syukur di aspal Bandara Syamsuddin Noor selepas turun dari tangga pesawat.
“Alhamdulillah sampai dengan lancar dan sehat. Tertunda satu hari bikin (tambah) kangen keluarga,” ucap H Rifani kepada wartawan usai turun dari pesawat.
Selama delay, jemaah asal Kabupaten Tabalong ini bersama haji lainnya diinapkan di Hotel Al-Hamra Jeddah satu malam. Selain delay, cuaca panas ekstrem di Arab Saudi menjadi pengalaman lain bagi seluruh jemaah haji asal Indonesia tahun ini.
“Cuaca panas di Madinah mencapai 46 celcius, kalau di Makkah lebih bersahabat antara antara 42-43 celsius,” cerita H Syahrani Rahmani, jemaah asal Kabupaten Balangan.
Syahrani melaksanakan ibadah rukun Islam kelima itu bersama istrinya, Isnaniyah. Kondisi panas ekstrem di Arab Saudi tak menghalangi jalannya serangkaian ibadah haji. Seperti tawaf, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, sa`i, dan lainnya.
“Alhamdulillah lancar semua dan sehat. Jika ada batuk-batuk sedikit itu wajar, karena adanya perubahan cuaca,” tutur pria yang juga ketua rombongan haji.
Syahri dan kawan-kawannya rupanya punya cara meringankan rasa panasnya terik matahari. Mereka acap kali menyemprotkan kepala dengan air dingin hingga menempelkan kain kanebo basah di atas kepala. Tutorial yang tidak pernah ditemukannya di tanah air.
“Ada semprotan air untuk kepala, juga pakai lap mobil itu (kanebo) diletakkan ke kepala. Rasanya sangat enak, karena kan mengandung air. Waktu itu saat melontar di Mina,” ungkapnya.
Syahri bercerita hal yang paling istimewa dalam pelaksanaan haji adalah melihat langsung ka’bah dengan mata kepalanya sendiri.
“Sangat luar biasa. Selama ini kita salat menghadap kiblat (ka’bah) hanya dengan imajinasi, sekarang secara nyata di hadapan mata langsung,” ujar Syahri, kepada bakabar.com di asrama haji Banjarbaru.
Ia bersama jemaah asal Balangan lainnya langsung pulang hari ini juga, dijemput mobil bus dari pemerintah daerah.
Sekadar diketahui, kloter pertama jemaah haji Kalsel-Teng ini total 358. Rinciannya, 258 dari Kabupaten Tabalong, 82 dari Balangan, 14 asal Banjar, 2 asal Kalteng, dan 2 petugas haji daerah (PHD).