bakabar.com, BANJARMASIN – Lama tak mengidap sesak napas (pneumonia), M Arysad atau lebih dikenal sebagai Kakek (‘Kai Api’) harus lebih lama menjalani perawatan di ICU, Rumah Sakit (RS) Ansari Saleh karena pandemi Covid-19.
Pemeriksaan menggunakan sampel lendir tenggorokan itu guna mendeteksi keberadaan virus asal Wuhan, China itu di tubuh kekar pria 79 tahun ini.
Supian, salah satu anak Arsyad bilang orang tuanya tersebut sudah menjalani pemeriksaan swab di RS Jalan Hasan Basri, Banjarmasin Utara itu pada Sabtu (11/7).
Namun sample swab disebut masih tertahan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kalimantan Selatan.
"Tapi ini menunggu hasil swab, namanya di RS harus protokol pemeriksaan itu kan dan mudahan hasilnya negatif," ujar anak kedelapan Arsyad kepada bakabar.com, Minggu (12/7).
Tak ada kepastian kapan hasil swab Arsyad keluar. Karenanya, kata Supian, ayahnya itu belum bisa pindah ruangan serta pulang ke rumah.
Padahal, Supian mengatakan ayahnya ini sudah terus meminta untuk pulang ke rumah kepada perawat lantaran tak betah di rumah sakit.
Setelah berbincang, pihak RS tidak bisa mengabulkan permintaan Arsyad untuk kembali ke rumah.
"Tidak bisa karena menunggu hasil swab kan, tapi ini ayah lagi dibujuk," ucapnya.
Supian sendiri merasa takut ayahnya jatuh sakit di tengah musim virus Corona.
Sebab orang tuanya ini sudah lama tidak pernah sakit.
Namun karena pandemi Corona, anak anaknya merujuk Arsyad ke RSUD Ansyari Saleh untuk mendapatkan perawatan yang memadai.
"Mudahan saja hasil swab cepat keluar karena ini antri di laboraturium," pungkasnya.
Sebelumnya, siapa yang tak kenal Arsyad, pria yang melegenda di Siring Pierre Tendean, objek wisata andalan Banjarmasin?
Arsyad kerap mengisi atraksi dengan aneka peralatan. Ia kerap mempertontonkan kebolehannya memainkan api. Baik dimulut, di lutut, di ketiak, bahkan api menyala ia masukkan ke dalam celananya.
Seringkali pengunjung Siring dibuatnya histeris ketika api yang menyala-nyala pada obor yang dimain-mainkannya itu dimasukan hingga ke dalam celana.
Beberapa waktu terakhir, eks atlet pelari nasional itu kini tergolek lemah di RS Ansari Saleh.
Tak cuma pneumonia, ia masih dalam upaya pemulihan dari penyakit pneumonia dan diabetes oleh tim medis.
Saking parahnya, Arsyad terpaksa dirawat dalam ruang Intensive Care Unit (ICU) RS di Jalan Hasan Basri itu.
Di ruangan itu, Aryad mendapatkan penanganan khusus.
Ia tidak bisa dibesuk orang lain, bahkan pihak keluarga sekalipun. Hanya ada anak kesembilannya yang berjaga jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
"Alhamdulillah ayah sudah bisa makan dan berbicara kepada kami dan perawat," ujar Supian.
Sepekan sebelum di-ICU, Supian menyampaikan orang tuanya itu masih setia menggeluti dunia hiburan.
Bahkan, kala itu pria yang memiliki 10 orang anak ini sempat membersihkan alat atraksinya di Siring Piere Tendean.
Namun pulang dari sana cuaca yang sedang buruk membuat tubuh Arsyad sempat diguyur hujan.
Sesudahnya, masih kata Supian, barulah penyakit yang telah lama hilang kembali menggerogoti tubuh sang ayah yang memiliki badan berotot itu.
"Sakit tapi dirawat serta dipasang infus di rumah lalu dilepas beliau dan lanjut bersepedaan," ucap petugas medis di RSUD Ulin Banjarmasin ini.
Setelah dari sana, pria 79 tahun yang kerap memainkan api dalam atraksinya itu mengeluh kedinginan kepada istri dan semua anak anaknya.
Barulah anak yang berkerja di RSUD Ansari Saleh menawarkan ayahnya untuk berada di rumahnya di Jalan Alalak, Banjarmasin Utara.
Setelah berbincang, tak ada penolakan dari sang ayah mendengar keinginan buah hatinya tersebut.
Dalam perawatan, ‘Kai Api” kerap bermain dengan cucu dan mengonsumsi buah-buahan.
Namun kondisi Arsyad terus memburuk hingga pada Kamis lalu (9/7) ia mengalami sesak napas dan dilarikan ke RSUD Ansari Saleh.
Beruntung salah satu anaknya yang setia merawat Arsyad pulang dari dinas di Kalimantan Tengah.
"Ini serangan penyakit yang kedua karena ayah lama tidak sakit seperti ini," pungkasnya.
Ke depan, ia berharap publik ikut mendoakan kesembuhan untuk pria yang suka memakan pisang dengan minyak tanah itu.
Editor: Fariz Fadhillah