bakabar.com, MAGELANG - Sugeng tak lelah menjalani lakonnya sebagai perajin wayang sekaligus pelestari budaya. Wayang-wayang itu jugalah yang membantu Sugeng menyambung hidup dan sekolah anak-anaknya.
Manusia hanya memerankan peran, hidup adalah panggung, sedangkan Tuhan yang menjadi sutradaranya. Itulah yang menjadi pegangan Sugeng Prayitno dalam menciptakan wayang-wayang buatannya.
"Kita ini ibarat wayang, hanya menjalani yang sudah digariskan Gusti," kata Sugeng saat ditemui Apahabar.com, Senin (16/10).
Lebih dari separuh usia Sugeng dihabiskan untuk menata wayang-wayang yang kini berjajar rapi di dinding rumahnya.
Wayang-wayang itu jugalah yang membantu Sugeng menyambung hidup dan sekolah anak-anaknya.
Baca Juga: Wayang Suluh, Pagelaran Wayang tentang Kemerdekaan Indonesia
Meski dengan segala keterbatasan ekonomi, Sugeng tak lelah menjalani lakonnya sebagai perajin wayang sekaligus pelestari budaya.
Keunikan wayang yang dibuat Sugeng adalah bahannya yang terbuat dari kertas karton. Harga bahan yang ekonomis dan terjangkau untuk semua kalangan menjadi alasan utama Sugeng dalam membuat wayang-wayangnya.
"Jadi wayang buatan saya bukan hanya bisa dibeli kalangan seniman saja, tapi juga anak-anak supaya mengenal dan bisa mempelajari budayanya," tutur Sugeng.
Tiap proses membuat wayang mulai dari menggambar sketsa, mempertebal karton, menatah hingga mewarnai Sugeng kerjakan seorang diri.
Oleh karenanya, Sugeng memerlukan waktu mulai dari 7 hingga 14 hari untuk proses pengerjaan wayang kartonnya.
Selain menguasai teknik menatah, ia juga hafal masing-masing karakter wayang yang diciptakannya.
Sebab, masing-masing wayang tidak bisa dibuat dengan rupa atau corak sembarangan, karena ada karakter dan sifat yang dilukiskan.
Wayang karya Sugeng rerata bercorak atau bergaya Yogyakarta, sebab ia dibesarkan dan dilatih membuat karya di sana.
"Tapi kalau ada yang pesan atau request gaya Solo tetap saya buatkan, mengikuti permintaan pemesan saja," kata dia.
Sugeng Juga Membuat Wayang Wahyu
Tak hanya pewayangan dengan genre cerita Ramayana maupun Mahabarata, Sugeng juga menciptakan Wayang Wahyu.
Wayang Wahyu adalah jenis pewayangan yang digunakan untuk syiar agama Kristen dan Katolik. Tokoh yang digambarkan pada Wayang Wahyu bukan sejenis Gathotkaca atau Bimasena, melainkan Yesus dan Maria.
"Pemesan memberi gambar karakternya, juga rasul-rasulnya, saya membantu mengilustrasikannya," ujarnya.
Harga yang dibanderol untuk wayang buatan Sugeng juga cukup terjangkau, yakni mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 700.000 per tokohnya.
Baca Juga: 7 November: Riwayat Hari Wayang Nasional
Jumlah tersebut selisih hampir 50 persen dari harga wayang berbahan dasar kulit sapi yang bisa mencapai jutaan rupiah.
"Menyesuaikan tingkat kerumitan dan ukurannya, paling mahal Gunungan karena banyak detailnya," tuturnya.
Kualitas dan harganya yang beragam juga membuat pembeli Sugeng datang dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua bahkan lanjut usia.
Wayang karton buatan Sugeng juga sudah dikenal dan dibawa ke berbagai negara seperti Eropa dan Amerika dengan sistem handcarry.
Selain menggeluti dunia tatah wayang, Sugeng juga menjadi guru honorer di sebuah sekolah swasta di Magelang.
Saat mengajar, Sugeng juga selalu menggunakan wayang sebagai media pembelajaran untuk siswa-siswanya.
"Tak semata-mata bekerja, tapi wayang-wayang ini adalah sarana untuk mengenalkan budaya pada generasi penerus bangsa," pungkasnya.