bakabar.com, BANJARMASIN – Jelang ganti tahun, ekonom Kalimantan Selatan memberikan catatan penting akan gentingnya perekonomian daerah.
Catatan ini berupa saran, masukan, hingga kritikan guna membangun perekonomian Kalsel 2020 mendatang.
Menurut Ahmad Murjani, terdapat beberapa sektor ekonomi yang menjadi sorotan.
Sektor pertambangan, misalnya. Sepanjang 2019, geliat sektor pertambangan batu bara masih menjadi penyokong utama.
Sayangnya, kata dia, dalam beberapa tahun belakang geliat pertambangan “emas hitam” tampak menurun drastis.
Walhasil, ini berdampak terhadap tak normalnya regulasi perekonomian di Kalsel.
“Tentu ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah, khususnya menyangkut kebijakan di sektor perizinan,” bebernya saat bincang ringan dengan bakabar.com, belum lama ini.
Dalam artian, kata dia, pemerintah daerah lebih fokus melakukan evaluasi.
Terlebih per 1 Januari 2020, perusahaan pertambangan tak bisa beroperasi, apabila tak menggunakan aplikasi.
“Ini juga perlu menjadi perhatian pemerintah daerah. Jangan sampai merugikan pengusaha lokal,” katanya.
Selanjutnya, sambung dia, ditambah dengan anjloknya harga batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO) internasional.
“Juga melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat,” bebernya.
Terlebih pada sektor pertanian. Menurutnya, pemerintah daerah juga harus lebih memperhatikan sektor tersebut. Mengingat masih banyaknya lahan tidur di Kalsel.
Menurutnya, lahan-lahan tidur itu bisa diberdayakan. Apalagi sektor pertanian merupakan penyumbang PAD terbesar kedua di Kalsel, setelah sektor energi dan minyak bumi.
Kemudian, sektor infrastruktur, kesehatan, dan sumber daya manusia (SDM). Murjani melihat pembangunan infrastruktur di Kalsel masih belum merata.
Pemerintah daerah diminta lebih fokus memberikan anggaran terhadap promosi kesehatan. Artinya bukan hanya ke arah fisik semata.
“Peningkatan SDM juga lebih diprioritaskan. Ini juga berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja lokal,” cetusnya.
Sementara, di sektor Perbankan. Kredit macet Bank Kalsel menjadikan sorotan.
Sedikitnya, terdapat 5 persen kredit macet dari total penyaluran kredit senilai Rp8 triliun.
Dibandingkan tahun sebelumnya, kata dia, hanya 2-3 persen.
“Ini tentu menjadi catatan khusus pemerintah daerah,” pungkasnya.
Baca Juga: Musim Dingin Kerek Harga Acuan Batu Bara
Baca Juga: Pagi-Pagi, Dermaga Marabahan Diseruduk Tugboat Batu Bara
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhillah