Nasional

Cara Pencegahan dan Penanganan Kesehatan Akibat Asap

apahabar.com, JAKARTA – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) jadi momok menakutkan. Apalagi hal itu akan berimbas…

Featured-Image
Gunakan masker untuk mencegah penyakit akibat kabut asap. Foto-Brilio

bakabar.com, JAKARTA - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) jadi momok menakutkan. Apalagi hal itu akan berimbas pada kesehatan masyarakat yang menghirup asap akibat kebakaran lahan.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) memberikan pemaparan tentang pencegahan penanganan dampak kesehatan asap kebakaran hutan. Hal ini bisa bermanfaat bagi warga yang sedang dikepung asap di Sumatera dan Kalimantan.

Asap kebakaran hutan berdampak pada berbagai sektor kehidupan seperti gangguan kehidupan sehari-hari, transportasi, kerusakan ekologis, penurunan pariwisata, dampak politik, ekonomidan masalah kesehatan.

Asap kebakaran hutan mengandung campuran gas, partikel dan bahan kimia akibat pembakaran yang tidak sempurna, zat itu di antaranya gas karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen oksida, ozon, sulfur dioksida.

Selain gas ada juga partikel kasar dan halus yang biasa disebut particulate matter (PM). JIka lebih dari 10 um biasanya tidak masuk paru-paru tapi dapat mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan. Namun jika partikel kurang dari 10 um bisa masuk ke paru-paru.

Bahan-bahan yang terkandung di dalam asap kebakaran hutan bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti iritasi dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Kelompok yang rentan adalah orang tua, ibu hamil, anak-anak serta orang dengan penyakit jantung dan paru.

“Secara prinsip upaya pencegahan dan penanganan dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu primer, sekunder dan tersier,” kata Ketua Umum PDPI dr M. Arifin Nawas, SP, P (K), MARS.

Upaya pencegahan primer misalnya pertama dengan menghilangkan sumber asap kebakaran yang saat ini sedang diupayakan oleh pemerintah. Kedua meminimalkan terpapar asap, bisa dilakukan dengan mengurangi aktivitas di luar, tutup jendela dan pintu rumah, kurangi merokok, tidak menyalakan lilin dan perapian yang bisa menambah polusi. Bila ada AC bisa diubah menjadi mode recirculate. Penggunaan purifier/air cleaner juga bermanfaat menurunkan kadar partikel dalam rumah sebesar 63-88%.

“Gunakan masker atau respirator untuk mengurangi masuknya partikel ke dalam saluran napas dan paru. Perhatikan cara penggunaan masker, jika penggunaan salah dan tidak tepat maka bisa mengurangi efektivitas proteksi memfilter atau menyaring partikel,” ucap Agus.

Ketiga, warga bisa memantau kualitas udara untuk mengambil keputusan beraktivitas di luar rumah. Jika nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di level 200-300 itu masuk kategori tidak sehat dan di atas 300 berbahaya. Diharapkan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.

“Keempat melakukan pola hidup bersih dan sehat seperti makan bergizi, istirahat cukup, dan sering mencuci tangan setelah melakukan aktivitas umum,” papar Agus.

Sementara untuk upaya pencegahan sekunder bisa dilakukan dengan mempersiapkan obat-obatan dan konsultasi ke dokter. Sedangkan upaya tersier bertujuan untuk mencegah komplikasi dan kematian bagi penderita yang terpapar asap. Caranya dengan menghentikan kebiasannya yang bisa memperburuk keadaan seperti merokok, selain itu segera lakukan pengobatan maksimal dan teratur ke dokter.

Baca Juga: Siang Hari, Tim Patroli Berhasil Menemukan 25 Titik Hotspot di Kalsel

Baca Juga: Karhutla di Balangan, Regu Avatar Dikerahkan

Baca Juga: Jarak Pandang Bandara Turun Jadi 2,5 Km

Sumber: Detik.com
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner