bakabar.com, MAGELANG - Magelang adalah daerah yang memiliki berbagai wisata yang sayang untuk dilewatkan. Mulai dari wisata alam, kuliner hingga sejarah, dapat dikunjungi saat wisatawan singgah ke Magelang.
Salah satu wisata sejarah selain Candi Borobudur yang bisa dikunjungi adalah Candi Ngawen. Lokasinya terletak hanya 5 kilometer dari Candi Borobudur, tepatnya di Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
"Candi Ngawen dalam bahasa Sansekerta disebut Venuvana yang bermakna hutan bambu," kata Sejarawan Universitas Sebelas Maret, Rendra Agusta, Selasa (17/10).
Berbeda dengan candi disekitarnya yang letaknya di kawasan wisata, Candi Ngawen dibangun sejak abad ke-8 atau sekitar 824 Masehi oleh Wangsa Syailendra pada zaman Kerajaan Mataram Kuno itu berada di tengah pemukiman warga.
Peninggalan sejarah bercorak Budha itu ditemukan oleh pemerintah kolonial pada 1927 saat melakukan konservasi Candi Borobudur.
"Penamaannya mengacu pada daerah tempat penemuan candi, karena belum ada bukti prasasti yang berkaitan," kata Rendra.
Baca Juga: Sugeng Prayitno, Pencipta Wayang Karton dan Pelestari Budaya dari Magelang
Meski belum ada bukti prasasti, Candi Ngawen diperkirakan satu zaman dengan Candi Borobudur dan Candi Gunung Wukir berdasarkan penemuan arca Dhyani Buddha Ratnasambhava di Candi II, dan arca Dhyani Buddha Amitabha di Candi IV.
"Dalam agama Buddha Mahayana mengenal kelompok lima Dhyani Buddha yang menguasai lima arah mata angin," imbuh Rendra.
Adapun lima arca yang dimaksud yakni Dhyani Buddha Aksobya dengan Bhumisparsa mudra yang artinya menunjuk Bumi sebagai saksi dan diyakini sebagai penguasa timur.
Kemudian, Dhyani Buddha Ratnasambhawa dengan Vara mudra yang memiliki makna sikap memberi anugerah. Arca ini diyakini sebagai penguasa selatan.
Dhyani Buddha Amithaba dengan Dhyana mudra yang diyakini sebagai penguasa barat. Dhyani Buddha Amoghasidha dan Abhaya mudra sebagai simbol penolak bahaya sekaligus penguasa utara.
Baca Juga: Boog Kotta Leiding, Saluran Air di Tengah Kota Magelang Sejak Era Kolonial
Dhyani Buddha Wairochana, dengan Dharma Cakra Mudra yang dipercaya sebagai penguasa zenit atau titik khayal di langit yang tegak lurus di atas bumi terhadap cakrawala.
Namun demikian, hingga saat ini, dari lima bangunan di kompleks Candi Ngawen, hanya tersisa candi II yang berdiri utuh.
Rendra mengatakan, fungsi Candi Ngawen kala itu sebagai tempat beribadah umat Buddha.
"Hal itu dilihat dari strukturnya yang berbentuk stupa berundak, kemudian di atasnya berbentuk bulat tapi belum terpasang," pungkasnya.