bakabar.com, BARABAI – Tak ada yang berbeda pada siang itu sampai akhirnya kedatangan Herlan menenteng sebilah parang mengejutkan warga di hajatan pernikahan.
"Ayo, dan lihat Dedy sudah aku bunuh,” ujar pria yang disebut juga pernah melakukan pembunuhan di Kotabaru ini, sambil berlalu meninggalkan warga.
Herlan merupakan terduga pelaku pembunuhan Deddy. Keduanya sama-sama warga Desa Gambah, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Rabu 28 Juli. Tepat tiga pekan lalu, Herlan menghabisi Deddy yang tak lain tetangganya tersebut.
"Hari itu alkohol 70 persen yang diminumnya," ujar Yayar Safari, kakak kandung korban.
Yayar mengenal Herlan. Tapi tidak sedekat Deddy mengenal Herlan. Selain tetangga, keduanya juga berkawan.
Usai menghabisi Deddy, Herlan sampai hari ini masih buron. Tim reserse gabungan yang diterjunkan Polda Kalsel belum juga mampu menangkapnya.
"Dia masuk hutan. Hutan HST itukan luas, sampai kabupaten tetangga, pelaku ini kerap berpindah-pindah tempat," ujar salah satu anggota kepolisian.
Pembunuhan terjadi saat Deddy sedang bersantai sembari mencabut uban seorang diri di muka pintu rumahnya. Sedang, istrinya sibuk beres-beres di dalam rumah.
Tiba-tiba datang istri Herlan dalam keadaan mengaduh. “Tolong, Herlan mengamuk,” ujar istri pelaku.
Sejurus itu Herlan menyusul. Rupanya keduanya baru saja bertengkar.
Istri Herlan sengaja mendatangi Dedy berharap ia bisa menasihati suaminya.
Deddy lantas coba menenangkan Herlan yang tampak di bawah pengaruh minuman beralkohol.
Wajar, Deddy sudah menganggap Herlan seperti kakaknya sendiri.
"Makanya dinasihati," ujar Yayar. "Bawa bersabar. Malu dilihat orang," sambung Yayar menirukan perkataan mendiang adiknya itu kepada Herlan.
Namun naas, diam-diam Herlan yang tampak dalam pengaruh alkohol diduga tersinggung oleh ucapan itu.
Tak disangka, ia menebas leher Dedy yang lengah dalam kondisi setengah lumpuh akibat kecelakaan lalu lintas beberapa tahun silam.
"Herlan itu dalam kondisi mabuk. Kalau dia lagi marah, bawaannya selalu parang," ujar Yayar.
Dedy beberapa tahun lalu mengalami kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan itu meninggalkan cedera di bagian pinggang dan leher. Jika ingin menoleh, maka Deddy harus membalikkan pula badannya.
"Ia tahun lalu habis ditabrak mobil dan kendaraan. Tapi yang namanya orang baik, ia tak pernah mau menuntut," ujar Yayar.
Mendiang Dedy meninggalkan anak berusia 9 tahun dan seorang istri. Kini mereka semua berkumpul di rumah orang tua Dedy.
"Semuanya bersama kami. Yang namanya tanggung jawab, kata abah biar bersama kami saja. Biar kita kumpul bersama," pungkas Yayar.
Selama hidup, Deddy juga dikenal sebagai pribadi yang dermawan. Meski hanya mengandalkan hidup dari memelihara ayam, Deddy sering membantu Herlan yang kerap meminta beras, bawang, sayur mayur bahkan uang tambahan untuk membeli alkohol.
"Adik saya ini tak bekerja, karena memang tidak bisa bekerja. Kalau pelaku masih gagah, masih bisa bekerja. Kadang jadi buruh bangunan, kadang naik pohon kelapa untuk dijual," pungkas Yayar.
Usai mendengar anaknya terbunuh, kondisi kesehatan ibunda Deddy terus menurun.
"Mama agak mendingan sudah. Bisa makan sedikit-sedikit. Yang namanya darah tinggi jadi efeknya tangan sama kakinya lemah (stroke ringan). Ya mudah-mudahan mama sehat seperti sediakala," ujar Yayar.
Sampai hari ini, ibunda Deddy masih tak menyangka anak keduanya itu pergi dengan cara tragis. Ia belum menerima kematian Deddy.
"Sambil diberi pencerahan. Yang namanya juga takdir adik meninggalnya seperti itu. Ya diikhlaskan saja saya bilang, biar dia tenang di alam sana. Tapi mama masih tak bisa mengikhlaskan perbuatan pelaku," ujarnya.